"Dia udah makan malam?" tanya Hening pada pak Tatang yang membawa segelas wedang jahe.
"Seingat bapak belum, Neng."
Hening mengernyitkan alis, "kok manggil Hening, Neng?"
"Bapak tau perjodohan kalian, kurang sopan kalau manggil kamu seperti biasa."
Menghela napas pelan, Hening berkata, "gak usah di pikirin, Pak. Belum tentu juga jadi."
'Dan memang gak akan jadi' lanjut Hening dalam hati.
"Jadi gak jadi yang penting sekarang kamu calon istrinya Aden."
Pak Tatang meletakan wedang jahe diatas nakas samping kasur, "kalau Aden gak bangun, suapin aja pakai sendok."
Hening ngangguk patuh.
Setelah pak Tatang pergi, Hening mencoba menyuapi Dipta wedang jahe hangat. Pria itu melenguh sesekali sambil berusaha menggerakan kakinya yang penuh birat.
Hening berpindah duduk didekat bagian kaki, mengelus pelan bekas rotan yang mengeluarkan sedikit darah dari lubang pori-pori yang terlihat jelas.