Juragan tuan menatap Lily lebih marah dari yang tadi, "hebat! Kamu sangat hebat, inikah tujuanmu sekolah?"
Juragan nyonya mengelus punggung tangan suaminya lalu menggeleng pelan. Dia mengambil alih pembicaraan, "Lily, bisa kamu jelaskan pada kami apa yang sebenarnya kau pikirkan saat melakukan itu? bukan satu dua orang korbanmu, tapi rammai. Dan kamu tidak merasa bersalah sama sekali."
Lily menundukan wajah, bukan merasa bersalah melainkan menahan marah. Dia tidak suka di adili seperti ini.
"Kami pergi dulu," ucap Hening yang langsung menarik lengan jaket Dipta.
"Hati-hati," ucap juragan nyonya dengan senyum yang di paksakan. Hening tau saat ini juragan nyonya sangat sedih. Bagaimanapun yang terlibat masalah anak dan cucunya, walau mereka selalu membuatnya kesal tetap saja mereka adalah keluarga.
**
"Sebenarnya liat Lily itu kasian," ucap Hening begitu mobil yang Dipta kendarai melaju meninggalkan kediaman juragan Bramantyo.
"Kalo gitu santonin," ucap Dipta acuh.