"Wah, cantik." Mata Felicia terlihat berbinar.
"Apa lo mau beli cincin ini, Cia?" tanya Kaisar.
Felicia menimbang sesaat, ia ragu, meski pun ingin membelinya, perasaannya masih ragu. Apakah ia benar-benar mencintai Kaisar sampai rela bertukar darah di cincin itu? Ataukah hanya keingin dari gadis lugu semata yang baru saja tersakiti dan mendambakan pelipur lara dari perhatian seorang pria lain? Mungkin Felicia hanya terbawa suasana hati, bukan benar-benar jatuh cinta pada Kaisar.
"Kalau elo, Kai? Apa lo mau?" tanya Felicia balik, ingin tahu perasaan Kaisar.
"Kalau elo mau, gue nggak keberatan. Karena asal elo suka, gue pasti juga suka." Kaisar menoleh ke arah Felicia, saling pandang dengan tatapan yang dalam.
"Ka … kalau gitu ayo kita beli." Felicia mengambil uang dari amplop Kaisar untuk membayar cincin itu lantas memberikannya pada seles toko. "Baik kami ambil satu pasang."
"Baik, Kak. Ada permintaan khusus?"
"Bisa grafir nama kami di dalam lekungannya?" tanya Felicia.