Hiruk pikuk manusia semakin memenuhi trotoar jalan di jam pulang kantor. Pukul lima sore, shift Cia berakhir. Langit berubah kemerahan, tanda matahari mulai tenggelam di pengujung cakrawala. Kaisar melihat sang istri sudah melambai ke padanya dari kejauhan. Wajah cantiknya membuat Kaisar selalu merasa penuh semangat namun sekaligus juga begitu cemas. Cemas bila harus mengetahui kalau Cia akan kecewa padanya yang terus menjadi orang gagal.
"Hubby!" Cia masuk ke mobil. Saat itu mata Kaisar langsung menyorot pada jari manis Cia.
[Cia?? Kenapa dia nggak pakai cincin kawin??] batin Kaisar kaget. Namun Kaisar memilih diam, tak mau seuzon dan bertanya pada Cia. Kaisar memilih untuk percaya pada istrinya, mungkin Cia punya alasan kenapa melepaskan cincin kawinnya. Lagi pula, pembelajaran hidup yang Kaisar terima bulan lalu membuatnya tersadar kalau tiap masalah tak bisa diselesaikan dengan saling tuduh dan bentak.