Jordy langsung diam begitu juragan nyonya menatapnya tajam. Sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal pemuda itu berkata dengan senyum kikuknya, "maklum, Nek. Kebiasaan."
Tampak Dipta melaju motornya pelan menuju tempat mereka dan betapa terkejutnya dia saat melihat nenek, Hening dan Dikta ada disana.
"Ngapain?" tanyanya dengan raut wajah penuh emosi.
Dia turun dari motor dan langsung menghampiri neneknya, "nenek ngapain kemari? Dan liat, siapa yang dandanin nenek gini?"
Belum sempat neneknya menjawab, pemuda itu langsung nyerang Hening, "pasti ulah lo kan?"
Alis Hening mengerut heran, "kok aku pulak? Gak usah asal tuduh!"
Hening melipat tangan kedada, "menang?" tanyanya tanpa dosa.
"Apa urusan lo?"
"Nenek mau sita uang menang!" Hening mengisyaratkan tangan keleher, tamat riwayat Dipta.
Dipta menatap neneknya, "sekarang nenek pulang. Ngapain malam-malam kemari, ini bukan tempat nenek. Siapapun yang menghasut nenek, jangan didengar!"