Olivia menceritakan semua yang dia alami saat bertemu dengan Erfan pada Jerry. Dia mendengarkan dengan baik meski sebenarnya dia sudah tahu hubungan Erfan dengan Melisa, tapi di depan Olivia dia menyembunyikan semua itu.
Jerry merasa bersalah sudah membohongi Olivia. Datang jauh-jauh dari kampung, sampai Ibu Kota malah dicampakkan. Namun, ada alasan kenapa Jerry menyembunyikan perselingkuhan Erfan.
"Sudah, jangan sedih berlarut-larut. Seharusnya aku tidak pernah memberitahumu mengenai keberadaan Erfan, dengan begitu kamu mungkin tidak akan terluka," ucap Jerry sambil mengelus pelan bahu Olivia.
"Jika kamu berpikir begitu, aku akan sangat membencimu," ujar Olivia sambil memeluk lutut dengan tatapan kosong.
"Lalu, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan kembali ke kampung?" tanyanya.
Olivia mengedikkan bahunya dengan pasrah. "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya pada Ibu. Ibu sedang sakit keras, jika dia mendengar berita ini, aku takut akan memperburuk kondisinya."
Perasaan Jerry semakin terenyuh mendengarnya. Dia dan Erfan sudah berteman sejak lama, ke mana-mana selalu berdua. Melamar Olivia pun Jerry yang menentukan cincinnya. Ketika Jerry mengetahui Erfan berselingkuh dari Olivia, dia bingung harus bagaimana karena secara bersamaan rasa suka pada Olivia muncul. Dia tidak mau Olivia terluka dan memilih untuk mempertahankan kebohongan itu.
Antara persahabatan dan cinta, memang sering membuat resah gundah gulana.
"Apa itu minuman beralkohol?" tanya Olivia sambil menunjuk salah satu botol minuman di atas meja.
"E-eh, iya," jawab Jerry gugup.
"Kamu sedang patah hati juga?" duga Olivia.
"Ah, t-tidak. Kenapa memangnya?" tanya Jerry salah tingkah sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Banyak yang bilang ketika orang patah hati obat bius alami untuk meredam rasa sakitnya adalah alkohol. Apa itu benar-benar ampuh?" tanya Olivia sambil berusaha menarik kedua sudut bibirnya meski dengan alis berkedut.
Jerry termenung sejenak. Sebenarnya memang dia sedang patah hati karena tahu Olivia datang ke Ibu Kota untuk mencari Erfan dan menagih janji atas pernikahannya. Jerry hampir kehilangan harapan karena berpikir Olivia dan Erfan akan bersama malam ini, lalu dia memutuskan untuk menyegarkan pikiran di kelab ini.
"Tidak sepenuhnya benar, sih. Tapi, memang ketika dalam pengaruh alkohol, aku mampu membuka diriku dan mengeluarkan semua perasaanku yang mengganjal. Membiarkan semuanya terluapkan dengan percaya diri, karena kebanyakan orang tidak akan melakukannya jika pikiran mereka jernih," jelas Jerry lirih sambil menatap dalam kedua bola mata Olivia.
Tanpa diduga, Olivia menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas dan langsung meneguknya satu kali tegukan.
"Livia...!" teriak Jerry yang tak sempat menghentikannya. Dia melempar tatapan cemas pada Olivia, lalu segera merampas gelas dari tangannya.
"Aaah... ternyata rasanya tidak seburuk yang aku bayangkan. Aku merasa lebih rileks dan enteng dari sebelumnya. Aku mau lagi!" pinta Olivia sambil tersenyum lebar penuh percaya diri.
...
Dua jam telah berlalu, Olivia sulit dihentikan dan akhirnya dia ambruk karena mabuk ditangan Jerry. Tak henti-hentinya Olivia mengoceh mengenai rasa sakit hati yang dia alami. Dia berkali-kali mengutuk Erfan dan Melisa agar mendapatkan karma berlipat ganda.
Jerry segera memapahnya masuk ke dalam mobil karena Olivia tidak bisa dibiarkan jalan sendiri.
Saat mobil akan dinyalakan, Jerry melupakan koper serta tas Olivia yang masih berada di dalam kelab malam.
"Livia, aku akan mengambil kopermu. Kamu tunggu di sini dengan patuh, ya!" ucapnya pada Olivia yang setengah sadar dengan mata terpejam.
Jerry pun meninggalkan Olivia dan tergesa-gesa masuk ke kelab. Dia lupa tidak mencabut kunci mobilnya.
Olivia membuka matanya dan mencari keberadaan Jerry dengan kepala yang berputar.
"Jerry, di mana kamu? Kamu janji akan mengantarku pergi menemui si bajingan Erfan, kan? Tapi, kenapa kamu menghilang Jerry?! Aku harus melayangkan 100 kali pukulan dikepalanya dan menggunduli rambut wanita itu sebelum aku pulang," racaunya sambil merengek.
"Jerry...!" teriak Olivia, tapi tidak ada siapapun yang menyahut.
Olivia melihat kunci mobil masih menempel ditempatnya. Dia tersenyum sampai sudut bibirnya menyentuh telinga. Senyuman yang mengerikan seperti seorang Joker.
Olivia pun duduk di kursi kemudi dan tanpa pikir panjang langsung menancap gas. Meski terlahir di kampung, dia pandai mengendarai mobil karena setelah ayahnya meninggal dua tahun lalu, dia yang mengambil alih antar jemput bahan pakan dari gudang ke pasar.
...
"Satu kali putaran saja, ini sudah terlalu malam. Bisa mengganggu orang lain," ucap Petra sambil menggulung kemeja hitam lengan panjangnya sampai siku. Sebenarnya dia sangat lelah dan ingin segera pulang untuk istirahat.
Para Tuan Muda yang sudah bersiap untuk konvoi saling pandang memandang dan menganggukkan kepala.
"Baik, kita lakukan dari pada tidak sama sekali," ucap Noah sambil merangkul satu wanita seksi. Dia begitu menempel pada wanita yang baru ditemuinya di bar seperti permen karet.
Petra masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam mengkilat. Mobil sport Lucas yang berwarna merah menyala, William berwarna putih bersih dan mobil Noah berwarna ungu. Noah segera menggiring wanitanya masuk ke dalam mobil dengan sangat hati-hati.
Mobil sport yang lainnya berwarna tak serupa, karena tidak boleh ada yang menyamai.
Mereka menghidupkan mesin, lampu mobil menyorot terang dan mulai berkonvoi dengan sorak meriah dari para pengunjung bar yang menonton aksi tersebut.
Awalnya perjalanan mereka lancar-lancar saja karena sudah lewat tengah malam jalanan jadi lenggang. Namun, tiba-tiba muncul sebuah mobil ford ranger di depan mobil sport Petra yang melakukan manuver zig-zag. Sangat mengganggu dan menghambat perjalanan mereka.
Petra berusaha mengabaikan mobil tersebut dengan mendahuluinya karena ingin cepat pulang dan istirahat, tapi mobil ford ranger itu seakan tak mau kalah cepat. Dia mempermainkannya dengan terus berada di barisan paling depan sambil bertingkah.
Emosi Petra mulai memuncak ketika mobil ford ranger itu menggores mobilnya. Petra beberapa kali menekan klakson dengan kesal sampai rahangnya mengeras, tapi pengemudi ford ranger tidak mau berhenti.
Tiga Tuan Muda yang memperhatikan dari belakang dibuat panik bukan main. Sebab, suasana hati Petra harus terkontrol dengan baik. Dia tidak boleh marah berlebih, hal itu bisa memancing sisi lain dari kepribadiannya yang emosional muncul.
Bahaya bila Rex-nama sisi lain Petra mengambil alih tubuhnya. Dia tidak akan berbelas kasih pada seseorang yang menghalangi jalannya.
"Blokir jalan! Kepung ford ranger itu. Jangan sampai Rex mengambil alih Petra!" ucap William melalui sambungan telepon pada Lucas dan Noah.
Hanya ketiga tuan muda dan orang terdekat yang tahu kepribadian ganda Petra, yang lainnya tidak dibiarkan tahu karena akan sangat berdampak pada reputasi keluarganya.
Akhirnya semua mobil sport mengepung mobil ford ranger itu di tengah jalan. Mau tak mau mobil ford ranger itu berhenti, begitupun dengan mobil sport Petra.
...
BERSAMBUNG!!
Jangan lupa menambahkan ke koleksi bacaan kalian, ya. Ayo, beri dukungan untuk author!