"Cincin kawin, ya?" Kaisar mengusap bagian jari manis Felicia. Kaisar ingat betul bahwa pernah ada cincin berlian yang melingkar pada jari manis gadis ini. Sudah pasti Reyhan membelikan cincin itu sebagai tali pengikat pertunangan mereka.
Namun Kaisar yang saat ini bukanlah Reyhan. Ia tak bisa membelikan cincin emas apalagi berlian.
"Menyebalkan. Jadi begini ya rasanya kalah dari orang lain." Kaisar meremas dadanya, cemburu.
"Apa lo bakalan terima kalau cincinnya bukan emas?" gumam Kaisar lirih, tak mau membangunkannya.
Tring …
Coach Adhi [ where are you, Kai?? Lo ingetkan kalau malam ini lo ada pertandingan?]
[Ah, sialan! Gue lupa kalau hari ini gue tanding di club gara-gara masalah ini!!] pikir Kaisar.