Semakin lama mereka di dalam ruang interogasi semakin gelisah pula Theo menunggu di luar, sudah lima belas menit berlalu. Namun, Kenzi tak berhenti melontarkan pertanyaan demi pertanyaan pada Luna.
"Baiklah mari kita percepatan saja ini, saya akan tanya sekali lagi. Apakah motif, Anda. Sebenarnya kenapa membakar apartemen nona Sania?"
Kenzi terus memojokkan Luna, sementara wanita itu sejak tadi diam karena menahan kesal sebab nama Sania terus disebut-sebut.
Tentu saja akan disebut karena memang Luna membakarnya, hanya saja. Dia tak suka.
Kini pun Luna baru mengerti kenapa tadi Evans meminta Luna untuk memberitahunya jika terjadi masalah, rupanya Evans tahu jika masalah ini akan terjadi.
"Nyonya?" seru Kenzi tegas, intonasinya mulai naik karena Luna terus diam.
Kepalanya yang tertunduk dengan tatapan penuh amarah tak dapat Kenzi lihat, Luna tengah berpikir apakah dia harus menghubungi Evans sekarang agar pria itu membereskan masalah ini.