Dominic mengetuk pintu ruang kerja pribadi milik Abimana, sementara sebuah amplop berwarna cokelat tampak berada di genggamannya. Setelah memberi tanda berupa ketukan pada sang atasan, detik berikutnya, Dominic segera memasuki ruang itu. Ia melihat Abimana masih sibuk dengan beberapa berkas dan juga sebuah laptop. Abimana memang tidak main-main dengan rencana kerja sama yang sudah disetujui oleh pengusaha besar dari Hongkong itu. Maka tidak aneh jika Abimana semakin sibuk di setiap harinya sejak kerja sama tersebut berhasil digenggam dengan erat.
Sopan dan penuh rasa menghormati, Dominic menghadapkan diri di hadapan Abimana yang tetap tak mengubah sikap. "Selamat pagi, Tuan Abimana," sapanya setelah itu.
"Mm, pagi juga, Sekretaris Dom!" sahut Abimana yang tanpa menatap Dominic, sekadar mengangkat wajah saja tidak ia lakukan sama sekali. "Ada apa?"