Kembali ke Helicopter.
Napas Cia melambat, jauh lebih lambat lagi. Suntikan itu tak membantu Cia mengatasi rasa kantuknya. Cia masih bisa mendengar suara sang suami, namun rasanya suara itu begitu jauh … jauh sekali. Cia tak bisa menjawab apalagi menjangkau suaranya. Cia tak bisa menjawab karena sejauh apa pun ia ingin berseru, suaranya tidak keluar.
"Bertahan Wife!! Kumohon!!" Air mata Kaisar menggenang, menetes bersamaan butiran keringat sebesar biji jagung. Kaisar sudah hampir melepaskan kemudi helinya bila saja ada yang bisa menggantikannya. Sayang, tak ada yang bisa.
"Ciiiaa!!" seru Kaisar saat Cia tak menjawabnya.
Kesadaran Cia mulai terombang ambing di antara hidup dan mati. Cia begitu berusaha menjaga kesadarannya namun hilang timbul. Gelap terang gelap lagi dan terang lagi. Cia benar-benar sudah tak kuat menahan dirinya. Hembusan napasnya mulai melemah, begitu pula detak jantungnya.
