Adit tak pernah menyadari bahwa pertemuan sederhana yang sedikit mengejutkan dengan gadis berseragam sekolah orange itu akan menjadi awal dari pertemuan-pertemuan mereka selanjutnya.
Di sebuah sore pada hari Jum'at di penghujung bulan Juli. Adit berjalan di pelataran rusun menuju jalanan kampung yang ramai aktifitas dengan membawa dua trashbag terisi di tangan kanan dan kirinya.
Hari pembuangan. Sebenarnya bisa saja Adit meninggalkan dua kantung sampahnya ini di TPA Rusun yang akan langsung di angkat truk sampah tiap Pagi dan sore hati. Tapi Adit sudah terbiasa membuang sampah di TPA cerdas yang mengharuskan sampah di buang sesui kategorinya. Apalagi ada beberapa baju dan buku-buku lama yang masih layak pakai hendak Adit buang. Tempat sampah semacam ini lebih efektif walau di Indonesia sendiri masih jarang di temui.
Kelurahan tempat rusun yang Adit tinggali ini adalah Desa percontohan yang sudah tiga tahun berturut-turut mendapat penghargaan dari Dinas keundahan dan tata ruang kota di bawah naungan Pemerintah DKI Jakarta. Lebih tepatnya sejak kelurahan ini dipimpin oleh seorang lurah generasi milenial dan modern yang amat peka dengan perkembngan jaman dan teknologi. Membuat banyak inovasi dan terobosan-tetibosan baru pada lingkunngannya hingga kelurahan ini perlahan kian memperindah wajahnya.
Ramah Adit membalas tiap senyum yang diberikan ibu-ibu dan para gadis yang ia temui sepanjang jalan. Anak-anak kecil riang berkejar-kejaran di sekeliling Adit. Beberapa pedagang dan gerobaknya terlihat mangkal di depan rumah-rumah warga.
Adit berbelok gang begitu melihat palang TPA CERDAS yang terpampang dan sampailah ia pada tempat tujuan setelah lima menit berjalan. Terdapat sepuluh kotak besar yang berjejer rapi dengan macam-macam warna sesuai dengan kategori barang masing-masing. Ada pilihan sampah organik atau nonorganik. Serta tempat barang daur ulang seperti plastik, kaca, kertas dan lainnya. Adit mengernyit bingung melihat mahluk orange yang bergerak-gerak pada salah satu wadah sampah itu.
Posisinya, orang itu memasukan kepala hingga bagian atas tubuhnya kedalam tempat sampah berwarna biru tua itu hingga hampir batas bokongnya saja. Ia tampak sibuk mengais-ngais isi tempat sampah itu entah mencari apa.
Adit merasa aneh tapi ia mencoba abai dan sibuk sendiri memilah-milah sampahnya. Tinggi tempat sampah itu kira-kira setinggi perut Adit dan adit adalah pria dengan tinggi 183 cm. Adit tidak tahu tong yang di naiki mahluk berseragam orange itu entah memilah sampah jenis apa karena tulisannya tertutup tubuh pendeknya.
Adit hanya menggeleng tidak habis fikir pada tingkah manusia bumi berpakaian orange itu. "Hhh .. Bisa-bisa ia terjerembab ke dalam."
Adit berguman seperti itu bukan tanpa alasan. Orang itu mengubek-ubek isi tong sedangkan tingginya tidak memungkinkan alhasil dia berkali-kali mendorong-dorong tubuhnya dengan kaki menjinjit dan sudah bergetar kelelahan.
Walau sudah coba abai sebaik mungkin tapi kok yah lama-lama Adit geram sendiri. Di dekatinya tong itu mungkin ia bisa tawarkan sedikit bantuan.
"Ehem!" dehem Adit untuk memulai kata-kata. Yah Adit hanya berdehem, tapi Impacknya.
Bruk
"Akh!!"
Suaranya wanita. Dan orang itu sungguhan telah terjelungub ke dalam tong sampah seperti yang Adit khawatirkan. Kini hanya tersisa kaki yang terangkat ke luar wadah dari gadis itu.
"Akh tolong! Tolong!" Adit spontan panik dong. Buru-buru ia menangkap pinggul gadis itu karna hanya itu yang bisa Adit raih lalu Sekuat tenaga Adit menarik tubuh itu keluar.
Si Gadis langsung luruh di atas tanah begitu kakinya menyapa tanah dan ia telah selamat dari tragedi tong sampah yang mungkin hampir membunuhnya.
"Sialan lo ya! Ngagetin gue aja!" Bukannya ucapan terimakasih. Kalimat pertama kali yang keluar dari mulut yang Adit tolong itu justru umpatan kepadanya. Yang benar saja!
"Saya tidak bermaksut mengejutkan siapapun. Kamu terkejut atau tidak bukan urusan saya." Balas Adit kalem lalu beralih kembali pada sampah-sampahnya. Gadis itu bangkit memandang Adit. Suara yang tidak asing baginya.
"Oh! Lo om banyak duit kan!" gadis itu mendekati Adit.
Adit melirik sekilas. "Oh ternyata kamu gadis itu..." jawab Adit tetap dalam ketenangan tanpa melirik gadis itu sama sekali.
"Ngapain lo disini?"
Selalu, tanpa kesopanan sedikit pun. Dan Adit benci orang seperti ini.
"Yang kamu lihat?" gadis itu hanya diam menggerakan pundak seolah bicara "Mana gue tahu."
"Kamu sendiri, sebenarnya apa yang tadi kamu kerjakan? " Adit menghentikan aktifitasnya sejenak. Bahkan ia memberi etensi penuh pada gadis berseragam orange yang mulai buatnya kesal itu.
"Bukan urusan lo!"
Dan fix sekarang Adit sungguhan kesal nyaris marah. Ia membuang wajah tak mau peduli lagi. Namun anehnya separuh diri Adit sudah tak merasa heran Jika ketidak sopanan sudah sepaket dengan gadis itu sepertinya.
Coba acuh Adit fokus memilah sampah-sampahnya lagi, ingin segera menyelesaikan ini lalu jauh-jauh dari mahkluk orange ini.
"Ah iya!" gadis itu menepuk jidatnya seolah baru teringat sesuatu.
"Om tolongin gue dong. Ambilin buku di dalam. Tadi gue udah nemu beberapa yang bagus-bagus. Tapi ga bisa gue keluarin malah yang ada gue nyungsep begitu." Adit pura-pura tak mendengar awalnya sampai lengannya di tarik paksa.
"Om... Tolong gue dong! Ntar gue maafin deh yang barusan. Tolong yah yah yah!"
Adit menghela nafas. " Apa?" ujarnya sehalus mungkin agar tak kentara Jika Adit sedang kesal. Ia gengsi dan tak mau ada kesalah pahaman. Asli Adit bukan seorang pemarah sebenarnya.
"Ambilin buru. Lo kan tinggi jadi pasti bisa ngambil dengan gampang." dalam kamus hidup Adot itu ada prinsip, untuk selalu menutamakan epentingan para anak-anak dan wanita terutama yang tua, namun biarpun menjengkekan begini si Orange itu penampakannya masih wanita. Jadi Adit langsung luluh dengan mudah, ia mendekati tong sampah biru yang tadi di naiki gadis itu dilihat dari tulisan di depannya.
Buku
Adit mengangguk-angguk paham dan tersenyum tipis tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Ternyata dia mencari-cari buku?" guman Adit sambil menengok ke dalam tong itu, terdapat cukup banyak buku yang dalam kondisi baik bahkan tampak masih baru-baru.
Senyum kian lebar terulas di wajah tampan Adit tatkala ia mengingat satu hal konyol.
Sebenarnya ada cara yang lebih mudah mengambil isi Tong itu tanpa perlu repot-repot tersungkur ke dalamnya lebih dulu.
Adit mencondongkan tubuhnya. Diatas tulisan baku di depan wadah tong itu terdapat sebuah cerukan untuk di masuki jemari. Adit menyentuh dan menariknya. Dan seketika separuh tong itu terbuka dan menampilkan isi didalamnya.
Yah! Itu pintu tempat mengambil isinya. Gadis orange itu hanya melongo melihat keajaiban itu.
"Nah, sekarang pilih mana buku-buku yang kamu mau." ujar Adit santai menyembunyikan rasa puasnya bisa buat gadis itu bungkam karena kebodohannya sendiri.
"Loh kok!! Dari kapan bisa di buka gini?"
"Untuk Tong bertuliskan buku dan baju memang dari sini mengambilnya. Lain kali bertanyalah lebih dulu dari pada suka bersusah payah. Sudah kan? Klau begitu saya duluan yah." Adit meremas trashbag nya yang sudah kosong lalu ia melemparkannya dalam wadah bertulis plastik dan pergi begitu saja meninggalkan gadis orange yang hanya diam menatapi kepergiannya. Hingga dari kejauhan Adit mendengar.
"Thanks!! Om banyak duit!! I lop yu!!"
Sontak Adit terkekeh kecil sembari menggeleng lalu sejenak menoleh dan melihat wajah ceria gadis yang semangat melambaikan tangannya kuat-kuat untuk kepergian Adit.
"Astagah... Dia lucu sekali."
OoO
Pagi itu udara Jakarta terasa sejuk. Adit sudah bersiap di kursi halaman rusun tuk awali harinya. Ia tengah memakai sepatu, setelah memastikan kedua sepatunya telah terpasang dengan pantas Adit pun bangkit, tak lupa memasang Earphone di kedua telinga Ia pun siap memulia lari paginya.
Pagi ini Adit cerdas memilih outfitnya. Dengan Boxer bitu tua diluar leging selutut sebagai dalaman tampak sersi dengan t-sirt hitam yang melekat sempurna di tubuh atletisnya. Adit itu pemuda yang rapi dan mengerti fasions sebenarnya. Sangat terdukung dengan paras rupawannya. Maka wajar jika banyak orang tidak bisa memahami pria segentle dia tidak kunjung menikah dan membina sebuah keluarga.
Mendengarkan lagu yang ia suka Adit pun berlari menyusuri jalanan perumahan lalu mengelilingi taman kota dan berakhir pada jalanan perumahan di sekitar rusunnya lagi.
Waktu sudah menunjuk pukul 08: 09 pagi. Sedang Adit memulai larinya sejak pukul 06: 00. Terhitung sudah dua jam, maka ia putuskan untuk beristirahat. Ia duduk disebuh kursi beton tepat bersebelahan dengan pos ronda kosong.
Di lepasnya earphone dari telinga dan Adit membuka minuman ber-ion yang baru ia beli dari warun. Tak butuh wktu lama untuknya menandaskan isi botol itu. Adit sangat kehausan.
Disaat bersamaan Adit mendengar musik bernuansa keroncong yang sangat berbudaya teralun di sekitarnya. Lengkap dengan suara penyanyi yang melengkapi.
L
Kicir-kicir ini lagunya~
Lagu lama ya tuan dari Jakarta~
Saya bernyanyi ya tuan memang sengaja~
Untuk menghibur menghibur hati nan duka~
Adit pun otomatis melihat ke arah ssesuatu itu kian keras berbunyinya.
Sepasang ondel-ondel tampak menari-nari disusul suara riuh anak-anak yang girang mengiringi beserta sebuah gerobak yang mengangkut tape record yang beramai-ramai di dorong oleh seorang wanita beriringan anak-anak kecil.
Wanita itu memegang mic di depan mulutnya. Sudah jelas jika ialah sang penyanyinya. Dan suaranya... Adit akui cukup merdu. Tidak... Sangat merdu. Untuk beberapa saat Adit seolah terbius. Ia bungkam dan memandang lekat rombongan pengamen jalanan itu tatkala lewat di depanya.
Lebih tepatnya Adit melihat pada dia... Yang membuatnya terpesona. Gadis berkucir ekor kuda itu tak memakai seragam olahraga sekolahnya yang berwarna orange hari ini.
Kali ini ia tampak cantik dengan baju pink berlengan pendek dan celana jeans denim selutut yang ia kenakan.
Yah gadis itu! Gadis yang ia temui di TPA kemarin sore . Dan yang telah menolongnya kapan hari dari pencopet sekaligus yang mencuri uang Adit sebanyak tiga ratus ribu.
Adit tidak percaya gadis itu punya keajaiban dengan suaranya.
"Winty..." ujar Adit pelan dengan senyuman tipis miliknya yang selalu berhasil membuat ibu-ibu dan para gadis sekitar rusun sampai sepanjang jalan Adit berangkat bekerja jadi kelimpungan tidak karu-karuan tiap hari.
"Sebenarnya ada berapa banyak sisi unik dari dirimu yang kamu punya? Semua... Sangat mengejutkan bagiku."
BERSAMBUNG....