Napas Theo memburu saat matanya melukiskan sosok Luna dan Evans, Theo berdiri di depan pagar rumah Luna yang terbuka lebar.
Theo hujan hujanan di sana, tak peduli bajunya basah. Amarah Theo sudah sampai pada puncaknya, tadi dia pikir. Jika dia sudah menemukan Evans, Theo ingin melampiaskan kekesalannya yang terpendam.
Tapi, karena di sana ada Luna. Terpaksa Theo menahan hasratnya itu, langkah Theo yang sangat yakin membawanya masuk ke dalam halaman rumah Luna.
Dan dia berhenti tepat di depan pintu, Theo tak akan menyapa dua orang yang tampak bicara dengan girang di dalam sana.
Melihat di sini Evans bisa tersenyum lebar, sementara di sana Michella menangis. Membuat darah Theo mendidih.
Dinginnya air hujan yang membasahi tubuhnya, tak mampu kepalanya dingin barang sejenak saja.
Theo hanya bisa mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, masih setia menyaksikan interaksi mereka.
Sampai dua menit setelahnya, Luna tak segaja menoleh ke arah pintu.