Chereads / Be My Love / Chapter 4 - Kau adalah Matahari 1

Chapter 4 - Kau adalah Matahari 1

Ellen mengepalkan kedua tangannya, hal seperti ini sudah sering ia lalui sampai-sampai rasanya ia sudah hapal dengan apa yang mereka katakan, ia segera mengambil buku-buku yang berserakan, tapi wanita berambut panjang itu sepertinya tidak mau membiarkan Ellen begitu saja, kakinya yang memakai sepatu kulit berwarna merah bata menginjak buku yang akan diambil Ellen.

"Ups!"

Wanita itu pura-pura terkejut, lalu gelak tawa teman-temannya yang lain terdengar lagi. "Maaf, kau terlalu rendah sampai-sampai aku tidak bisa melihat."

"Minggir." Ellen berusaha menarik bukunya, tapi tidak berani terlalu keras karena ia ingat buku ini ia cicil selama tujuh bulan di salah satu toko langganannya, ini berharga. "Tolong minggir."

"Aduh, apa yang ia katakan, Olive? Kau mendengarnya tidak?" Temannya yang tadinya tertawa-tawa menempelkan tangan di telinganya. "Suaranya terlalu kecil."

Ellen menggigit bibirnya kuat-kuat, jika saja … tidak … tidak, ia tidak akan memikirkan hal yang tidak mungkin. Hanya Liu dan para Ksatria Naga yang memiliki kekuatan tidak biasa, ia hanya manusia.

Dan orang yang mengejeknya ini juga manusia.

Ellen menarik napas, melihat sepatu merah bata yang masih menginjak bukunya, sebelah tangannya diam-diam menarik sesuatu di dalam tas.

"Apa yang kalian lakukan?!" Seseorang berteriak, membuat kerumunan yang mengelilingi Ellen kaget, mereka langsung bubar, menyisakan Olive dan kedua temannya. "kalian mengejek Ellen lagi?"

Orang yang berteriak itu adalah seorang laki-laki, memakai jas khas asisten di kampus ini, sebelah tangannya memegang lembaran kertas.

"Tidak, dia tersandung sendiri." Olive mendengkus, jari-jarinya yang lentik itu menggulung rambutnya. "Lagipula kenapa kau sangat peduli dengannya? Nilainya tidak akan sebanding dengan apa yang telah ia lakukan pada temannya."

Ellen berhasil mengambil buku yang diinjak Olive, ia tidak menanggapi dan bergegas untuk masuk ke dalam kelas.

Olive mencibir, laki-laki berjas putih itu menggumamkan beberapa kata pada Olive dan menyusul Ellen yang sudah masuk ke dalam kelasnya.

Ellen meremas rok yang ia pakai, napasnya menjadi berat, ia duduk di kursi belakang dan profesor yang mengajar tidak akan melihat apa yang ia lakukan untuk sementara.

Hatinya sakit jika ia mendengar teman yang sudah mati disebut-sebut lagi, terlebih lagi … temannya mati tidak wajar.

Ellen menarik napas, kehidupan di kampus sangat berbeda dengan kehidupan di luar, tapi tidak apa-apa, ia bisa menjalaninya.

Begitu kelas berakhir, Ellen dengan cepat keluar, meski ia memiliki beberapa pertanyaan yang ingin ia ajukan pada sang profesor, tapi ia lebih memilih menghindar sebelum ia bertemu Olive lagi dan terjadi keributan.

"Ellen!"

Ellen langsung menoleh, menemukan laki-laki berjas putih yang menegur Olive tadi melambaikan tangan padanya, laki-laki itu tersenyum dan jas putihnya itu terlihat berkibar tertiup angin.

"Hai … Elmer, ada sesuatu yang kau perlukan?" tanya Ellen dengan canggung, bagaimana pun Elmer, laki-laki yang mendekat padanya ini adalah salah satu mahasiswa paling bersinar di kampus.

Elmer memiliki tubuh tinggi, yang sayangnya lebih tinggi dari Liu. Ia memiliki rambut kemerahan dan matanya coklat, jika dilihat sekilas, ia lebih terlihat seperti seorang atlit dibandingkan seorang mahasiswa kedokteran.

"Apa kau akan ke perpustakaan?" tanyanya lagi.

"Tidak," bantah Ellen singkat.

Ia tidak mau terlalu dekat dengan siapa pun di kampus ini, apalagi Elmer, laki-laki ini adalah incaran Olive dan semua wanita lajang di kampus, ia tidak ingin terlibat dengan hal yang merepotkan.

"Ah … aku pikir kau akan pergi." Laki-laki itu bergumam pelan, melirik ke sekitar. "Lalu apa kau ingin pulang, ada pekerjaan?"

"Itu adalah urusanku."

Ellen tidak ingin berbasa-basi, ia memeluk semua bukunya dan berbalik meninggalkan Elmer yang tersenyum canggung.

Olive yang melihat semua kejadian itu memutar bola matanya, ia berkacak pinggang.

"Apa sih yang kau lihat dari wanita itu? Ia bahkan tidak bisa menjaga temannya untuk hidup. Kenapa kau tidak mengajak aku saja pergi ke perpustakan?"

Elmer melirik Olive sekilas, ia tidak mengatakan apa-apa dan berlalu.

Ellen tidak memedulikan apa-apa lagi, ia bergegas keluar, menunggu bus dengan tidak sabar. Hari ini Liu mengajaknya untuk pergi ke pinggiran hutan, mengambil beberapa rimpang yang akan dikeringkan sebagai obat.

Bus tidak kunjung datang dan membuat Ellen semakin gelisah, hingga ia melihat Liu datang dengan dua kantung plastik di tangan, wanita itu langsung tersenyum cerah.

"Liu! Liu! Apa kau datang kemari menjemputku?"

Wanita itu melompat ke sisi Liu, laki-laki itu masih sama seperti biasa, memakai pakaian serba hitam dan topi di kepalanya, terlihat seperti anak muda yang baru saja bermain-main.

"Aku memang menunggumu," kata Liu tanpa sanggahan, lalu mengangkat kantung plastik. "Busmu mengalami kerusakan dan jadwalnhya terlambat."

"Wahaha! Aku tahu kalau kau sangat perhatian padaku!" Ellen tertawa gembira, ia meraih kantung plastik dan menemukan ada beberapa botol air mineral beda merek di dalamnya. "Kenapa kau membeli … air mineral?"

"Itu sehat." Liu melirik buku Ellen yang kotor, menyentuhnya dengan ujung jari, keningnya langsung berkerut. "Apa yang terjadi padamu?"

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Ellen menggelengkan kepalanya dengan gugup, mereka berdua masih berdiri di halte bus yang kosong.

"Tidak ada apa-apa?"

Liu mengedipkan matanya, Ellen langsung mengangguk berkali-kali.

Laki-laki itu tersenyum, seolah tahu akan sesuatu, tapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Ellen.

"Iya, iya, hari ini perkuliahan berjalan lancar dan aku tidak sabar untuk kencan denganmu!" Ellen mengalihkan rasa gugupnya dengan melemparkan godaan pada Liu, laki-laki itu berdehem dengan pelan.

"Apa kita hari ini ini akan menutup klinik seharian penuh? Ayo kita mampir ke sungai dan bermain air sebentar!"

Ellen suka menghabiskan waktu bersama Liu, meski ia tidak tahu mengapa, tapi ia selalu merasa kalau waktunya bersama Liu adalah kesempatan yang berharga.

"Begitu … aku pikir kau mengalami sesuatu."

Sebuah mobil hitam menepi di depan mereka berdua, Liu langsung berbalik dan Ellen seperti anak itik, mengikutinya dengan gesit ke dalam mobil.

Ellen mulai mengoceh pada Liu, mengabaikan buku yang masih kotor di pangkuannya, mata hitam Liu melirik buku itu lagi, kali ini tatapannya agak dalam dan membuang muka.

Mobil melaju dengan pelan meninggalkan kampus, Liu diam-diam menarik napas, lalu menatap Ellen lagi.

"Ada apa? Apa sekarang kau terpesona dengan kecantikanku yang luar biasa?" Ellen tersipu, mengusap pipinya yang memerah beberapa kali. "Jangan melihatku terus-terusan, aku bisa semakin cinta padamu."

Liu tidak mengatakan apa-apa, menatap lurus ke luar jendela, tapi Ellen bisa melihat kalau suasana hatinya menjadi buruk tiba-tiba.

Ellen menelan ludah, seharusnya Liu tidak tahu tentang apa yang telah terjadi padanya hari ini, kan?