Chereads / Semanis Luka dan Dendam / Chapter 4 - Tabrak Lari

Chapter 4 - Tabrak Lari

Jam kerja sudah kelar. Naira akan pulang ke rumah setelah membereskan meja kerjanya. Melihat sekeliling rupanya ada banyak karyawan yang sudah pulang lebih dulu.

"Nai, pulang bareng yuk!" Rina mengajak Naira untuk pulang bersama.

Mungkin bukan hanya sekali atau dua kali saja mereka selalu pulang bersama melainkan setiap hari.

"Emang nggak apa-apa nih?" tanya Naira sedikit menggoda. Naira merasa tidak enak saja jika setiap hari harus bareng dengan Rina.

"Nggak papa lah, kayak sama siapa saja kamu itu." Rina menggelengkan kepala heran.

Naira memasukkan beberapa berkas penting ke dalam tas slempang yang ia kenakan. "Ya nggak gitu juga sih, aku takut ngerepotin kamu."

"Sudahlah ayo kita keluar sekarang, emangnya kamu mau terkunci sendirian di sini? Terus kamu di dalam sini dalam kondisi gelap?" tanya Rina menakut-nakuti Naira.

Rina tahu betul jika Naira takut dengan kegelapan. Ia tidak bisa hidup jika di dalam kegelapan. Selama Naira tinggal sendirian di rumah, di saat mati lampu. Naira selalu pergi ke rumah tetangganya untuk mencari teman.

"Jangan gitu lah... Nggak tau apa aku trauma banget sama gelap?" tanya Naira membolakan matanya.

Rina hanya terkekeh puas melihat mental Naira menciut. "Maka dari itu, ayo kita pergi dari sini, aku juga gak mau terkunci di sini sama kamu."

Sampai di perjalanan mereka berdua selalu bercerita tentang apa saja yang ada dibenak mereka. Dari kisah sedih hingga bahagia mereka menceritakan semua.

Ada yang bercerita, ada pula yang mendengarkan. Indahnya persahabatan semacam itu.

"Iya aku juga merasa gitu tapi...-

Bruk!!

Belum juga Naira menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba mereka disuguhkan dengan pemandangan yang kurang mengenakan. Ada pengendara motor yang tertabrak.

"Eh eh... Kasihan Bapak itu, ayo kita ke sana Rin." Naira menepuk-nepuk pundak Rina agar menuruti keinginannya pergi ke tempat kejadian itu.

Berhubung kejadian itu tidak jauh dari tempat Naira dan Rina. Maka mereka memutuskan untuk datang dan melihat langsung kondisi dari Bapak itu.

Bahkan tidak hanya Naira dan Rina saja. Melainkan orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian itu pun langsung berlarian untuk menolong Bapak tersebut.

Namun siapa sangka jika pelaku yang menabrak itu malah kabur tidak mau bertanggung jawab.

"Woi jangan kabur!!" Teriak Bapak-bapak yang ada di sekitar sana.

Naira langsung turun dari atas motor untuk melihat kondisi Bapak tersebut. "Astagfirullah... Bapak berdarah, sebaiknya kita bawa Bapak ini ke rumah sakit."

Naira berkata seperti itu dan tidak menunggu waktu lebih lama lagi akhirnya bapak-bapak yang ada di sekitarnya itu menyetujui apa yang dikatakan oleh Naira.

Akhirnya ada salah satu bapak-bapak berusaha menghentikan salah satu mobil yang melintasi jalan tersebut.

"Silakan pakai mobil ini saja, cepat bawa Bapak ini masuk ke dalam!!" Setelah Bapak itu tadi berhasil mendapatkan mobil tumpangan ia menyarankan agar membawa Bapak korban tabrak lari itu masuk ke dalam mobil.

"Ya, saya minta tolong bapak untuk membawa Bapak ini masuk ke dalam mobil biar saya yang urus semua nanti di rumah sakit..." Seketika itu semua orang yang ada di sana terkejut dengan perkataan Naira, termasuk Rina juga.

"Heh! Apa-apaan sih terus aku gimana?" Tanya Rina bingung karena sahabatnya itu lebih memilih membantu Bapak-bapak itu dibandingkan pulang bersama dirinya.

"Kamu pulang aja duluan atau mau di sini sama aku? Bantuin aku buat nganterin Bapak ini ke rumah sakit?" Tanya Naira.

Seketika itu Rina menjawabnya dengan gelengan kepala. "Kamu gila atau gimana sih? Kamu kan tahu aku phobia sama darah."

Iya memang benar Rina sangat tidak bisa melihat ada banyak darah atau jika tidak begitu dia akan sewaktu-waktu muntah. Saat itu juga Rina masih menetap di atas motor tanpa ikut turun seperti Naira.

"Ya sudah kalau begitu kamu pulang lebih dulu saja biar aku tolongin Bapak ini dulu..." Naira menjawab yakin.

"Kamu serius?" tanya Rina masih belum yakin jika meninggalkan Naira di tempat itu sendirian.

"Iya enggak apa-apa! Aku mau pergi ke rumah sakit dulu kasihan bapak ini." Setelah mengatakan hal itu Naira langsung menuju ke dalam mobil.

Lepas itu mobil yang ditumpangi oleh Naira melaju menuju ke rumah sakit terdekat untuk mengobati setiap luka yang ada di dalam bapak korban tabrak lari tadi.

Jujur saat di dalam mobil Naira tidak bisa melihat kondisi bapak itu karena memang kondisinya sangat kasihan. Ada begitu banyak darah yang keluar dari setiap tubuhnya mungkin karena benturan atau tergores saat kejadian kecelakaan tadi.

"Aw... Sakit." Tiba-tiba bapak itu merengek dengan suara kecil terus saja menahan rasa sakit yang ada di setiap tubuhnya.

"Tunggu sebentar ya, Pak sebentar lagi kita akan sampai kok." Naira berusaha menenangkan agar Bapak tersebut bisa merasa lebih tenang lagi.

Hingga akhirnya mobil tersebut sampai di rumah sakit terdekat.

Maka dengan secepat kilat Naira masuk ke dalam rumah sakit tersebut dan mencari salah satu suster untuk menolongnya membawa Bapak tersebut ke dalam ruangan UGD.

Setelah bapak itu dipindahkan dengan masuk ke dalam ruangan UGD. Naira memilih untuk menunggu di depan ruangan UGD itu sampai dokter selesai memeriksa dan mengobati setiap luka yang ada dalam bapak itu.

Ada rasa sedikit kecemasan dalam hati Naira ketika melihat bagaimana kuatnya Bapak tadi menahan rasa sakit. "Bagaimana kalau aku hubungi keluarganya saja ya?"

Naira baru saja terpikirkan oleh hal itu. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menunggu di tempatnya itu juga sampai dokter selesai memeriksa pasien itu lalu Naira akan meminta nomor handphone anak atau istri dari bapak itu supaya datang ke rumah sakit.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya dokter yang ada di dalam UGD itu keluar.

Maka Naira langsung berjalan menghampiri dokter itu dan menanyakan bagaimana kabar dari bapak tadi.

"Permisi Dok, bagaimana kondisi dari bapak tadi?" tanya Naira.

Seorang laki-laki paruh baya dengan menggunakan jas putih menatap ke arah Naira dengan wajah yang serius.

"Mohon maaf kondisi pasien saat ini benar-benar kurang stabil, dia tadi kehilangan darah cukup banyak sehingga membuat tubuh merasa lemas dan hanya mampu terbaring di ranjang saja.."

"Kalau boleh tahu anda ini dengan keluarga pasien?" Tiba-tiba dokter itu bertanya kepada Naira.

"Saya bukan keluarganya pasien tadi saya hanya menolong pasien saat jadi korban tabrak lari." Dokter itu menganggukkan kepalanya karena dia tidak bisa memberitahukan kepada orang lain selain keluarga pasien mengenai langkah lebih lanjut yang akan ia tindak lanjuti.

"Apakah anda sudah menghubungi keluarga pasien untuk datang ke sini? Karena saya ingin ngobrol langsung dengan keluarga pasien untuk membicarakan tindakan yang saya ambil kedepannya untuk pasien."

Naira menggelengkan kepalanya. "Belum Dok, bahkan saya sendiri tidak tahu nomor mana yang bisa saya hubungi dari pasien, nanti akan saya coba cari tahu mengenai keluarga pasien."

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu..."

Bersambung....