Perjuanganku baru seperti ini, tapi aku sudah merasa tersesat, kehilangan arah dan tujuan. Maklum, aku masih terlalu muda untuk menghadapi semuanya.
Di bawah lampu jalan yang pencahayaannya redup, aku menangis terisak-isak sambil memeluk lutut. Kemudian ada seseorang menghampiriku. Seorang pria. Dia adalah tangan kanan Leomord.
Katanya, Leomord yang memintanya menghampiriku, dan ternyata Leo ada di sana juga saat aku sedang mengemis-ngemis minta uang pada Ayah. Dia tahu aku sedang butuh uang. Jadi, dia mengikutiku sampai kemari karena ada maksud.
Pada akhirnya, dia menawarkan sebuah pertukaran yang membuat aku menganga sambil mengernyitkan kening sangat tajam. Gila, sepertinya kata yang cocok untuk pertukaran kami.
Tidak tahu hanya kebetulan atau memang sudah ditakdirkan. Waktu itu dia butuh istri dan aku butuh uang. Jadi, ya begitulah. Hubungan kita saling menguntungkan, meskipun keberadaanku harus disembunyikan.