Juragan nyonya melerai pelukannya, "kok bisa buruk? Memangnya kamu gak happy disini? Tinggal sama calon istri?" wanita tua itu mengerlingkan mata, menggoda cucu kesayangannya.
Dipta memutar jengah bola matanya, "siapa yang senang tinggal sama dia kecuali orangtuanya?"
Juragan nyonya terkikik geli sambil menutup mulut, setelah itu dia mengelus pundah dan menangkup wajah cucu tampannya itu, "setelah nikah sama Hening kamu pasti senang tinggal sama dia."
Dipta mendengus kasar.
Juragan nyonya memperhatikan cucunya dari atas sampai bawah, "nenek liat-liat berat badanmu naik, pasti makan enak terus. Secara Susi masakannya enak."
"Mau gak mau makanlah, kalo gak mati." Dipta melirik sekilas kearah kakeknya yang sedang duduk disofa, wajahnya tampak kelelahan dan sedikit pucat.
Juragan nyonya menariknya duduk kesofa, "kamu yakin mau nikah sama Hening? Sekali melangkah gak bisa mundur."
Dipta menatap neneknya, "memangnya nenek belum ketemu orangtuanya?"