Ald melemparkan pisau lipat miliknya pada Eva lalu memasang wajah persiapan untuk bahagia. Ia bahkan mengambil wine dan duduk di kursi dengan nyaman seolah hendak menikmati acara menonton hiburan kesukaannya.
"Gunakan pisau itu untuk merobek kulitmu sendiri. Aku ingin melihat apakah boneka bisa mengeluarkan darah?" Ucap Ald. Dia kemudian menarik simpul senyuman saat Eva mengambil pisau lipat itu dengan tangan bergetar dan wajah menunduk. Sorak-sorak ramai memenuhi jiwa Ald yang tak sabar melihat wajah ketakutan Eva. Ia menunggu Eva untuk memohon ampun dengan sorot mata ketakutan dan penuh air mata. Ia tau, ada begitu banyak bonekanya yang melakukan hal itu.
Eva menatap pisau lipat yang sangat terawat itu. Permukaannya begitu dingin, mengkilap, dan tajam. Eva menatap kosong sesaat seperti jiwanya tengah ia keluarkan sebelum akhirnya ia memegang pisau itu dengan mantap dan menancapkannya di tangannya lalu menariknya dengan gerakan cepat sehingga sebuah luka goresan yang cukup dalam dan panjang itu tertoreh begitu indah di tangan Eva yang kini dibanjiri cairan merah.
Senyuman Ald membeku kemudian mencair dan lenyap seperti sebuah salju yang digenggamnya.
"Apa yang kau lakukan?" Gumam Ald. Dirinya masih menatap darah yang mengalir di tangan Eva. Tiba-tiba Ald merasakan gatal di hatinya. Ia ingin menggaruk tangannya yang tertutup sarung tangan hitam. Momen-momen yang telah pecah tiba-tiba tersusun lagi seperti sebuah puzzle. Ald melihat dirinya lagi. Ia melihat sosoknya di masa lalu pada diri Eva. Sosok yang begitu hancur dan telah mati dibunuh banyak hal. Namun kematian seperti itu tak akan membunuhnya, jadi Ald merasa tersiksa. Ia merasa sakit. Akhirnya untuk menghilangkan rasa sakit itu ia menyayat dagingnya sendiri. Saat difikirkan memang aneh. Menghilangkan rasa sakit dengan luka adalah cara yang digunakan orang gila. Tapi saat itu Ald tidaklah gila. Ia hanya sudah kehilangan rasa sakit meski ia masih merasakan sakit. Sangat aneh dan tidak masuk akal. Hanya dirinya yang tau dimana kewarasannya disimpan dan dikurung begitu dalam. Ald mengubur akal sehatnya. Ia tak peduli apakah orang lain berfikir dirinya gila atau tidak waras. Tidak akan ada yang memahaminya. Tidak akan ada yang peduli juga. Satu pun. Tidak ada.
Dadanya sangat sakit ketika Ald mengingat hal seperti 'tidak ada yang memahaminya' atau 'tidak ada yang peduli padanya' seperti itu. Padahal ia hanya ingin dipedulikan sekali saja. Tapi pada akhirnya, keinginannya untuk dipedulikan berujung pada hatinya yang membeku. Sosok Ald Wyn yang tidak peduli dan tidak memiliki perasaan pun lahir. Dan akhirnya, sosok yang terluka yang tidak dapat bertahan akan dijadikan seorang penjahat oleh takdir. Sangat lucu.
Tapi sosok di depannya itu berbeda. Ald dapat melihatnya. Eva sama namun juga berbeda dari dirinya. Eva adalah sosok yang terpilih. Dirinya terluka dan menang. Eva adalah sosok malaikat yang hanya mengenakan topeng iblis. Tidak seperti Adl. Dirinya telah menjelma menjadi iblis. Tak ada satu pun bulu berwarna putih bersih yang tersisa. Semua bulu di sayapnya telah menjadi hitam kotor. Ia tenggelam dalam lumpur dan tak lagi bisa terbang keluar dari kubangan.
Secara alami, Ald bergerak dengan cepat seperti anjing bodoh yang melihat majikannya tenggelam lalu ia ikut menyelam padahal tak bisa berenang. Hanya satu hal yang terlintas di kepalanya. "Aku harus menyelamatkannya!" Ald mengatakan itu untuk Eva meski dalam lubuk hatinya ia juga berteriak. Ia berharap. Ia berusaha sekuat tenaga agar ada seseorang yang mendengar suaranya dari dalam lubang yang dalam.
"Selamatkan aku!" Begitulah sosok Ald meminta pertolongan dan berharap ada sosok yang mau meraih tangan kotornya.
Ald mengambil pisau lipat dari tangan Eva dengan kasar lalu melemparnya jauh-jauh seperti sebuah sampah. Ia tak lagi peduli dengan pisau lipat kesayangannya itu. "Apa kau bodoh!. Lihat!. Darahnya keluar semua!. Kau jadi terluka kan!" Ald berbicara dengan setengah mengumpat,
"Sial!"
"Sial!"
"Sial!"
"Bukankah kau ingin melihat darahnya-"
"Diamlah kau wanita sial!" Ald terus mengumpat sembari merobek kain disana sini. Tak peduli kain apa yang ia robek atau semahal apa kain itu. Namun benda murah seperti kain kasa yang ia butuhkan justru tak ia miliki sehingga kekesalan bercabang dalam dirinya.
Ald menyeka, membersihkan, lalu mengikat tangan Eva agar tak ada lagi luka yang keluar. Setelah ikatan perban darurat itu terlilit begitu berantakan dan erat di tangan Eva. Ald segera mengangkat Eva dan menggendongnya dengan Bridal style.
"Siapkan mobil ke rumah sakit!" Teriaknya dengan wajah suram karena kesal dan marah bercampur.
Eva sudah terbiasa dengan hal-hal yang membuatnya terluka. Tergores ranting tajam, terpotong pisau dingin, tertusuk paku berkarat & duri beracun, terkoyak ucapan-ucapan tajam ibunya, dibunuh berkali-kali oleh kehidupan. Hal-hal seperti itu adalah hal yang 'biasa' baginya. Hidup dan terluka adalah hal yang wajar, begitulah hal yang dipelajari Eva sejak kecil. Sejak saat itu Ketika dirinya jatuh, ia tak lagi bisa menangis karena jatuh adalah hal yang 'biasa' atau karena terluka dan berdarah pun adalah hal yang 'biasa' bahkan ketika ia sakit, ia harus bisa berubah menjadi sebuah robot. Eva sangat gemar menonton serial kartun robot yang kuat dan tangguh ketika diserang oleh musuhnya karena robot tak dapat merasakan rasa sakit. Eva memiliki cita-cita aneh sejak kecil yakni tidak dapat merasakan sakit, dan impiannya terwujud.
Saat ini dan entah kapan awalnya dimulai. Eva tak merasakan sakit ketika ia menggoreskan tangannya dengan pisau lipat yang dilemparkan Ald padanya. Tapi saat Eva melihat sikap Ald yang marah-marah sembari melilitkan sobekan-sobekan kain mahal di tangannya yang tak terlalu berharga, ia merasakan hal aneh. Dadanya terasa gatal. Ia merasa seperti ada pasukan semut menyerangnya. Ratusan ribu semut tengah berperang dalam dirinya. Entah apa yang tengah mereka lakukan. Intinya mereka ingin menumbangkan sesuatu yang telah lama berdiri sangat kokoh.
Sama seperti bermulanya impian Eva terwujud. Ia juga tak tau sejak kapan dirinya membangun berlapis-lapis benteng es dalam hatinya. Sekarang benteng itu perlahan mulai hancur. Semut-semut yang membuatnya gatal itu tengah menghancurkan pertahanannya. Mereka ingin dinding yang melapisi hal rapuh di dalam benteng es itu hancur.
Tes. Gemuruh terdengar begitu kuat. Awan mendung menyelimuti Eva sampai akhirnya awan kelabu itu menurunkan hujan. Eva meneteskan air mata untuk pertama kalinya setelah sekian lama tak pernah menangis. Kepedulian kasar dari Ald membuatnya tumbang.
Untuk yang pertama kalinya. Sekali lagi. Dalam hidupnya. Setelah sekian lama. Eva merasakan sakit seolah impiannya selama ini untuk tidak merasakan sakit hanyalah sebuah mimpi yang tak pernah nyata. Eva bagai baru saja bangun dari tidur panjangnya.
"Terimakasih" satu kata itu terucap begitu saja dari mulut Eva. Entah kapan terakhir kali Eva mengatakan hal itu dengan penuh ekspresi. Selama ini ia hanya mengatakan maaf, tolong, dan terimakasih tanpa menaruh perasaan di dalamnya. Semua kata yang keluar itu hanya formalitas baginya sehingga ia kadang hanya menggunakan topeng palsu untuk mengatakan kata-kata seperti itu. Toh ia juga jarang mendapatkan kata-kata seperti itu dengan tulus. Tak ada yang benar-benar menghargainya. Selama ini, Eva hanya diperlakukan seperti sebuah mesin jadi ia pun hanya perlu hidup seperti mereka yang menganggapnya seperti itu.
Ald Wyn mendengar kata-kata itu dan berwajah aneh seperti ia baru saja mencoba sebuah makanan dengan rasa baru yang tidak familiar di lidahnya. "Aku tidak menolongmu. Aku hanya mencegah darahmu keluar lebih banyak dan mengotori karpet imporku yang berharga" sangkal Ald. Entah kenapa ia justru berkata seperti itu, namun apa yang keluar dari mulutnya tak sebaik apa yang ada di dalam hatinya. Ald Wyn jelas merasakan bahagia ketika ia mendengar kata terimakasih dari Eva. Selama ini Ald hanya selalu memakan kata 'maaf' ,'maafkan aku!, 'tolong', 'tolong aku!'. Dari semua bawahannya. Tak pernah ada yang mengatakan terimakasih padanya, bahkan ketika Ald menodongkan pistol pada seseorang. Dia adalah penguasa dalam kegelapan yang jahat. Begitulah orang-orang berdikir tentangnya. Jadi siapa yang mau berterimakasih pada monster penghuni kegelapan ini?.
Dalam hati, Eva pun hanya mendumal, "padahal dia merobek banyak kain mahal tanpa fikir panjang untuk menutup lukaku"
"Apa kau benar-benar bodoh?. Kenapa kau tidak berteriak dan meminta tolong tadi?. Harusnya kau menangis karena takut!" Umpat Ald pada Eva dalam mobil perjalanan kembali lagi ke mansion.
Takut?. Aku hanya takut ketika aku tidak dapat membayar kos-ku. Dan meminta tolong ... apakah di dunia ini ada orang yang mau menolongku dengan tulus?. Tidak ada. Para manusia hanya saling memanfaatkan satu sama lain. Jadi Eva tak benar-benar bisa mengeluarkan kata "tolong aku" jika tidak tengah dalam keadaan terhimpit. Eva masih ingat ada begitu banyak orang yang menolongnya dengan sneyuman namun pada akhirnya mereka semua menuntut balasan dengan sindiran-sindiran. Mereka meminta kembali kebaikan yang telah mereka berikan. Mereka hanya menginvestasikan pertolongan mereka agar mereka mendapatkan imbalan yang lebih karena telah menjadi pahlawan kesiangan. Eva muak dengan hal seperti itu. Jadi sebisa mungkin ia tak ingin meminta tolong pada siapapun. Ia tidak ingin memiliki hutang budi dengan siapapun. Apalagi dengan manusia yang tak pernah puas. Apa yang bisa Eva berikan pada para serakah itu untuk dikembalikan?. Ah, bahkan para iblis sepertinya tak seburuk itu. Manusia lebih serakah dari iblis dan lebih mengerikan.
Eva ingin sekali mengatakan semua itu, tapi fikiran tidak warasnya seperti itu hanya akan membuatnya dicap sebagai boneka yang rusak jadi Eva hanya terdiam mendengarkan umpatan yang keluar dari mulut serigala ini. Eva juga tau jika serigala itu ingin Eva bersikap seperti mangsa yang ketakutan dan terus melawan agar dilepaskan dari jaring yang menjeratnya. Tapi sungguh disayangkan. Eva sudah lama hidup dalam jaring. Dia sudah lelah berada dalam jaring yang semakin menjeratnya jika ia terus melawan. Jadi ia hanya diam dan terus terjerat didalamnya sampai Ald mengambilnya dan memasukannya kedalam jaring yang sama dengannya.
"Apakah aku harus melawan di dalam jaring orang ini?. Mungkin dia tak nyaman bersama denganku dalam satu jaringnya?" Begitu fikir Eva. Tapi ia tidak tau apa yang harus ia lawan?. Jadi Eva pun melakukan hal diluar pemikiran Ald lagi ketika Ald memberikannya kamar mewah dalam mansionnya dan menyuruhnya tidur didalam sana.
"Kau tidur disini sendiri"
"Tidak"
"Apa maksudmu tidak?!"
"Aku tidak mau tidur sendiri disini ..."