Gara-gara kehilangan cincin kawinnya yang berharga, Cia terpaksa pulang sedikit lebih mundur dari biasanya. Pukul enam sore dia baru nongol di hadapan Kaisar. Kaisar terlihat masih duduk di samping mobil sembari menikmati sebatang rokok, tangannya sesekali mengetik sesuatu di layar ponsel.
"Lama nunggunya, Kai?" Cia terlihat berkeringat, pasti dia berjalan dengan cepat-cepat karena khawatir dengan kondisi suaminya.
"Enggak, baru saja kok." Kaisar bergegas bangkit, menginjak putung rokoknya yang tinggal sedikit. Lumayan menunggu hampir satu jam, Kaisar sempat bertanya pada bagian UGD, mereka bilang Cia diminta tolong membantu operasi.
"Ayo pulang, capek banget." Cia menaruh tas dan juga snellinya di jog belakang, lalu masuk ke jog depan. Kaisar telah membukakan pintu untuknya.
"Yup."