Dikta kembali menengadahkan kepala, "kau sudah aman, sekarang turun." Hening masih setiap memeluk pohon dengan deraian air mata dan isak tangis yang memilukan.
Dika antara iba sama lucu, gak disangka gadis pemberani ini takut sama anjing yang selucu itu. Hening menggeleng kecil, "nanti dia balik lagi."
"Gak, kalau balik aku hadang." Hening menyeka airmatanya kasar, "kok anjing dibiarin keliaran gitu. Membahayakan orang lain."
Memastikan benar anjing itu sudah menjauh, baru Hening turun dari atas pohon. Dia anak kampung, naik turun pohon bukan hal yang sulit untuknya.
"Itu jenis anjing yang dapat di pelihara, sebenarnya dia tidak akan mengejar kalau kau tetap diam. Dia terprovokasi karena kau lari begitu saja, anjing itu terkejut dan sontak mengejarmu."
Hening mencebik, "apanya yang terprovokasi, sejak awal dia udah natap aku. Gimana gak lari? Kalo aku di gigitnya gimana? Rabies!" Hening mengedikkan bahu, bulu romanya berdiri membayangkan itu.