"Sepertinya kita harus menelfon kakak laki lakiku untuk menegaskan apa keputusan yang harus kita ambil," Zero tersenyum miring, menekan ikon bergambar telepon di ponselnya. Memanggil Sadam yang di luar sana tengah memelototinya, "Halo Kakak. Jadi apakah kakak mencoba mengejekku mengenai ini. Kakak bahkan belum menikah. Sedangkan kami sudah mendapat tawaran untuk menjadi menantu Keluarga Sebastian. Apakah kakak tidak iri melihatnya? Kakak sudah berusia lebih dari dua puluh tahun. Sudah seharusnya kakak menikah. Jika tidak mungkin kakak akan menjadi perjaka tua. Itu tidak baik. Mama akan sangat marah jika mengetahuinya. Segeralah menikah dan jangan membuat kami kesal karena pesan kakak yang sangat menyebalkan itu. Tentu saja nanti aku akan merundingkan masalah ini dengan mama dan kakak perempuan. Para lelaki memang sulit memahami perasaan dan pemikiran perempuan,"