'Aku tidak tahu apakah ungkapan kamu itu benar atau tidak, Wil. Setelah kepalsuanmu kemarin berhasil memporak-porandakan perasaanku, rasanya sulit sekali untuk kembali percaya sama kamu. Padahal, sampai saat ini pun hanya kamu lelaki yang aku cintai.' Jeni tampak bergumam dalam hatinya. Dia masih berdiri di balik pintu kamarnya. Jeni juga bisa mendengar ucapan yang dikatakan Wili tadi kepadanya. Namun sepertinya Jeni butuh menenangkan diri untuk memikirkan hal ini.
Sementara di luar kamarnya, Wili pun masih berdiri menanti jawaban Jeni. Wili berharap pintu yang tertutup rapat di hadapannya dibuka oleh Jeni, padahal dia sendiri masih memegang kunci serepnya.
Meski kunci serep ada di kamar Wili, kali ini dia tak bisa membuka pintu kamar Jeni seenaknya. Dia menghargai privasi Jeni.