Wili kemudian mengusap kembali pipi Jeni dengan lembut kemudian berkata lagi, "Aku pun sama, Jen."
"Mas, makasi ya. Kamu telah menerima aku apa adanya. Banyak sekali salah dan kekurangan dalam diriku, tapi kamu senantiasa menerimaku." Jeni berkata lagi. Dia hanya ingat dengan kisah wanita tadi yang sungguh pilu. Berbeda dengan dirinya saat ini yang amat beruntung.
"Kita sama-sama menerima kekurangan masing-masing," balas Wili.
Wili kemudian segera menyalakan mesin mobilnya, lalu melaju. Sepertinya bukan ke arah jalan pulang saat Jeni menyadari arah jalan yang berbeda.
"Kita mau kemana, Mas?" tanya Jeni. Ia merasa heran saja karena jalan yang dilalui bukan ke arah rumah.
"Kita akan ke rumah orang tua Mba Selin. Kita akan jemput Nathan," jawab Wili sambil terus fokus dengan setir mobilnya.
"Jemput Nathan?" Jeni memastikan lagi.
"Iya," jawab Wili.