Chereads / RANJANG CINTA CASANOVA / Chapter 21 - PERCUMBUAN DENGAN ROSE

Chapter 21 - PERCUMBUAN DENGAN ROSE

Setelah mengemasi uangnya dalam koper, Casanova lekas pergi menuju lantai atas melalui lift yang tersedia.

Dia lalu berjalan di lorong hotel, sepatunya menginjak karpet tebal, serta matanya terus awas berkeliling mencari kamar bernomor 666.

Hotel ini cukup mewah, dengan fasilitas bintang 5 yang biasa digunakan oleh para penjudi guna berpesta, merayakan kemenangan judinya dengan bersenang-senang bersama wanita panggilan.

"Nah, itu dia!" Tak lama, yang dicari Casanova akhirnya ketemu. Ia segera membuka pintu kamar nomor 666 yang kebetulan tidak terkunci.

KRICIK...

KRICIK...

Yang pertama didengar Casanova adalah gemericik suara air shower yang berasal dari arah kamar mandi. Pemuda itu melirik sekilas, mengamati dinding kamar mandi terbuat dari kaca seluruhnya.

Namun, meski begitu, tetap saja tidak jelas siapa yang sedang mandi di dalam sana, sebab kaca itu tampak buram diselimuti oleh uap air panas. Maka dari itu Casanova mendekat, lalu tiba-tiba...

"Tunggulah di sofa. Pesanan anggurmu sudah ada di sana," suara perempuan dari dalam kamar mandi menyuruh.

Casanova tersenyum. "Hm, baiklah."

Di atas meja, ada sebotol anggur yang masih tersegel rapi. Serta di sebelahnya, ada 2 buah gelas, sepucuk pistol, borgol, dan juga serbuk sabu yang terbungkus di dalam plastik kecil.

"Astaga, ternyata perempuan itu juga seorang 'pemakai'," ujar Casanova menggeleng kepala. Selama ini dia belum pernah menyentuh barang haram seperti itu. Tapi ia tak begitu peduli, dan memtusukan untuk duduk dengan santai, membuka botol anggur kemudian menuangnya dalam gelas.

Slruupp ... ah, segar sekali rasa anggur kualitas terbaik ini.

Dan di saat sedang menikmati minumannya, tiba-tiba Rose sudah selesai mandi. Bunyi kran air shower dimatikan, kemudian perempuan cantik itu keluar dari kamar mandi.

"Bagaimana rasa anggurnya? Seharusnya kau suka sebab itu merupakan anggur terbaik yang ada di sini. Tidak sembarang orang bisa memesannya, hanya member-member khusus saja yang bisa mendapatkannya," ucap Rose dengan santai, lalu ia duduk di sofa sebelah Casanova.

Rambut panjangnya masih basah, pun tubuhnya yang langsing itu hanya terbalut piyama hotel berbahan tipis. Casanova jadi hilang konsentrasi, sebab melihat belahan dada perempuan cantik itu yang menggoda, serta dua pucuk dadanya yang mengecap di baju piyama tipis itu.

"Oh, mmm, apa itu artinya jika kamu adalah member khusus di sini?" ucap Casanova gugup.

Rose tersenyum miring, "Tentu saja, siapa yang tidak mengenalku? Rumah judi dan hotel ini adalah milik Miss Selena, salah ssatu penguasa mafia di kota Venesia. Dan kebetulan, aku adalah anggota eksekutif dari Keluarga EL Franco. Jadi singkatnya, boleh dibilang jika semua karyawan di sini adalah anak buahku."

"Ah, beruntung sekali aku, bisa bertemu dengan perempuan spesial seperti dirimu," Casanova memuji. "Pastinya kau punya pengaruh besar di Keluarga EL Franco."

Rose menuang anggur ke dalam gelas kemudian meminumnya. "Tidak, sebenarnya aku tidak se-spesial yang kamu kira. Aku hanya perempuan biasa, yang kebetulan diberi kepercayaan oleh Miss Selena untuk bekerja menjadi kepala keamanan Keluarga EL Franco. Jadi jangan heran, jika di atas meja ini ada sepucuk pistol dan juga borgol. Dua benda itu memang selalu aku bawa," jelas Rose dengan jujur.

Casanova mengangguk, "Lalu apa yang sedang kau lakukan malam ini di sini? Apa kau penggemar judi?"

"Sejujurnya tidak," Rose menggeleng cepat. "Hanya kebetulan, malam ini aku sedang ditugaskan Miss Selena untuk menilik rumah judinya. Aku harus menyamar sebagai pemain judi, untuk memastikan semua sistem di atas meja judi berjalan dengan baik. Tapi tunggu, ngomong-ngomong, siapa sebenarnya kamu itu? Kenapa rasanya aku tak pernah melihatmu datang ke sini sebelumnya?" Perempuan itu mulai penasaran, ingin mengenal Casanova dengan lebih jauh.

Casanova menatap tajam. Ia memanfaatkan ketampanannya untuk mengintimidasi perempuan itu. Rose jadi gugup seketika.

"Kau ingin mengenalku?"

"Eh ... oh, mmm, ya, jika aku boleh tahu, siapa namamu?" Rose kembali meminum anggurnya demi menghilangkan rasa gugup.

"Namaku Casanova."

"Oh, Casanova? Haha, menarik sekali. Mengingatkan aku kepada seorang legenda di masa lalu yang terkenal suka menaklukan hati para wanita," ucap Rose, dengan langsung memandangi cincin yang berada di jari kelingking Casanova. Sedari tadi di atas meja judi, ia sangat terpikat dengan benda tersebut.

"Ya, itu memang benar. Dan entah kebetulan atau tidak, tapi aku memang punya kecenderungan yang sama dengan sosok sang legenda itu," timpal Casanova.

"Maksudmu?"

"Aku selalu berhasrat untuk menaklukan hati wanita. Aku penggila wanita, dan aku ingin mencumbunya. Menikmati setiap lekuk tubuh wanita dalam sebuah percumbuan adalah tujuan dari hidupku. Dan, itulah yang sedang kurasakan juga terhadapmu sekarang ini, Rose. Jadi, kenapa kau tidak segera membuka piyamamu dan menunjukkan tubuh indahmu padaku?"

Rose terdiam. Seharusnya ia merasa terhina dengan ucapan Casanova itu. Tapi aneh, kenapa rasanya ia tidak bisa marah kepada pemuda tersebut?

"Kau ingin bercinta denganku?" Rose melirik sebentar.

"Ya."

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Karena, kau memang pantas untuk dicintai."

"Hah, sial..." Rose menghela napas, kemudian membuka baju piyamanya hingga membuat tubuhnya bertelanjang.

Sempurna. Kulit perempuan itu berwarna eksotis kecoklatan, sedikit masih basah dengan beberapa percikan air yang tertinggal di sana.

Tak mau membuang waktu, Casanova juga lekas melepas celananya sendiri, hingga terlihat 'benda pusaka' miliknya yang berdiri menantang.

Rose berdiri, secepat kemudian ia mengambil posisi duduk berhadap-hadapan dengan Casanova. Dan saat itulah sesuatu yang keras terasa menghujam ke dalam lubang sensitifnya.

Ahh...

Rose mendesah. Tangannya memegang pundak Casanova dan tubuhnya berayun-ayun naik-turun.

Ia merasakan sensasi kenikmatan, hingga tanpa terasa pinggulnya bergoyang makin cepat.

Ugh!

Aghh!

"Yess Casanova, yess..."

Di atas sofa itu, baik Casanova maupun Rose sama-sama sedang menikmati percumbuan ini. Mereka banjir keringat, menumpahkan hasrat liar nafsunya masing-masing, saling berciuman, saling mendesah, saling berkeringat, menggerakkan-gerakkan pinggulnya masing-masing dengan senada, agar tercipta sebuah gerakan dengan tempo yang harmoni.

Terutama bagi Rose, yang sudah lama sekali tidak mendapatkan kesempatan bercinta dengan laki-laki seperti ini. Selama ini dirinya hanya disibukkan oleh pekerjaan yang diberikan Miss Selena. Sehingga, tidak ada kesempatan atau waktu luang baginya untuk merasakan hangatnya percintaan. Dan akhirnya malam ini ia pun bercinta seperti kesetanan, mulutnya menjerit-jerit, sebab lubang kewanitaannya yang tak pernah disentuh akhirnya mendapatkan hujaman-hujaman benda tumpul sangat nikmat, hingga sampai tiba-tiba ia pun berteriak...

"Cepat! Cepat! Ahh... aku sudah mau keluar, cepat!!"

AHHH!!!

CRASSHH!!!

Semburan cairan bening keluar tak terelakkan membanjiri seluruh permukaan sofa!

Pinggul Rose bergetar hebat, matanya memutih sempurna dan sesaat, tubuhnya jadi lemas tak berdaya.

Casanova tahu jika Rose baru saja mendapatkan klimaks. Sehingga ia membiarkan tubuh langsing perempuan itu terkulai lemas di dalam pelukannya.