Mata lelah dan kasur yang nyaman membuatku semakin lelap dalam tidur, hingga enggan untuk bangun.
"Amai, kamu kenapa belum bangun!" suara Mama terdengar semakin nyaring.
Ku tutup kedua telingaku dengan bantal serta mengeratkan selimut menyelimuti seluruh tubuhku. Namun, semakin Aku abai dengan suara Mama semakin keras pula Mama memanggil.
"Kenapa sih Mah!" balasku yang kelewat jengkel.
"Hari ini kamu nikah Amai!" bentak Mama dari luar kamar.
Aku yang setengah sadar belum menangkap maksud perkataan Mama.
"Oh nikah," lirihku
"AMAI!!!" suara mama bertambah keras, aku pun menghela nafas panjang, melepaskan selimut yang menggulung tubuh, lalu mengucapkan kata perpisahan kepada kasur kesayanganku ini.
"Iya Mah, bangun." Aku berteriak, suara gedoran pintu dan mama yang mulai menghilang, setelah memastikan aku terbangun.
Aku masih berusaha mengumpulkan segenap nyawa, lalu berargumen dengan diriku dan meyakini bahwa hari ini aku menikah.
Ku ambil ponsel yang tergeletak disembrang tempat, mataku sedikit kaget melihat banyak pesan serta panggilan yang masuk dari calon suamiku.
Sedikit geli memanggilnya calon suami.
"Woi bangun lo, hari ini kita nikah." Aku membaca lirih pesan dari sang calon suami.
Setelah puas menertawai diri sendiri, ku lihat jam yang tertera diponsel.
"Masih jam lima pagi, kurang ajar banget ganggu pagi gue, mamah mau nangis," teriakku, lalu melangkah menuju kamar mandi.