"Impossible!" William bergumam, menatap Sofia dengan pandangan kosong. Dia tak percaya dengan yang dikatakan Sofia. Namun, ini nyata. Samuel ke Tokyo, mendahului dirinya. Padahal, dia belum sempat mengatakan kepada Paula tentang perasaannya. "Kau bercanda, bukan?"
"Mengapa emangnya? Ibuku tadinya memang tak mengizinkan Samuel pergi. Tapi ketika dia berkata kalau dia pergi ke Tokyo untuk membujuk seorang wanita agar mau menikah dengannya, ibu membolehkan," jelas Sofia panjang lebar. Dia membuka kotak dan mencomot satu pie apel dan memuji betapa manis dan lezatnya kue tersebut. "Kamu tahu, kan, Will. Ibu sudah ingin Sam menikah. Dia sudah ingin mempunyai cucu. Padahal, aku tebak, tahun depan aku akan mempunyai adik baru karena Ayah dan Ibu tak pernah bisa lepas satu sama lain."