Chapter 24 - Dark Sky

"Sekali bekerja bisa menghasilkan uang banyak? Itu sepertinya mustahil. Lagipula Nona menikah dengan Tuan Muda Petra, orang yang paling kaya dan berpengaruh di Kota A. Tuan Muda mungkin tidak akan mempermasalahkan jika Nona meminta uang lagi darinya," ujar pelayan pria.

"Aih, kamu tidak mengerti situasinya. Katakan saja apa ada pekerjaan seperti itu?" tanya Olivia tak sabaran.

Pelayan pria itu tampak sedang berpikir. Dia mengetuk-ngetuk kepalanya dengan jari telunjuk. "Emm, pekerjaan seperti itu yang saya tahu menjadi wanita penghibur."

"Hah, wanita penghibur? Melayani dan merayu Om-om begitu?" ledek Olivia sambil menatap jijik.

"Ada yang seperti itu, ada juga yang hanya menemani pelanggan minum sudah mendapat uang banyak seperti teman saya."

Olivia langsung menajamkan pendengarannya dengan mata berbinar. "Hanya menemani minum saja? Benarkah?"

"Benar, teman saya sudah menjelajahi berbagai tempat hiburan untuk pekerjaan seperti itu. Dalam semalam saja bisa meraup sampai puluhan juta untuk satu pelanggan. Tentu saja jika pelanggan itu merasa senang," jelasnya. "Tapi, Nona, Anda jangan berpikir untuk melakukannya. Jika Tuan Muda tahu, dia mungkin akan marah."

"Ck, dia tidak akan tahu. Meski kita menikah secara sah, sebenarnya kita hidup masing-masing. Aku minta nomor temanmu itu, cepat berikan. Aku tidak memiliki banyak waktu," ujar Olivia tergesa-gesa.

"Eh, tapi, Nona ... saya -"

"Kamu masih ingin bekerja di sini, kan?" tekan Olivia dengan nada mengintimidasi.

Pelayan pria hanya bisa menelan saliva dengan wajah menunduk. Di rumah ini Olivia memiliki kekuasaan yang sebanding dengan Petra. Dia bisa memecat pelayan mana pun yang tidak patuh. Kini dia sedang berada di ujung tanduk. Dengan amat sangat ragu, pelayan pria itu pun memberikan nomor telepon temannya.

"Tapi, Nona harus berjanji, jika Tuan Muda tahu, Nona tidak akan menyeret nama saya," ucapnya sambil mengusap keringat dingin di kening.

"Aku salah satu orang yang dapat dipercaya. Jangan khawatir," kata Olivia sambil tersenyum lebar dengan mata berbunga-bunga.

...

Malam hari di Dark Sky Club.

Petra memarkirkan mobil sportnya sejajar dengan mobil sport para Tuan Muda lainnya. Sepertinya semua Tuan Muda sudah berkumpul di lantai paling atas, hanya Petra yang terlambat. Dia baru pulang dari kantor pusat dan langsung kemari dengan masih mengenakan setelan jas.

Petra disambut hangat oleh para penjaga di kelab malam saat masuk ke dalam dengan begitu gagah. Para wanita malam yang sedang asik berjoget dengan kelap-kelip lampu disko langsung teralihkan pandangannya saat Petra berjalan melewati mereka. Aura kejantannya sangat kuat sampai membuat para wanita di sana menatapnya tanpa berkedip. Mereka ingin sekali menggapainya bahkan ingin mencoba tidur dengan Petra, tapi mereka hanya bisa berhayal karena sikap Petra sangat dingin. Tidak ada yang bisa meluluhkan hatinya sampai sekarang.

Dua orang penjaga di depan pintu ruang VVIP mempersilakan Petra masuk ke dalam. Saat Petra melangkah masuk dan mengedarkan pandangan matanya, dia melihat kehadiran William, Lucas dan Noah yang sedang duduk dengan beberapa botol minuman di atas meja. Ruangan ini dikhususkan hanya untuk mereka berempat. Tuan Muda yang lain berada di ruangan sebelah. Namun, ada beberapa wajah baru malam ini. Petra menyipitkan matanya, menajamkan penglihatan di ruangan dengan suasana temaram ini.

Seorang gadis imut berambut panjang bergelombang dengan memakai rok sejengkal di atas lutut, duduk di tengah William, Noah dan Lucas. Ternyata itu adalah Isabella Cloe, anak seorang Gubernur yang selalu menempel pada Petra. Dia baru pulang liburan dari luar negeri.

Dua pria lainnya sedang berbincang terpisah, itu adalah Erfan dan Jerry. Namun, Petra tidak mengetahui siapa Jerry, dia asing di matanya.

"Kak Petra...!" teriak Bella antusias. Dia langsung berlari dan memeluk Petra dengan begitu erat.

Tinggi Bella hanya sebatas dada Petra saja. Dia adalah gadis cantik bertubuh mungil. Dia selalu berpenampilan imut karena usianya baru menginjak 20 tahun.

"Aku sangat merindukan Kak Petra. Setiap malam di luar negeri selalu terbayang wajah Kak Petra. Liburanku menjadi tidak menarik," gerutunya dengan bibir mengerucut.

Petra menggoyangkan tubuhnya agar Bella melepaskan pelukannya karena dia merasa tidak nyaman. Dia pun duduk sambil tak melepaskan tatapannya dari Erfan. Tatapan yang menusuk itu membuat Erfan bertanya-tanya. Apa dia sudah berbuat salah pada Petra-atasannya?

Erfan jadi berprasangka buruk. Dia segera mendekati Petra untuk menyambutnya. Bersikap ramah tamah dan sopan santun di depan Petra.

"Selamat malam, Tuan Petra. Maaf sudah lancang ikut bergabung dengan kalian di sini. Jika Tuan Lucas tidak mengajak saya kemari, saya tidak akan berani, hehe," ujar Erfan sambil tersenyum manis.

"Ah, aku bertemu dengan Erfan di lantai bawah. Karena kami saling kenal, jadi aku mengajaknya untuk bergabung," jelas Lucas pada Petra.

Petra masih saja menatap Erfan dengan maksud tersembunyi. Dia teringat perbuatan Erfan yang sudah mencampakkan Olivia demi wanita lain. Entah kenapa, bawaannya jadi geram melihat Erfan.

Matanya beralih menatap pria gondrong di samping Erfan dengan anting di salah satu telinganya. Mengenakan jaket kulit dan kaos hitam berkarakter. Keren, tapi penampilannya seperti badboy dan agak nyeleneh bak seorang gankster. Sangat bertolak belakang dengan kehidupan para Tuan Muda yang berwibawa.

"Ah, kenalkan ini teman saya, Jerry. Penampilannya mungkin terlihat nakal, tapi sebenarnya dia baik," ujar Erfan sambil tersenyum bagai kuda.

Petra malah menjadi penasaran karena dari tadi Jerry terus bertatapan dengan William. William menatapnya tak suka, Jerry jadi bingung sendiri. Ada apa dengan mereka?

Petra menghela napas kasar. Dia tidak mau ambil pusing. Tugas kantor sudah hampir membuatnya gila. Dia kemari ingin menyegarkan pikiran.

"Aku merasa suasana berubah jadi tegang. Yah, sudah tidak aneh juga sih, jika Petra masuk. Karena aku sangat perhatian pada kalian, aku sudah menyiapkan beberapa wanita penghibur yang sangat cantik. Katanya ada pekerja baru yang masih fresh. Hm, aku jadi tidak sabar ingin melihatnya dan membawanya ke tempat tidur," gurau Noah dengan mata yang dipenuhi nafsu.

"Astaga, Kak Noah! Hati-hati bicara, di sini kan ada aku," kata Bella menggerutu dengan manja sambil memeluk lengan Petra.

"Abaikan perkataannya," bisik Petra sambil mengambil segelas minuman dan meneguknya dengan damai.

Noah memberikan perintah pada dua petugas di luar untuk membawa masuk wanita-wanita penghibur yang sudah dipesan. Dia terlihat tidak sabar sampai hampir gila jika sedetik tidak melihat wanita cantik.

Di luar ruangan, Olivia dengan pakaian yang amat seksi, bahkan pakaiannya sampai memperlihatkan belahan dadanya yang sintal dan pahanya yang mulus, sedang berdiri berjajar bersama beberapa wanita penghibur lainnya. Wajahnya dirias dengan kilauan di mata serta polesan lipstik merah menyala untuk memikat pelanggan. Kaki jenjangnya memakai stocking hitam hanya sampai lutut saja.

Olivia benar-benar tidak tahan memakai pakaian kurang bahan seperti ini. Dia berbisik pada teman kenalan yang mengajaknya bekerja seperti ini. Cika namanya.

"Cika, kita hanya menemani pelanggan minum saja, kan? Tapi, kenapa harus sampai memakai pakaian seseksi ini?" tanya Olivia sambil menjepit kedua pahanya karena merasa tidak nyaman.

...

BERSAMBUNG!!