Satu minggu kemudian.
Cia baru saja kembali dari kamar kecil. Jam makan siang sudah hampir habis saat Cia masuk kembali ke UGD, perutnya semakin membesar dan punggungnya alamak … hampir copot. Bulan depan mungkin Cia akan berhenti membantu operasi karena ia tak lagi kuat berdiri lama.
"Hei, Dok. Sudah makan siang?" Lastri datang ke meja praktek Cia. Ia memeluk sebuah tas yang sepertinya berisi bekal makan siang.
"Sudah, Las. Kenapa? Kamu belum makan?" tanya Cia, tumben sekali gadis itu tidak makan bersama karyawan yang lain di kantin?
"Lastri bawa bekal kok, Dok." Ternyata dia membawa bekal toh.
Cia bersandar dengan malas ke sandaran kursinya sementara tangannya sibuk mengelus perut, ugh … rasanya gatal namun Cia tak berani menggaruk perutnya jadi hanya elus-elus saja.
"Gimana kabar Kakakmu?" Cia memulai pembicaraan saat Lastri mulai membuka bekal makan siangnya. Ayam saus mentega.
"Hlo, apa suami dokter nggak pernah bilang?" tanya Lastri balik.