Chereads / Maverick Davidson / Chapter 18 - Eighteen

Chapter 18 - Eighteen

Valie menatap layar ponselnya dengan lekat. Di depan sana terlihat adegan tempak menembak satu sama lain. Ia menghela napas berat, seharusnya gadis itu sudah bisa memprediksi hal semacam ini terjadi. Maverick tidak akan hidup dengan damai. Karena pekerjaannya yang sangat berbahaya. Dan Valie jelas seakan bunuh diri dengan bersedia untuk berdiri di samping lelaki itu kapanmu. Yah walaupun tidak secara harfiah.

Da Zera mengincar Valie dan ia tidak akan mungkin membiarkan para pasukan di bawah kepemimpinan Theodore itu menangkapnya. Ia benci lelaki itu, ngomong ngomong.

"Valerie Davidson tunggu saja sampai ini berakhir dan aku akan memberikan pelajaran yang setimpal untukmu," gumam Maverik.

Valie melotot, menutup mulutnya tanpa sadar. Sialan Maverick benar benar bajingan yang sebenarnya. Hingga bahkan membuat tubuh Valie membatu tanpa bisa bergerak barah satu inci pun.

Sial ia tertangkap basah.

Valie tercenung. Tanpa menyadari jika Angela sudah membuka pintu bilik di mana ia berada, "Nona, Tuan Mave memanggil anda untuk datang,"

"Oh sialan Maverick Davidson," Valie berdecak, segera beranjak dengan lamgkah cepat, "Bukankah lebih bagus kita menggunakan jet pribadi,"

"Semuanya sudah terlanjur Valerie," Mave memutar bola matanya malas. Dengan kedua tangan terlipat di dada, menatap Valie datar, "Jadi?"

"Aku hanya ingin melihat pertarungannya," Valie mencebikkan bibirnya dengan kesal. Mendudukkan diri di kursinya dengan kasar tanpa menatap pada Mave.

"Seharusnya aku yang marah di sini padamu Valie," decak Mave menatap Valie tak suka.

Gadis itu balas memutar bola matanya malas, memilih memunggungi Mave dan melanjutjan acara menonton filmnya.

"Hey kau benar benar marah?"

"Tidak perlu bicara padaku. Cukup bicara pada koleksi senapan milikmu itu. Tidak perlu kau hiraukan aku di sini," balas sang gadis, nadanya merajuk sekali membuat Mave menggeleng tidak habis pikir.

"Berhentilah mengoceh Valerie Helen. Aku bahkan tidak tahu di mana letak kesalahanku hingga kau merajuk seperti ini padaku," balas lelaki itu datar.

Valie menoleh dengan cepat, menatap sengit ke arah kekasihnya seraya bergumam, "Kau menyebalkan. Aku benci kau,"

"Ya terserah padamu saja,"

Mendengar jawaban Mave sontak membuat Valie semakin meradang, gadis itu menukikkan alisnya dan melotot lebar, ia benci Mave! Sangat sangat membenci Mave. Lelaki itu menyebalkan dengan wajar datar tak berperasaannya, "Kau lelaki paling menyebalkan yang pernah aku temui di muka bumi ini,"

"Lantas?"

"Lantas turunkan aku dari pesawat ini,"

"Jika kau ingin mati," balas Mave acuh sebelum menutup matanya, mencoba untuk tidur di tengah kericuhan bibir Valie yang tidak bisa tertutup barang satu detik pun.

"Kau menyebalkan. Aku benci kau. Jangan bicara padaku lagi di seluruh sisa hidupmu,"

"Hm,"

"Jawab aku! Berhenti mengabaikanku,"

"Terserah padamu,"

***

Valie berjalan di bandara Nevada seraya menarik kopernya. Berjalan bak model ternama dengan senyum menawan di wajahnya. Gadis itu mengabaikan Mave di belakangnya yang menatap marah kearah Valie. Gadis itu masih merajuk. Dan Mave terlihat kesal karena Valie mengabaikan dirinya sejak satu jam yang lalu.

Daniel dan Angela yang mengikuti di belakang hanya meringis. Hey mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Daniel yang sudah belasan tahun bahkan mendampingi Mave, tidak pernah melihat hal ini. Karena, sebelum bertemu Valie, Mave bahkan tidak pernah tertarik pada wanita. Sedang Angela sendiri, ah dia tidak jauh berbeda. Dan lagi baru sejak beberapa hari ia di rekrut sebagai personal assistan gadis itu. Bagaimana mungkin ia tahu menahu apa yang harus ia lakukan di saat kondisi seperti ini.

"Angela," panggil Valie.

"Ya nona?"

"Tolong periksa jadwalku. Dan Daniel tolong bawakan koperku ke bagasi," ujarnya datar sebelum memasuki mobil.

Mave melirik sekilas sebelum mendengus keras, memberi kode pada Daniel untuk membawa juga kopernya sebelum menyusul Valie memasuki mobil, "Valerie Helen,"

Valie yang awalnya berfokus pada ponsel kini sontak menoleh, menatao datar Mave yang juga menatapnya demikian, "Apa?"

"Apa yang kau inginkan? Aku bahkan tidak tahu di mana kesalahanku dan kau bersikap seperti ini. Berhentilah bersikap kekanakan Valie. Kau bahkan sudah cukup matang untuk di sebut sebagai wanita dewasa,"

Valie terhenyak mendengar nada bicara Mave yang turun satu oktaf. Lelaki itu memang pandai mengontrol emosinya. Ia juga pandai menyembunyikan apa yang tengah ia rasakan, apa yang ia pikirkan. Mave sangat pandai menutup rapat apapun.

Namun melihat perubahan ini, Valie bisa mengenalinya, "Maaf,"

"Tidak perlu kau pikirkan," Mave menghela napas berat. Menurunkan kaca mobil lantas memberi kode pada Daniel dan Angela untuk masuk.

Daniel yang nenyetir. Angela duduk di sampingnya. Sedang Mave dan Valie duduk di belakang. Tanpa suara. Keduanya memilih membisu. Sangat berbeda dengan Valie yang biasanya. Yang bahkan tidak bisa tenang dalam keadaan apapun.

Mave tidak banyak bicara, seperti biasa. Membisu dan menatap keluar. Nevada di pagi hari tidak terlalu buruk. Well karena ia mungkin nyaris menghabiskan waktunya dengan mengurus perusahaan baru untuk menutupi perusahaan ilegalnya di bawah tanah selama lebih dari lima tahun. Dan well semuanya sudah stabil. Mave bisa menfokuskan diri pada kartel mafianya. Dan mengurus rubah kecil itu. Valerie Helen yang kini sudah kembali ke singgasananya.

Mave mengeluarkan rokok. Memantikkan korek sebelum menghisap benda itu. Asapnya mengepul. Terlihat sekali dalam udara dingin di pagi Nevada.

Valie biasanya akan banyak melemparkan komentar miring untuk itu. Tapi saat ini gadis itu memilih diam. Memalingkan wajahnya menatap jendela. Ikut menatap pemandangan di luar sana.

Melihat itu Angela menghela napas berat. Ah apakah masalah diantara tuan dan nyonyanya ini begitu besar sampai keduanya saling memalingkan wajah?

Namun Daniel hanya menggeleng, mengisyaratkan pada gadis itu bahwa semua baik baik saja. Semoga.

"Kita akan segera sampai, Tuan Mave, Nona Valie," ujar Daniel memudian.

Pasangan itu mengangguk bersamaan. Tetap membisu bahkan ketika mobil mereka sudah memasuki lobi hotel ternama di kota Las Vegas.

Angela dan Daniel segera turun, membuka pintu untuk Mave dan Valie sebelum bergegas mengeluarkan barang milik keduanya.

Valie membenarkan dressnya sebelum berdiri dengan tegak. Wajahnya datar, dan mau tidak mau menggandeng lengan Mave. Berjalan memasuki gedung itu menuju resepsionis.

"Maverick Davidson," ujar Mave datar.

Sang resepsionis tersenyum ramah, mengangguk, memberikan dua kartu pada lelaki itu.

Mave mengangguk ringan. Tanpa banyak bicara berjalan menuju lift. Valie hanya mengikuti tanpa bertanya. Sangat berbeda dengan biasanya di mana gadis itu akan mengumentari apa pun atau bahkan membicarakan apa pun yang menarik matanya.

Daniel dan Angela di belakang mereka lagi lagi hanya bisa saling panjang. Tuan dan Nona mereka benar benae sesuatu.