"S-saya ... Apa kamu akan berhenti marah saat saya jujur mengatakannya?" tanya Nara.
"Iya!"
"Saya dikurung sama kakak saya di dunia jin selama beberapa hari, kemudian adik saya bantu menolong saya. Berkatnya saya jadi bisa kabur dan kembali ke kerajaan ibu dan ayah saya kemudian akhirnya dibela oleh mereka. Hingga menyebabkan saya bisa kembali lagi kesini." ujar Nara. Sepanjang Nara menjelaskannya, Putri tersentak tidak percaya.
"J-jadi kamu ... Diculik terus dikurung?!" Putri mengulangi perkataannya. Nara mengiyakannya.
Putri langsung memeriksa seluruh tubuh Nara dan lihat apakah ada yang luka atau apapun.
"Tapi kamu gapapa kan?" tanya Putri cemas. "Iya tidak apa-apa." balasnya.
Putri merasa kasihan dengannya dan segera mungkin langsung memeluk tubuh Nara. Tentu saja Nara tidak menyangka dengan ini.
"K-kenapa?" tanya Nara gugup.
"Gue takut banget Nar, Lo tahu gak sih selama lo dikurung itu gue kayak orang bingung, orang aneh, Lo enggak ada sedangkan setan-setan itu terus muncul didepan gue. Gimana gue bisa tenang coba. Mereka selalu mengincar nyawa gue dan mencoba untuk mengganggu ketenangan hidup gue. Gue takut Nar, bisa gak sih Lo gak perlu pergi-pergi jauh lagi dari gue. Gue takut ditinggal sendirian, gue pengen Lo selalu ada disamping gue sampai gue terlelap tidur. Itu aja." ucap Putri seolah membekap pelukannya itu.
"Iya Put, maafkan saya. Saya berjanji enggak akan mengulangi hal seperti ini lagi. Kemarin memang benar-benar tidak diduga kedatangan wanita itu. Dia adalah kakak saya, dia mengalahkan saya lalu membuat saya tak sadarkan diri sampai mengurung saya di sebuah gua di alam sana." jelas Nara. Putri terdiam beberapa saat, lalu kembali berkata.
"Iya, enggak apa-apa. Maaf juga ya karena perkataan gue barusan terkesan egois. Gue juga tahu, pasti ngalahin kakak Lo emang berat. Dia mungkin lebih kuat dari Lo. Harusnya gue enggak ngomong kayak gitu barusan, yang seakan ngeremehin Lo banget." ujar Putri.
"Iya, tidak masalah. Saya tidak terlalu memikirkan tentang hal itu." ujar Nara, ia kembali berujar.
"Kamu belum tidur ya dari tadi? Tidur gih." pinta Nara, seraya tersenyum.
Putri entah kenapa merasa lebih aman dan terjaga saat ini, dirinya ikut tersenyum lebar.
"Gue seneeeng banget bisa ngeliat Lo lagi. Gue bahkan udah mikir hal-hal yang gak enak tentang Lo. Gue takut Lo tiba-tiba ngilang dan kawin sama jin dunia sana yang lebih cantik dan lebih kemana-mana dibanding gue." ujar Putri cemberut.
Nara tersenyum.
"Tidak mungkin, saya hanya mencintai kamu. Bahkan sejak dulu saya terus menunggu dari kamu masih kecil hingga kamu beranjak dewasa. Bukankah saya makhluk yang cukup setia? Apalagi saat ini kamu sudah ada dihadapan saya sekarang, menjadi kekasih saya." ujar Nara yang tentunya langsung memicu percikan-percikan di hati Putri hingga membuatnya meleleh dan salah tingkah didepannya, ia merasa sangat malu hingga tidak kuasa untuk tidak menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jadi malu akhhh, dasar tukang gombal." gerutu Putri sembari memukul-mukul kecil bahu Nara.
"Kamu apa serindu itu dengan saya?" tanya Nara tersenyum.
"Iyalah! Siapa coba yang enggak kangen sama cowok selangka lo! Di dunia ini kalo ada satu aja ya manusia yang kayak lo, pasti bakal pada ngantri kayak ngantri bensin." ujar Putri. Nara terkekeh.
"Oh ya?" tanya Nara sedikit terhibur.
"Makanya gue sayang banget ya sampai bisa enggak Nemu Lo selama ini. Kenapa gue enggak sering-sering aja ke gunung gede supaya bisa ketemu Lo lebih awal. Supaya gue enggak ngerasain jones atau antek-anteknya itu haha canda " tawa Putri renyah.
Entah kenapa melihatnya tertawa seceria itu langsung membuat Nara jadi ketagihan melihatnya terus-menerus. Tapi sayangnya mood hatinya mendadak berubah saat dirinya teringat dengan Sultan.
Apa sebenarnya hubungan antara Putri dan Sultan? Kenapa mereka terlihat begitu akrab belakangan ini? Bahkan dirinya selalu tidak kuasa untuk melihat kedekatan mereka berdua, hingga dirinya hanya memutuskan untuk pergi saja, tidak melihat itu semua, tanpa sekalipun niat untuk memisahkan atau marah karenanya.
Karena sejatinya ... Ia sadar diri kalau dirinya hanyalah seorang ... makhluk astral. Yang tidak menggenggam tangan kekasihnya dengan baik maupun dapat terlihat oleh banyak manusia. Dirinya tidak memiliki daya untuk bisa menandingi kekuasaan Sultan atas Putri.
"Tapi ada hal yang ingin saya tanyakan ke kamu." ujar Nara yang tiba-tiba ingin membahas tentang hal yang kini berkelindan di pikirannya.
Putri tampak heran dengan raut wajah Nara yang berubah serius.
"Apa sebenarnya hubungan kamu dengan Sultan? Kenapa belakangan kalian terlihat akrab satu sama lain? Bahkan sering tertawa, tersenyum maupun mengobrol seakan memang kalian sudah saling mengenal cukup lama. Atau apa mungkin kalian berdua menjalin hubungan khusus dibelakang saya?" tanya Nara curiga. Putri tersentak.
"Hah?" Putri mengernyit heran.
"Sultan itu cuma atasan gue doang kok, enggak ... enggak ada gitu-gituan. Lo dapet pemahaman kayak gitu dari mana sih? Kita dekat ya emang karena kerjaan. Oh iya, mungkin maksud Lo kenapa kita belakangan sering komunikasi. Karena pertama dia itu tinggal didepan rumah gue lalu kedua dia bisa melihat hantu dan yang ketiga dia seorang hunter, saat ketika Lo dikurung di alam sana, gue diteror sama hantu terus dia dateng dan nyelametin gue. Itulah alasan kenapa kita sering komunikasi belakangan ini." jelas Putri.
Nara tampak tidak percaya mendengar dua poin terakhir yang diucapkan oleh Putri. "Dia yang waktu itu tampak sangat ketakutan dan meminta bantuan kamu saat diteror hantu dirumahnya, justru adalah seorang Hunter?! Astaga ... jadi sikapnya yang begitu ketakutan dulu merupakan rekayasa belaka?" tanya Nara.
"Iya bener. Makanya gue juga heran pas awal. Dia benar-benar enggak disangka aja."
"Itu artinya mungkin ada alasan kenapa dia dekat sama kamu. Yaitu menangkap saya, iya kan?" tanya Nara. Putri tersentak.
"Enggak gitu. Gue yakin kok, dia orang yang baik. Meskipun berkali-kali dia suka bilang kalo gue musti jatuhin Lo, karena dia khawatir misalkan Lo khianatin gue dan malah ngelakuin hal jahat sama gue. Enggak sampai kayak gitu kok." ujar Putri.
"Mungkin kamu bisa berkata seperti itu. Tapi kan kita enggak tahu apa maksud kedatangan dia yang tiba-tiba masuk ke dalam hidup kamu. Kita enggak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan. Saya hanya berpesan sama kamu, tolong jangan terlalu dekat sama dia, selama masih ada saya. Minta tolonglah ke saya bukan dia. Untuk kedepannya. Karena saya berjanji akan selalu ada disamping kamu mulai dari saat ini." ujar Nara. Putri terdiam lalu mengangguk.
"Iya Nar."
"Hunter itu berbahaya bagi golongan kami. Saya tidak ingin kamu dijadikan umpan bagi mereka bahkan lebih parahnya lagi, mereka memanfaatkan kehadiran manusia yang dicintai oleh bangsa kami untuk beralih mengkhianatinya. Mereka sangat berbahaya. Kakak saya pernah mengalami itu soalnya." jelas Nara.
"Kakak kamu?" tanya Putri sedikit tersentak.
"Iya, dia yang mengurung saya beberapa hari lalu. Dia merasa kesal kalau saya dekat dengan manusia, karena dia sendiri memiliki dendam sama bangsa kalian." jelas Nara.
Putri tidak menyangka dengan hal ini. Jadi kakak Nara pernah mengalami hal menyakitkan dulu, jadi dia tidak mau Nara tersakiti sepertinya. Entah kenapa Putri jadi merasa tidak enak pada Nara.
Karena bagaimanapun Nara dikurung seperti itu dan terus-terusan dimusuhi oleh kakaknya tidak lain karena dirinya yang seorang manusia menjalin hubungan dengannya. Bahkan berniat untuk menikah.
Mendadak kedua mata Putri terbelalak saat melihat ada bayangan seorang perempuan berkuncir satu didepan kamarnya.
Dia bahkan melambai tangan padanya dengan seluruh tubuhnya yang sama transparan seperti Nara!