Chereads / State Association / Chapter 3 - Diary

Chapter 3 - Diary

«Krieeettt»

Seoarng pria membuka pintu kamar putrinya. Dirinya merasa nostalgia saat melihat isi kamar anaknya itu. Tidak ada hal istimewa, hanya sebuah lemari kecil, sebuah kasur, dan sebuah meja belajar serta sepasang nakas di samping kasur.

Tidak banyak barang di ruangan itu, membuat kamar yang terkesan kecil itu terasa luas dan tidak sumpek. Kamar itu bernuansa biru putih, sesuai warna kesukaan sang anak.

Seluruh barang-barang masih ada di sana, kecuali pakaian, buku-buku, dompet, handphone, surat-surat, dan barang-barang pribadi putrinya.

Pria itu duduk di kasur putrinya. Sprei kasur itu telah diganti, dan ia tak tahu kapan putrinya mengganti sprei itu. Ia teringat dengan perkataan teman sekelas putrinya.

"Ria adalah anak yang sangat jenius dan paling pintar di sekolah", kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya.

Kalau itu benar, kenapa putri kecilnya sama sekali tidak pernah memberitahukan hal itu kepadanya?

Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan itu. Ada beberapa dinding yang bocor, dan kenapa putrinya sama sekali tidak bilang?

Meja belajar putrinya sudah rusak, dan mampak jelas terdapat tambalan-tambalan kayu di sana. Sprei milik putrinya juga terdapat bekas jahitan yang banyak.

Ia heran, kenapa putrinya tidak bilang apapun?

Hati kecilnya menyuruh pikirannya untuk melihat lemari yang berada di sampingnya. Ia membuka lemari itu dan betapa terkejutnya dia saat melihat isinya. Di lemari itu terdapat banyak sekali piala-piala dari berbagai lomba. Putrinya telah memenangkan banyak perlombaan tanpa ia ketahui.

Lomba pidato bahasa Jawa, lomba debat bahasa Inggris, lomba cerdas cermat tingkat nasional, lomba karate, lomba TIK, dan masih banyak lagi. Tak hanya piala-piala saja, di lemari itu juga terdapat piagam-piagam. Ada yang berbahasa Indonesia, Inggris, bahkan Rusia dan Mandarin.

Ia juga menemukan sangat banyak foto yang telah pudar warnanya, dimana putrinya tengah memegang piala-piala itu sembari tersenyum.

Ia baru sadar, ternyata putrinya sangatlah jenius dan berbakat. Ia sangat heran kepada dirinya sendiri, bagaimana bisa ia tidak mengetahui hal itu, sih?

Dia membuka pintu laci yang berada di bawah lemari. Cukup sulit untuk membukanya, dan setelah beberapa saat akhirnya dapat terbuka. Di dalam laci itu terdapat sebuah buku yang tebal, mungkin buku diary, dan ada kemungkinan sang anak lupa membawanya karena pintunya tak bisa dibuka.

-----------------------------------------------

Dear, diary.

Kamis, 7 Januari 2014.

Semenjak Ibu meninggal, Ayah sudah berbeda. Ayah bukan lagi sosok yang kukenal. Aku sangat merindukan Ayah yang dulu...

Tadi pagi, aku mendapat nilai 100 dalam pelajaran bahasa Arab. Aku sangat senang, dan guru bahasa Arab memujiku. Aku benar-benar tak sabar menunjukkan nilaiku pada Ayah!

Saat pulang sekolah, Ayah menjemputku dengan motornya yang biasa. Ayah baru saja pulang dari kantor, bersamaan dengan jadwal pulangku. Aku segera mengatakan pada Ayah kalau aku mendapat nilai 100 pada ulangan.

"Lalu, aku harus ngapain?" begitu jawab Ayah.

Aku sebenarnya sangat sedih karena Ayah tidak peduli. Aku mencoba untuk tersenyum walau itu sulit. Seharusnya Ayah memujiku walau sedikit, bukannya mengatakan hal itu...

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Dear, diary.

Senin, 12 Desember 2016.

Hari ini aku berulang tahun yang ke-9. Aku benar-benar sangat senang karena umurku sudah bertambah. Aku semakin tak sabar untuk bisa menjadi TNI!.

Hari ini adalah hari pembagian hasil seluruh ulangan. Aku sangat gugup dan resah. Aku takut kalau nilaiku jelek, soalnya aku tak belajar, hehe...

Tapi, aku benar-benar sama sekali tidak menduga ini! Semua nilaiku 100! Padahal aku sama sekali tak belajar! Kira-kira, apa respon Ayah tentang ini, ya? Kuharap Ayah suka.

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Dear, diary.

Selasa, 13 Desember 2016.

Aku kemarin mengatakan pada Ayah kalau nilaiku 100 semua. Namun, seperti biasa Ayah tidak peduli. Ayah malah mengatakan kalau aku harus diam dan berhenti mengoceh. Oke, akan kulakukan.

Aku sempat aneh, karena Ayah tiba-tiba marah saat aku mendadak diam. Sebenarnya apa maksud Ayah, sih? Katanya suruh diam, kok malah ngelunjak?

Heran aku....

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Dear, diary.

Selasa, 29 Agustus 2021.

Hari ini aku berhasil menang di kejuaraan bulu tangkis tingkat nasional. Aku sangat senang karena dapat menjadi atlet bulu tangkis karena prestasiku.

Aku sangat kaget, karena didatangi beberapa klub bulu tangkis nasional. Mereka ingin aku menjadi anggota klub itu. Aku awalnya tergiur, namun mimpiku untuk menjadi TNI sudah bulat, dan aku menolaknya.

Teman-temanku bilang kalau aku sangat rugi karena menolaknya, tapi aku tak peduli. Toh, lagipula kalau aku menang, memangnya Ayah mau melirikku? Sama sekali tidak.

Tapi, walau begitu orang-orang dari klub-klub itu sama sekali tidak menyerah. Mereka bilang kalau ada perlombaan bulu tangkis internasional, akulah yang akan mewakili Indonesia di kategori anak.

Yah, aku tak ingin terlalu berharap, sih. Namun, semoga saja itu terjadi dan Ayah dapat menatapku walau sebentar.

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Dear, diary.

Minggu, 12 Desember 2021.

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14 tahun, dan aku tak menyangka ucapan para anggota klub itu benar terjadi!

Aku menjadi perwakilan Indonesia di Kejuaraan Dunia BWF 2021! Aku akan bertanding di kota Huelva, Spanyol!

Ayah tidak tahu tentang ini, dan semoga Ayah melihat pertandinganku lewat TV. Ukh... Aku sangat menantikan reaksinya!

-----------------------------------------------

-----------------------------------------------

Dear, diary..

Senin, 20 Desember 2021.

Hari ini aku pulang dari Spanyol ke Indonesia. Aku benar-benar sangat bangga karena berhasil membawa pulang medali emas di cabang tunggal putri. Ini adalah kedelapan kalinya aku memenangkan perlombaan internasional.

Dan saat sampai rumah, Ayah malah memarahiku. Ayah bilang kalau aku hanya bermain-main saja. Yah, ini salahku juga, sih. Aku bilang ke Ayah kalau ada kemah di sekolah, wajar saja kalau Ayah malah memarahiku.

Itu juga bukan keinginanku! Kan Ayah sendiri yang tak peduli dengan prestasiku. Jadi, buat apa aku bilang kalau akan pergi ke Spanyol?

Hmph, kalau tahu begini, aku tak akan berharap lebih. Dan mulai sekarang aku tak akan menuliskan prestasi yang aku dapat di sini.

Walaupun aku menulis pun tak ada gunanya dan hanya menjadi barang yang tak berguna. Toh, Ayah tidak akan membacanya sama sekali.

-----------------------------------------------

Tes...

Tes tes...

Air mata pria itu jatuh ke atas lembar buku yang ia baca. Itu adalah lembar terakhir dari halaman buku itu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau putrinya sampai sakit hati karena dirinya.

Wajar saja jika putrinya tak mengatakan apapun, dan itu semua salah dirinya. Jika saja ia menyadari hal ini lebih awal, pasti ia tak akan merasa sesakit ini. Pasti putrinya tidak akan kabur dari rumah. Pasti istrinya lebih tenang di dunia sana.

"Hiks.. Aku... Benar-benar bodoh... Sangat bodoh... Hiks... Bodoh...." Ia hanya bisa menangis karena tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Nasi sudah menjadi bubur, dan ia harus memakan bubur itu sampai habis.

Hanya satu yang bisa ia lakukan, yaitu berdoa pada Tuhan agar putrinya diberi keselamatan dan kesehatan.

.

.

.

.

.

༺♥༻

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

꧁ ༺ 🅁🄸🄽🄺🄰_🄼🄰🅂🄰🄼🄸 1207 🄿🅁🄾🄹🄴🄲🅃 ༻ ꧂

『State Association』

Genre: Romance, Nations, Military

꧁ ༺ 🅁🄸🄽🄺🄰_🄼🄰🅂🄰🄼🄸 1207 🄿🅁🄾🄹🄴🄲🅃 ༻ ꧂

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

༺♥༻

.

.

.

.

.

Lebanon, tahun 2026.

Suara derap langkah terdengar tegap dan seirama di tanah berdebu. Nampak beberapa orang berjalan dari sebuah tempat menuju markas Kontingen Garuda.

"Komandan Kirana!" pekik salah satu anggota Kontingen Garuda atau Pasukan Perdamaian.

Seorang gadis yang baru datang bersama beberapa orang menengok ke sumber suara. Gadis itu berusia 19 tahun, kulitnya sawo matang dan memiliki mata berwarna coklat khas Asia.

Gadis itu mengenakan kerudung berwarna hitam dan baret biru khas Kontingen Garuda. Gadis itu adalah Komandan Kontingen Garuda yang bertugas di Kongo, namanya Kirana Adriani.

Kirana adalah anak yang masuk TNI pada usia 18 tahun, tepatnya setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Yogyakarta. Ia menjadi lulusan terbaik di SMA-nya, dan menjadi pendaftar dengan nilai paling tinggi di TNI.

Gadis ini sangat jenius dan menguasai lebih dari 30 bahasa di dunia. Ia adalah anggota KOPASSUS yang sangat sering terjun ke dalam misi menyamar yang sangat berbahaya.

Kirana dipilih menjadi Pemimpin Kontingen Garuda karena hanya dia satu-satunya anggota KOPASSUS di kelompok tersebut. Bukan tanpa alasan, ia dipilih karena sangat jenius dan sangat pintar dalam bernegosiasi dengan baik.

Selain itu, ia memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat tinggi dan sangat tegas namun juga dapat menjadi lembut. Ia sangat mahir dalam menggunakan senjata maupun silat.

Tak dapat terhitung berapa kali ia mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, baik dalam wujud siswa berprestasi, atau dalam bidang pertahanan dan kemiliteran.

"Oh, Fahrul, ada apa?" tanya Kirana kepada orang yang memanggilnya.

"Komandan barusan dicari Shasha, dia ngamuk karena cemilannya terbawa angin" balas Fahrul dengan sweatdrop karena mengingat tentang perempuan yang sedang dibicarakan itu.

"Lah...". Kirana juga ikut sweatdrop. Ada-ada saja tingkah laku Shasha.. "Oke, terima kasih. Kembalilah ke tempatmu bekerja!"

"Baik!"

Kirana geleng-geleng dengan kelakuan Shasha, sahabatnya. Ia segera masuk ke dalam markas Kontingen Garuda. Di sana ia melihat Shasha sedang pundung di pojok ruangan.

'Hadeh, ni anak...' Kirana pun mendekati sahabatnya itu. "Galau, Bund?" tanyanya basa-basi.

Yang ditanya menoleh. "Nggak, lagi seneng" ujarnya ketus.

Shasha Helenawati adalah nama gadis itu. Dia adalah sahabat Kirana saat pindah SMA di Yogyakarta. Shasha dan Kirana memang berbeda agama, namun mereka sangat akrab seperti saudara.

Shasha memang bukanlah anggota KOPASSUS walau sebenarnya bisa. Ia hanya terlalu malas dan santuy, karena anggota KOPASSUS tidak pernah berhenti bekerja dan selalu mendapat misi.

"Kalau aku jadi KOPASSUS, aku nggak bisa lihat Bebeb Renjun ama Ayank Haechan, dong" ujar Shasha dulu saat Kirana menanyakan padanya.

Kekuatan Shasha setara dengan Kirana, bedanya Shasha hanya lebih santuy dan malas dibanding Kirana.

"Kir, buatin cemilan, dong..." bujuk Shasha dengan mata anjingnya.

Kirana justru ngeri. "Please, lah. Kalau mau bujuk aku, jangan pake mata anjing. Kasihan Hachiko, tahu.."

Shasha mengerucutkan bibirnya. "Hachiko jahat, atuh. Dia dulu selalu gigit aku!" dengusnya. Shasha kembali kesal saat mengingat tentang Hachiko, anjingnya yang selalu menggigitnya setiap saat.

"Iyain aja, deh. Kasihan" Kirana menghela napas. "Jadi, mau cemilan apa? Aku buatin" imbuhnya lagi.

Shasha langsung sumringah. "Beneran? Asik!! Bikinin apapun, terserah!" pekiknya.

'Waw, ternyata meme yang aku lihat itu memang benar. Rusia, Amerika, dan negara lainnya memiliki bom nuklir yang dapat menghancurkan dunia. Israel memiliki bom sulfur yang tak kalah mengerikannya. Namun, ada satu benda yang paling mematikan yaitu kata "terserah" yang selalu diucapkan para perempuan..' batin Kirana dengan wajah datar. 'Dasar betina....'

TBC.