Setelah dari luar kota, Riski kali ini berniat membuat puisi. Di hari minggu yang suntuk ini, untuk membuat hari minggunya bahagia. Riski sedang memikirkan, dan ini juga merupakan latihan Riski untuk menghadapi lomba puisi yang diselenggarakan 3 minggu lagi.
Riski mulai menuliskan sesuatu itu, dengan tinta yang sudah tinggal setengah, buku catatan yang terlihat usang.
"Kepahitan hidup ini seakan menggerogoti akal warasku. Berliku-liku cobaan yang menerpa hidupku. Begitu sakit dan pahit yang kurasakan.
Semakin kujalani, semakin membuatku gila. Ditinggalkan, dihina, ditindas, dikucilkan.
Mengapa semua ini terjadi?
Apa yang telah kuperbuat?
Aku hanya ingin berteman,
Aku hanya ingin tertawa,
Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan,
Aku hanya ingin diperhatikan,
Aku hanya ingin...
Entahlah ini hanya menjadi sebuah angan yang tak menjadi kenyataan.
Untuk saat ini yang kutahu hanyalah, hidup ini begitu pahit, pahit untuk dirasakan, sakit untuk diungkapkan."