Dipta jalan mondar mandir didepan jendela yang menghadap sawah. Disana dia melihat para petani yang saling bercengkrama, ada anak-anak kecil yang bermain disekitaran sawah, tidak perduli dengan kotornya.
Dipta gak tau apa dia pernah sebahagia anak-anak itu waktu kecil, mengingat orangtuanya memilih bahagia tanpa melibatkannya. Orangtuanya memiliki dunia masing-masing dimana keduanya pikir itu adalah kebahagiaan yang sesusungguhnya.
Karena keacuhan keduanya, Dipta dicemooh anggota keluarga yang lain, dianggap tidak berguna.
Beda hal dengan anak-anak yang sedang berlarian itu, walau hidup mereka jauh dari kemewahan tapi, raut wajah bahagia terpancar jelas. Mereka masih bisa tertawa lepas padahal ibunya marah karena mereka sangat mengganggu dan berisik.