Ilyas mendapati Nisa diam-diam memperhatikan ponselnya. Kali ini lebih sering. Seolah jika Ilyas lengah sedikit saja ponselnya akan raib.
"Nisa enggak ingin bertanya sesuatu," pancing Ilyas. "Enggak tahu apa yang baru aku lakukan."
"Ilyas mengirim pesan pada Aster?" tebak Nisa. Tapi dari nada suaranya lebih mirip bertanya.
Nisa bertanya lebih cepat dari dugaan Ilyas. Seperti sedang memanfaatkan kesempatan yang datang. Awalnya Ilyas berpikir Nisa akan berpura-pura tidak peduli. Jika mengenai perasaan, bukankah permainan tarik-ulur yang paling digemari.
Tapi, hanya dengan mengetahui Nisa tertarik mengetahui apa yang dilakukannya untuk menenangkan panggilan dari Aster, Ilyas sudah sangat senang. Ia mengulum senyum dengan wajah bahagia.
"Benar, aku mengirim pesan pada Aster," aku Ilyas sembari mengangguk. "Aku bilang, kalau darurat dan butuh bantuan hubungi saja Adil. Jadi, aku juga mengirim pesan WA pada Adil untuk menjelaskan situasinya secara singkat."