Proses perceraian Kinara dan Abimana nyatanya tidak berjalan dengan lancar. Banyak sekali kendala yang membuat proses perpisahan tersebut menjadi lebih panjang. Sejak mediasi yang gagal, Abimana justru terus mengutarakan penolakannya pada gugatan cerai yang dilayangkan oleh Kinara. Ia bahkan membawa berbagai surat bukti ataupun saksi untuk membuktikan bahwa tuduhan Kinara hanya sebatas kesalahpahaman. Sikap Abimana yang rewel tentu saja membuat sidang harus terus dilanjutkan sampai kesimpulan bisa didapatkan.
Namun, Kinara—sang penggugat—dan Kresna sebagai pengacaranya juga tidak bodoh. Mereka selalu mendatangi sidang tanpa mangkir. Bahkan Kinara tidak hanya mengirim Kresna sebagai pengacaranya, ia merasa harus menghadapi semuanya.
Bukti-bukti perselingkuhan dan para saksi asli Kinara hadirkan untuk membuat kesempatan menang telak atas perceraian yang ia layangkan sendiri menjadi lebih besar. Ditambah dengan tuntutan atas hak milik A&K Diamond—sebuah gerai perhiasan yang telah ia bangun bersama Abimana, mungkin Abimana akan semakin terdesak. Kinara tidak akan melepaskan gerai yang saat ini telah menjadi toko besar itu. Ia memiliki kontribusi besar dalam pembangunannya. Setidaknya, satu langkah pasti untuk merampas aset berharga harus ia lakukan sebelum Abimana membalikkan nama kepemilikan.
"Nyonya Kinara, Anda harus bersabar sebentar lagi. Perceraian Anda dengan Tuan Abimana pasti akan terjadi, karena bukti perselingkuhan beliau yang kita miliki jauh lebih akurat. Kita bahkan bisa menuntut beliau dengan pasal perzinahan. Namun, untuk masalah A&K Diamond, sepertinya akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Kontribusi kalian terhadap gerai perhiasan tersebut sama-sama besar. Kita harus mencari bukti yang lebih kuat lagi untuk memenangkan kasus ini," jelas Kresna pada Kinara sembari berjalan keluar dari gedung pengadilan.
Kinara menghela napas. "Saya tahu, saya bisa saja membeli semua kontribusi yang Abimana berikan untuk membangun tempat tersebut. Hanya saja, apakah dia mau menerima tawaran saya, di saat dia begitu gigih dalam menolak perceraian? Rasanya tidak mungkin," sahutnya.
"Setidaknya kita harus membuktikan bahwa Anda yang paling berhak memiliki aset tersebut. Lalu, Anda bisa mengganti rugi atas kontribusi Tuan Abimana, Nyonya Kinara." Kresna tersenyum. "Bukankah Anda puas setelah melihat Tuan Abimana kerepotan dalam membujuk Anda untuk rujuk?" Senyum tengil, agak menggoda terulas di bibir Kresna. Bahkan, ia tak segan untuk berjalan mundur demi melihat respons di wajah klien VVIP-nya tersebut.
"Jaga sikap Anda, Tuan Pengacara. Ada banyak orang yang memperhatikan kita. Bersikaplah selayaknya pengacara yang profesional, terlepas dari karakter asli Anda."
Kinara yang merasa tidak nyaman terpaksa memperingatkan Kresna. Pasalnya sudah beberapa kali, pengacara yang lebih muda tujuh tahun darinya tersebut melakukan tindakan kurang pantas, malah cenderung seperti anak SMA yang sedang menggoda gadis remaja seusianya. Dan tindakan pria itu benar-benar menyebalkan.
Bahkan, sampai saat ini pun, Kinara masih tidak menyangka. Dirinya harus melibatkan seorang pengacara muda yang tengil dan kerap bersikap kekanak-kanakan. Di sisi lain, ia harus mengakui kemampuan Kresna yang memang lumayan. Kresna memiliki bakat dalam menyudutkan seseorang, himgga pengacara pribadi Abimana saja sampai bungkam hanya dengan beberapa kalimat sanggahan. Pramono tidak salah dalam memilih orang, yang salah adalah mengapa orang itu harus sangat muda?
"Adududuh!" Kresna langsung bergerak untuk mengembalikan posisi awalnya di samping Kinara. "Saya tahu Anda dididik seperti seorang putri kerajaan, atau bahkan ratu. Tapi, Anda tidak perlu bersikap kaku seperti itu, Nyonya. Sebelum usia Anda bertambah tua, sudah semestinya Anda bersenang-senang."
Kinara mendadak menghentikan langkah. Detik berikutnya, ia menatap Kresna, kemudian berkata, "Bersenang-senang? Di situasi seperti ini?"
"Oh maaf ... bukan seperti itu, Nyonya." Kresna menyanggah. Langkahnya pun turut berhenti. "Setidaknya tambahi fitur emosi di wajah cantik Anda hehe. Bukankah wajah datar hanya akan membuat Anda terlihat menyedihkan? Bagaimana jika Tuan Abimana menertawai Anda?"
"Hal itu lebih bagus," sahut Kinara. Ia melanjutkan langkah lagi. "Bukankah akan tidak wajar jika saya terlihat bersenang-senang, Tuan Pengacara? Saya sedang disorot sekarang. Tapi, sedih? Oh, saya tidak akan bersikap serendah itu."
"Waaah! Nyonya CEO memang luar biasa!"
"Satu lagi, Tuan Kresna, bisakah Anda mengubah kata 'kaku' dengan kata 'elegan'?"
Kresna menggeleng. "Kenapa saya harus melakukannya? Itulah penilaian saya terhadap Anda, Nyonya. Lagi pula, elegan tidak harus minim ekspresi. Anda cenderung lebih kaku, daripada elegan."
"Saya tidak heran jika Anda menjadi seorang pengacara dengan kemampuan berargumen yang selalu tidak ingin disalahkan. Mungkin jika orang biasa, Anda cenderung lebih keras kepala dan tidak bisa diajak berbicara."
"Hahaha! Penilaian Anda akan saya anggap sebagai penilaian yang bagus, Nyonya."
Kresna lantas membukakan pintu mobil, di saat kalimatnya selesai dan langkahnya terhenti di dekat kendaraan mewah milik Kinara tersebut. "Sampai jumpa lagi, Nyonya. Saya akan sampai lebih awal di kantor Anda." Ia mengedipkan mata setelah berkata demikian.
"Tidak," tandas Kinara. "Saya tidak menginginkan kedatangan Anda. Saya memiliki meeting penting dan cukup untuk diskusi serta pertemuan apa pun mengenai kasus saya untuk hari ini."
"Yah." Kresna mendesah kecewa. Namun, tak berselang lama, wajahnya justru tampak lebih semringah. "Baiklah kalau begitu!" Oh, rencana untuk bermain-main di luar jam kerja sepertinya tak masalah, pikirnya. Ada sebuah toko yang hendak ia kunjungi sejak lama, toko baju! Untuk membeli sebuah gaun istimewa.
"Terima kasih, Tuan Kresna, sampai jumpa lagi."
Kresna tersenyum lalu membungkukkan badan ala orang Eropa yang memberikan salam, sementara Kinara sudah melanjutkan perjalanan untuk kembali ke kantor. Karena sudah ada sebuah dugaan yang tersemat di benak Kinara; bahwa Abimana akan segera mendatanginya atau mungkin sudah menunggunya untuk membuat perhitungan mengenai penuntutan sebuah gerai perhiasan besar. Dugaan tersebut membuat Kinara tidak ingin melibatkan diri dengan Kresna terlalu lama. Ia ingin menghadapi Abimana dengan dirinya sendiri setelah belakangan ini dibantu oleh pengacara mudanya itu.
"Aku harus membeli gaun itu sebelum habis!" ucap Kresna sembari berlari cepat ke arah mobilnya sendiri, setelah mobil yang ditumpangi oleh Kinara dan sang sopir sudah menghilang dari pandangan matanya.
***
Sekitar lima belas menit berlalu dan saat itulah Kinara sampai di kantor perusahaannya. Para karyawan yang tak sengaja bertemu memberikan sapaan padanya. Mereka begitu sungkan, tetapi Kinara yakin setelah dirinya menghilang, mereka akan saling berbisik mengenai kasus yang menimpanya saat ini. Beruntung, Kinara bukan seseorang yang terlalu memedulikan ucapan orang, bahkan meski orang-orang itu adalah karyawan di perusahaannya sendiri. Selama mereka bekerja dengan baik, Kinara tidak akan mempermasalahkan.
"Kinara!"
Suara itu terdengar dan nyaris menggetarkan gendang telinga Kinara sesaat setelah dirinya memasuki area lobi perusahaan. Tentu saja sang pemilik suara adalah seorang Abimana. Pria itu bahkan sudah berjalan ke arah Kinara, dan berasal dari area ruang tunggu untuk tamu dari luar.
Nyatanya, dugaan Kinara tidak pernah meleset. Pria itu benar-benar datang. Entah mengapa Abimana tidak naik ke atas saja, atau mungkin sedang ingin mempermalukan Kinara di lobi perusahaan? Apa pun rencana pria itu, Kinara tidak akan gentar. Menghadapi luka menganga di dalam hatinya saja, Kinara mampu, tidak masalah jika harus menghadapi pria yang telah memberikan luka itu sendiri. Ia akan menahan kepedihan apa pun demi menghadapi Abimana.
"Selamat siang, Tuan Abimana," sapa Kinara setenang mungkin, meski jantungnya berdegup tidak karuan.
Dan tiba-tiba saja, Abimana mencengkeram kedua pundak Kinara. Sementara matanya sibuk menatap Kinara dengan tatapan nanar begitu tajam. "Apa kau sudah gila?! Apa kau memang wanita yang se-serakah itu?! Apakah tidak cukup hanya untuk bercerai, hah?!"
Mendadak mata Kinara mengkilat seolah muncul sinar laser dari dalam kornea. Tak kalah tajam, ia membalas tatapan pria yang telah mengkhianatinya itu. Rupanya, Abimana benar-benar ingin mempermalukannya. Sakit. Kedua pundaknya sakit sekali. Kesal, entah mengapa hatinya mendadak kesal.
Lantas, hal apa yang bisa Kinara katakan untuk membuat Abimana semakin kalah telak? Saat ini, maupun di persidangan nanti?
***