Chereads / MAFIA x Love Phobia / Chapter 6 - 6. Boneka yang sakit

Chapter 6 - 6. Boneka yang sakit

Eva merasa aneh. Padahal seharusnya ia mual karena kurang makan, tapi kali ini. Untuk yang pertamakalinya. Eva mual karena kebanyakan makan dan lagi makanan mewah yang masuk kedalam perutnya. Jika bisa ia tak ingin mengeluarkan isi perutnya yang terlalu berharga itu. Tapi tubuhnya menolaknya. Ia terus memuntahkan semua isi perutnya tanpa peduli dengan Ald yang melemparkan ekspresi marahnya pada Eva. Tapi satu hal yang Eva tau. Rasanya sosok tuan muda tampan itu tidak marah karena ia mengeluarkan isi perutnya ketika tepat saat Ald tengah sarapan pagi ini. Ald marah pada Eva karena Eva berbohong.

"Kau tidak masuk angin" ucap Ald.

"Katakan. Apa karena daging-daging itu?" Tanya Ald lagi. Ia menatap Eva dengan serius dan ingin mendengar jawaban jujur Eva dari mulutnya sendiri.

"Jawab" Ald menuntut dengan tidak sabaran.

Eva pun hanya mengangguk. Ia hendak berbicara tapi tak bisa. Mulutnya seperti sudah di booking untuk menampung isi perutnya yang hendak keluar lagi.

"Tuan Wyn, sudah waktunya" ucap seorang pria yang tiba-tiba menghampiri Ald.

Ald melihat Jam di tangannya dan segera tau jika ini adalah waktunya berangkat untuk rapat bulanan di perusahaannya, terlebih hari ini cukup penting karena ia akan membicarakan tentang proyek pembangunan beberapa apartement mewah baru di Dubai dan Townhouse di beberapa kota besar di Singapura, China, Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang, dan Amerika. Semua pembangunan itu tentu saja sekaligus untuk menjalakan pekerjaan dibalik bayangannya juga.

Tanpa menunggu lagi. Ald segera bersiap dan berangkat. Sementara itu, Eva sudah dibawa kedalam kamar yang semalam ia gunakan untuk tidur bersama dengan Ald. Seorang pelayan tanpa banyam bicara melakukan tugasnya. Ia tidak terlalu peduli dengan boneka sakit itu. Ia hanya perlu menjalankan semua perintah yang diberikan Tuan muda Wyn padanya untuk merawat Eva. Sejujurnya pelayan itu adalah pelayan hang sudah biasa mengurus begitu banyak mainan tuan muda Wyn. Dari kondisi cantik sampai kondisi yang hancur hanya dalam semalam. Dia telah terbiasa mengurus para mayat mainan-mainan malang yang sudah rusak lalu dibuang oleh Ald. Tapi hari ini ia cukup dikejutkan dengan Eva.

Hanya dalam satu malam. Eva hanya mendapatkan luka gores di tangan kirinya. Itupun segera mendapatkan perawatan, lalu paginya ketika boneka bernama Eva itu sakit, tuan muda Wyn sudah memberinya tugas agar merawat Eva. Ia ingin melihat Eva dalam kondisi yang baik ketika ia pulang nanti, jadi sang pelayan itu tengah sibuk melakukan perawatan pada boneka yang sakit itu.

"Tidak ada yang serius. Ia akan membaik setelah minum obatnya dan kembali makan dengan teratur dengan porsi yang seimbang" ucap dokter yang dipanggil sang pelayan untuk memeriksa Eva.

"Baik. Terimakasih" ucap si pelayan. Si dokter pun hanya mengangguk dan segera pergi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Nona. Saya akan membuatkan bubur untuk anda setelah itu anda harus meminum obatnya" ucap si pelayan dengan formal seperti melapor sebelum ia mengerjakan tugasnya. Setelah itu si pelayan pun keluar dan meninggalkan Eva sendiri.

Hening. Suasana dalam kamar besar dan mewah itu sangat sunyi setelah Ald keluar. Bahkan Eva rasanya dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri. Tapi saat ini ia tak dapat mendengar suara detak jantungnya karena dikalahkan oleh suara gemuruh yang datang dari perutnya. Eva masih merasa mual tapi rasanya ia sudah memuntahkan semua isi perutnya sehingga ia hanya bisa meringkuk kesakitan sembari memeluk perutnya karena ia tak bisa memuntahkan apapun lagi sekarang. Otot-otot perutnya terasa keram dan ususnya terasa seperti diperas.

Ugh .... Eva terus merintih. Ia merasakan hal yang lebih sakit dari sekedar maag karena asam lambungnya naik. Rasanya sangat sakit. Tapi Eva tak bisa terus menerus mengeluarkan suara rintihan itu. Sistem lampu peringatan pada dirinya sudah berwarna merah.

"Tidak sakit" gumam Eva.

Benar. Ia harus berkata seperti itu. Ia sudah menerima banyak rasa sakit, jadi hal seperti ini seharusnya dapat ia atasi juga seperti biasa. Eva berusaha tidak berfikir dan mengurangi kinerja otaknya agar tidak mengirim sinyal rasa sakit. Ia harus melupakan rasa sakit pada dirinya. "Aku adalah boneka" ucap Eva. Ia baru saja menyadari satu hal jika keberadaannya disini benar-benar diperjelas jika ia hanyalah boneka yang seharusnya tak dapat merasakan sakit.

Eva pun tertidur sembari meringkuk. Lebih tepatnya ia pingsan sembari terus menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara rintihan meski kesadarannya menghilang sekalipun.

Eva tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Beberapa ingatan berputar dan memperlihatkan wajah ceria seorang anak kecil yang tengah memakan kalkun panggang besar. Namun kecerian anak kecil itu perlahan memudar setelah ia mendapatkan luka pertamanya karena terjatuh dari atas pohon jeruk yang ditanam di halaman rumahnya.

"Je-ruk" gumam Eva. Ia sadar ketika ia bermimpi terjatuh dari atas pohon jeruk. Namun hal yang membuatnya terbangun bukanlah karena mimpi itu semata melainkan karena penciuman Eva yang mencium aroma jeruk yang kuat dan hangat. Tak hanya aroma jeruk, namun juga ada perpaduan aroma lainnya yang tidak Eva ketahui. Tapi yang jelas hanyalah satu hal. Eva menyukai aroma segar dan hangat itu. Dalam sekejap Eva tau darimana aroma itu menguar. Tentu saja dari tubuh seseorang yang memakai parfum mahal jenis lainnya.

Ketika membuka matanya, Eva sudah mendapati sosok Ald memeluknya. Tak hanya itu, ia bahkan dapat merasakan jika perutnya tengah dibelai lembut oleh sebuah tangan yang masih terbalut sarung tangan hitam.

"Apakah masih sakit?" Ald berbisik dari belakang telinga Eva ketika ia sadar Eva sudah bangun.

Eva tak merespon. Ia sendiri masih memproses kejadian yang terjadi hari ini. Seharusnya pria yang tengah memeluknya daei belakang itu tengah pergi keluar. Ia juga mendengar pelayan berbicara di luar jika tuan muda Wyn seharusnya tengah melakukan rapat penting hari ini sampai malam. Jadi, Eva mengira hari sudah malam dan ia pingsan selama itu. Tapu ketika ia melihat jam, disana masih menunjukan waktu jam empat dan pendaran cahaya berwarna oranye yang menembus masuk menunjukan jika sekarang ini masihlah sore hari. Jadi. Kenapa pria itu ada disini untuk memeluknya dan membelai perutnya?!.

Eva bertanya-tanya. Apa yang terjadi?. Apa ada perubahan jadwal?. Percuma saja ia memikirkannya. Ia bahkan baru memasuki mansion dan baru bertemu dengan Ald Wyn yang menculiknya dan menjadikannya sebagai bonekanya. Eva tak tau apapun perihal jadwal pria itu.

Saat sibuk berfikir. Eva kembali dikejutkan oleh jari Ald yang tiba-tiba menyentuh bibirnya yang sedikit kering dan pucat. Jari-jari Ald membelai bibir Eva dan perlahan ia memasukan salah satu jarinya kedalam mulut Eva yang tadi tertutuo rapat.

"Jika sakit seharusnya kamu mengatakannya. Kenapa kamu malah menahan suaramu?. Kamu bisa merintih sekarang jika memang masih sakit. Jangan menahannya. Keluarkan suaramu dan aku disini untuk mendengarnya" bisik Ald.

Sejak Ald datang. Ia benar-benar mendapati Eva seperti yang dilaporkan pelayannya jika Eva pingsan sebelum memakan bubur dan obatnya. Ia hanya tak sadarkan diri dengan melengkungkan tubuhnya serta menggigit bibirnya. Sementara itu wajahnya yang pucat terus memperlihatkan ekspresi kesakitan yang ditahannya.

Karena laporan pelayannya itu, Ald pun terpaksa mempercepat rapatnya. Entah kenapa ia merasa dadanya sangat sakit mendengar laporan jujur itu. Semua orang di mansion itu memang harus bekerja dan harus berkata jujur pada Ald. Siapapun yang jujur, Ald dapat memaafkannya jika ia berbuat kesalahan, tapi jika ia berbohong, bahkan untuk kebaikan sekalipun, Ald tak akan tanggung untuk membunuhnya. Ia benar-benar benci dengan orang yang berbohong dan membohonginya.

Jadi ketika sang pelayan melaporkan keadaan Eva pada Ald, ia tak takut sedikitpun karena yang ia laporkan adalah yang sebenarnya. Itu lebih baik daripada ia melaporkan jika Eva sudah membaik karena ia takut Ald menghukumnya.

Setelah mendengar kata-kata Ald padanya. Eva pun mengingat mimpinya barusan. Itu adalah kenangannya saat kecil. Saat ia terjatuh dari atas pohon jeruk yang tidak tinggi. Meski begitu, Eva masih cukup kecil ketika mendapatkan luka berdarah pertamanya sehingga ia menangis dan terus merintih tanpa henti. Ia merasakan sakit di kedua lututnya. Sampai ia mendapatkan kabar tentang ayahnya yang mengalami kecelakaan dan tewas. Ibu Eva pun mengalami syok berat. Eva yang menangis karena dua hal saat itu. Rasa sakit di lututnya dan karena kehilangan ayahnya. Tapi ia segera ditampar oleh sang ibu. Suara tangisnya menjadi-jadi. Tapi Eva baru benar-benar berhenti menangis saat sang Ibu membentaknya.

"Jika kau tidak diam. Aku akan membunuhmu!. Apa kau dengar itu anak sial?!"

Jadi sejak saat itu. Eva diliputi ketakutan jika ia merintih kesakitan ataupun menangis karena luka.

Tak ada yang pernah mengizinkannya mengeluh atas semua luka yang ia dapat. Termasuk kekasihnya yang sangat sebal ketika Eva berderai air mata saat tengah curhat tentang kondisi ekonominya. Setelah itu, jika harus menangis. Eva hanya dapat terisak dalam diam. Ia tak lagi dapat memperlihatkan air matanya atau memperdengarkan suara rintihannya kepada satu orang pun karena mereka tak suka itu. Merintih dan menangis bagi mereka adalah suara keluhan yang menyebalkan.

Jadi saat mendengar ucapan Ald tadi. Eva menjadi bingung dan takut. Tubuhnya tiba-tiba bergetar mendapatkan perhatian seperti itu. Ia terkejut ketika ada seseorang yang ingin Eva merintih jika sakit.

"Ti-dak. Sa-kit" gumam Eva. Suaranya pun ikut bergetar sehingga Ald membalik tubuh Eva dan kini ia dapat melihat Eva dengan jelas. Air mata yang sudah mengalir namun Eva masih mengatakan jika ia tidak merasa sakit. Saat melihat semua itu. Ald merasakan guncangan pada jiwanya. Bagaimana bisa perempuan yang sudah jelas terlihat rapuh itu masih berusaha sok kuat?. Apakah dia tidak lelah?!.

"Tidak!. Kau sakit. Katakan itu. Kau sakit" ucap Ald dengan paksa.

"Berhenti menahannya!" Tukas Ald yang benar-benar tidak tahan. Ia melihat dirinya sendiri di mata Eva. Dan itu sangat menyedihkan. Eva dan Ald benar-benar menyedihkan seperti dua boneka rusak yang dijahit jadi satu.