"Saya kecewa sama kamu, Naira!"
Naira sangat bingung dengan ucapan Bos Nathan. Kecewa kenapa? Ada perihal apa sehingga Bos Nathan kecewa kepadanya seperti ini?
"Maaf Bos, memangnya kalo saya boleh tahu, Bos kecewa sama saya karena apa?" tanya Naira memberanikan diri.
Bos Nathan memberikan sebuah amplop berwarna coklat seukuran HVS kepada Naira. Dan Naira mengambil amplop tersebut dengan tangan gemetar hebat.
"Ap-apa ini, Bos?" tanya Naira semakin takut dengan sebuah amplop yang kini sudah beralih berada di atas telapak tangannya.
"Buka saja..."
Bos Nathan terlihat semakin berbeda dengan hal itu, membaut Naira semakin yakin jika saat ini Naira berada dalam masalah besar.
Dalam hitungan detik saja kehidupan Naira akan hancur seketika setelah membaca isi amplop coklat itu. Meskipun Naira tidak tau pasti isinya apa, tapi ia sangat yakin Naira ada di dalam masalah besar.
Selepas amplop itu berhasil dibuka, mata Naira langsung melihat judul dari atas kertas itu, dan ternyata. "Data laporan kerja Karyawan."
Ya, Naira saat ini memegang data laporan kerja yang ada di perusahaan ini. Lalu apakah maksud dari Bos Nathan memberikan kertas itu kepadanya?
"Iya, itu data kerja semua karyawan yang ada di sini, lihat saja di situ ada nama kamu juga." Bos Nathan memberi tahu Naira bahwa di dalam kertas itu juga ada namanya.
Naira membaca semuanya dengan seksama tanpa ada yang tertinggal sedikit pun. Dan betapa terkejutnya Naira saat mulai membaca nama-nama karyawan yang ada di dalam daftar data tersebut.
"Na-nama saya kenapa ada di atas sendiri, Bos?" tanya Naira terbata-bata.
Ia sangat terkejut dengan hal itu. Dan apa ini? Kenapa namanya tertera di bagian atas dengan jumlah skor tertinggi? Sungguh sesuatu hal yang sangat membingungkan bagi Naira.
Setiap orang yang berkerja di Perusahaan ini akan mendapatkan skor sesuai dengan kemampuan dan niat bekerja masing-masing. Dan sekarang Naira melihat bahwa namanya ada di bagian paling atas.
"Ya, kamu bekerja dengan sangat baik di bulan ini. Saya bangga sama kamu." Bos Nathan langsung bertepuk tangan sembari tersenyum lebar dan manis.
Naira semakin bingung, tetapi dalam hatinya ia juga bangga dengan hasil ini. Naira masih bingung kenapa tadi Bos Nathan bilang jika dia kecewa dengannya sedangkan hasil kerjanya bagus?
"Ta-tapi Bos, tadi Bos bilang kecewa sama saya, kenapa Bos bilang bangga sama saya?" tanya Naira dengan wajah polosnya.
Bos Nathan terkekeh. "Tidak, tadi itu saya hanya bercanda supaya kamu tegang bila saya panggil ke ruangan saya, sekalian buat latihan pemanasan jantung."
Dengan entengnya Bos Nathan bilang seperti itu kepada Naira. Apakah Bos Nathan tidak tahu bahwa nyawa Naira hampir melayang hanya gara-gara Bos Nathan tadi bilang kecewa?
Seketika itu senyuman Naira pecah dan terlihat jelas di sana. Naira bangga dengan dirinya sendiri. Diusianya yang masih muda begini, Ia mampu meraih kepercayaan yang ada di Perusahaan ini dengan menjadi karyawan terbaik di bulan ini.
"Terima kasih banyak Bos, karena anda telah mempercayai saya untuk merasakan menjadi karyawan terbaik di perusahaan bulan ini..." Naira terus saja menunduk dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih.
"Iya sama-sama, dan bukan hanya itu saja tujuan saya memanggil kamu datang ke sini."
Mendengar itu Naira kini berani menatap ke arah Bos Nathan dengan raut wajah penasaran, ia menyengir. "Apakah masih ada lagi yang ingin disampaikan Bos Nathan?" batin Naira.
"Masih ada lagi Bos?" tanya Naira.
Bos Nathan mengangguk. Lalu Bos Nathan membenarkan posisi duduknya dan menatap ke arah Naira.
"Mulai sekarang saya angkat jabatan kamu di kantor ini menjadi karyawan tetap dan bukan menjadi karyawan biasa lagi..."
Deg...
Jantung Naira seakan-akan berhenti berdetak mendengar kalimat itu. Sungguh demi apa Bos Nathan dengan mudahnya mengangkat jabatannya begitu saja?
"Yang benar Bos?" tanya Naira masih belum percaya begitu saja jika dirinya akan naik jabatan secepat ini dalam waktu tiga bulan saja.
"Iya, karena saya pikir kamu berhak mendapatkan itu semua, sebab kamu memang benar-benar serius dalam bekerja."
"Dan saya harap kamu ke depannya akan semakin rajin dan giat lagi, supaya kamu bisa membantu perusahaan ini maju dan berjaya berkat capur tangan kamu."
Naira mengangguk cepat, dengan antusias. "Iya Bos itu pasti, saya akan melakukan apa pun demi perusahaan ini."
"Bagus, sekarang kamu bisa tanda tangan di surat yang saya buat ini." Bos Nathan menyodorkan sebuah kertas dan bulpoin di depan Naira.
Maka dengan antusias Naira menandatangani surat itu dengan perasaan yang sangat bahagia.
"Sudah Bos, sekali lagi terima kasih banyak..."
"Sama-sama, sekarang kamu bisa kembali ke tempat kerja kamu." ujar Bos Nathan.
Setelah mendapatkan perintah itu membuat Naira langsung menuju ke arah meja tempatnya bekerja. Baru saja keluar dari ruangan Bos Nathan, tiba-tiba seluruh pasang mata yang ada di sekitar itu tertuju kepada Naira.
"Kenapa semua orang jadi tiba-tiba menatap aku seperti itu ya?" tanya Naira dalam hati bingung.
Namun Naira tidak ambil pusing, Naira berjalan menuju ke meja tempatnya bekerja karena Naira sudah tidak sabar lagi untuk memberitahukan berita ini kepada sahabatnya yaitu Rina.
"Rin... Rina?" Naira dengan begitu semangat yang sangat tinggi memanggil-manggil nama sahabatnya.
Sehingga seseorang yang memiliki nama tersebut datang dan menemui Naira dengan perasaan yang panik dan khawatir.
"Ada apa, ada apa? Kamu nggak papa kan? Bos Nathan lakuin apa sama kamu dan ada berita apa kamu sampai dipanggil ke ruangannya?" tanya Rina bertubi-tubi.
Bukannya menunjukkan wajah yang sama paniknya seperti Rina. Naira menunjukkan wajah penuh senyuman yang berartikan bahwa dirinya sedang baik-baik saja dan tidak ada sesuatu hal yang buruk terjadi kepada dirinya.
"Tidak ada apa-apa melainkan ada berita baik hari ini, dan apakah kamu tahu, aku benar-benar bahagia banget hari ini?"
Rina semakin bingung setahu dirinya semua orang yang baru saja selesai keluar dari ruangan Bos Nathan, orang itu pasti menunjukkan wajah sedih atau kecewa tapi kali ini berbeda dengan sahabatnya yang menunjukkan wajah bahagia tanpa ada masalah sedikitpun.
"Bahagia?" Rina semakin bingung.
Naira menganggukkan kepalanya. "Iya, jabatan aku naik jadi karyawan tetap, sama seperti kamu."
Rina tidak percaya jika kabar yang di bawakan oleh Naira itu benar-benar kabar yang sangat baik baginya.
"Ha? Serius?" Bahkan Rina pun masih tidak percaya jika hal itu benar-benar terjadi kepada sahabatnya.
Naira menganggukkan kepalanya berusaha meyakinkan sahabatnya jika apa yang di ketahui itu benar adanya.
"Wah keren banget..." Puji Rina kepada Naira.
"Iya setelah ini aku akan fokus dengan kuliah aku untuk meraih cita-citaku yang selama ini aku bangun dengan seseorang spesial dalam hidupku."
Naira tersenyum kembali mengingat wajah-wajah Farel yang masih ada di benak pikirannya.
Bersambung...