"Wuihh, enak banget, Kir! Kalau aja aku jadi cowok, pasti aku bakal nikahin kau, deh!" ujar Shasha sambil terus memakan brownis tipis buatan Kirana.
"Idih, bisa aja. Kalau kau jadi cowok, siapa namamu? Shosho? Wkwkwk" kata Kirana disertai ejekan.
Shasha langsing menampol sahabatnya itu. "Sembarangan!"
"Wkwkwk" Kirana memang terkenal sebagai pemimpin yang sangat serius, dan hanya pada Shasha-lah dirinya menjadi sangat terbuka dan keluar sifat aslinya.
"Eh, apaan, tuh?" tunjuk Shasha ke seorang tentara yang menghampiri mereka dari jauh dengan tergesa-gesa. Tentara itu mengatakan jika ada dua orang prajurit Denmark yang kecelakaan dan terjatuh di jurang di daerah Ganduriah.
Kirana dan Shasha langsung berdiri dan meninggalkan makanan mereka begitu saja. Kirana langsung melakukan koordinasi dengan markas dan bergegas naik ke mobil.
"Cepat antarkan kami ke lokasi kejadian segera!" perintah Kirana.
"Baik, Komandan!" Mereka bertiga pun menuju ke daerah Ganduriah.
Sesampainya di sana, mereka melihat banyak tentara Amerika Serikat, Lebanon, dan negara lainnya hanya diam dan melihat. Seorang tentara Denmark tersangkut di kedalaman 50 meter, sementara yang satunya berada pada 100 meter.
Kirana langsung turun dari mobil dan mempelajari jurang serta kedalaman yang ada. Kirana dan Shasha saling melihat dan mengangguk bersamaan.
"Apa kau siap, Shasha?" tanya Kirana sembari melirik sahabatnya itu.
Shasha tersenyum miring seolah menantang maut. "Tentu saja aku siap, Komandan!"
"Kalian cepat panggil ambulance!" perintah Kirana. "Suruh para tentara untuk tidak berkerumun dan jangan biarkan mereka mengganggu operasi penyelamatan kami!"
Kedua gadis itu langsung terjun ke jurang dengan melewati bebatuan yang ada tanpa menggunakan tali satupun.
"What the ****! Hey, what are you two doing?! It's crazy and dangerous, you know!" pekik salah satu tentara Amerika Serikat.
"Oh mon Dieu! Arrêtez tout ça! C'est trop horrible! (Oh Tuhan! Hentikan semua ini! Ini terlalu mengerikan!)".Seorang tentara Perancis gemetar ketakutan sekaligus ngeri.
"They are too crazy... Indonesian people are too scary...." gumam seorang tentara Amerika dengan gemetaran.
Banyak pekikan-pekikan dari tentara-tentara itu, namun Kirana dan Shasha sama sekali tidak peduli. Yang mereka pedulikan hanyalah keselamatan korban saja.
Shasha mengecek nadi korban yang terjepit pada kedalaman 50 meter, dan Kirana 100 meter. Beruntungnya mereka masih bernafas. Ambulance Indonesia datang bersamaan dengan itu. Anggota paramedis segera membawa tandu dan mengangkat kedua korban itu.
Kirana dan Shasha naik ke atas dengan memanjat bebatuan setelahnya. Sesampainya mereka di atas, para tentara langsung mengerubungi kedua gadis itu.
Banyak yang mengucapkan pujian, ada juga yang mengucapkan sumpah serapah karena kedua gadis itu telah membuat mereka kena mental dan sakit jantung mendadak.
Seorang gadis dari Amerika marah. "You guys are really really stupid! How can you just jump right in without protection! You guys want to die here, huh? You are very stupid people!" pekiknya sambil menunjuk-nunjuk Kirana dan Shasha.
*(Kalian ini benar-benar sangat bodoh! Bisa-bisanya kalian langsung terjun begitu saja tanpa pengaman! Kalian ingin mati di sini, ha? Kalian adalah orang yang sangat bodoh!)
Shasha pun menjadi kesal. Ia tersenyum dengan "ramah" dan membalas cacian dari gadis itu.
"You are the ones who are stupid! Haven't we been given training to be able to save victims under any circumstances and under any conditions? Just standing still and watching that means you guys have no knowledge of rescue operations!" sindirnya dengan tajam.
*(Justru kalian lah yang bodoh! Bukankah kita sudah diberi pelatihan untuk dapat menyelamatkan korban dalam keadaan apapun dan dengan kondisi apapun? Hanya diam dan melihat itu berarti kalian tidak memiliki pengetahuan tentang operasi penyelamatan!)
Shasha ingin sekali menonjok wajah gadis yang sok cantik itu, namun dihentikan oleh tangan Kirana. Gadis berkerudung itu menggeleng pada Shasha dan menatap para tentara dengan tatapan serius serta tajam.
"After all, if you become a victim, what you think would be to be saved quickly, right? Just imagine, we were too late to save you, and you were already dead. You must be blaming us, right?" Kirana berucap dengan kekesalan yang memuncak.
*(Lagipula, jika kalian menjadi korban, yang kalian pikirkan pasti ingin diselamatkan dengan cepat, bukan? Coba bayangkan, kami terlambat menyelamatkan kalian, dan kalian sudah meninggal. Kalian pasti menyalahkan kami, bukan?)
"Quick rescue of victims is the main duty of a soldier. It's true, we were reckless because we didn't use any protection. But, you should know, soldiers are people who are determined to be able to sacrifice themselves for the sake of others."
*(Penyelamatan korban dengan cepat adalah tugas utama seorang tentara. Memang benar, kami sembrono karena tidak menggunakan pengaman apapun. Tapi, kalian harus tahu, tentara adalah orang yang sudah bertekad untuk dapat mengorbankan dirinya demi orang lain)
"What we do is a natural thing, because not always a safety device will be useful in an emergency like this. Luckily we were able to save the two victims. However, if we fail, surely you will blame us, right?" imbuh Kirana lagi.
*(Apa yang kami lakukan adalah hal yang wajar, karena tidak selamanya alat keselamatan akan berguna pada saat darurat seperti ini. Beruntung kami dapat menyelamatkan kedua korban. Namun, jika kami gagal, pasti kalian akan menyalahkan kami, bukan?)
"Don't just be silent, say something. Ah, or, what I said was very correct, huh? Wow, sorry, well...". Kirana menyindir mereka dengan perkataan yang tajam dan pedas.
*(Jangan hanya diam, katakanlah sesuatu. Ah, atau, perkataanku sudah sangat benar, ya? Wah, maaf, yah...)
Mata gadis berkerudung itu berubah, dari yang semula berwarna coklat menjadi emas menyala. Satu kata yang dapat menggambarkannya, menyeramkan.
Para tentara luar negeri hanya bisa diam, termasuk gadis yang tadi menghardik Kirana dan Shasha. Aura intimindasi yang dikeluarkan Kirana dan Shasha sudah membuat mereka hanya bisa terdiam kaku bak boneka. Mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berbicara sedikitpun.
Shasha menyeringai saat mendengar kata-kata yang Kirana ucapkan. Seluruh warga Indonesia memiliki lidah yang sangat tajam, dan seluruh penghuni dunia harus ekstra berhati-hati.
"Wkwkwk, no need to apologize, Kirana. They are shrimp brains that only think about themselves." Shasha merangkul pundak Kirana. Manik coklatnya juga bersinar menjadi hazel cerah saat dirinya menatap orang-orang itu.
*(Wkwkwk, tak perlu minta maaf, Kirana. Mereka kan memang otak udang yang hanya memikirkan diri sendiri.)
Tatapan mereka berdua sangatlah menyeramkan. Para tentara luar negeri yang melihatnya semakin ketakutan. Dari fisik, sudah jelas mereka lebih besar, namun sekarang mereka layaknya mangsa yang tengah ditatap tajam oleh pemilik rantai makanan teratas.
Shasha menatap mereka dengan tajam. "Hey, where's your voices? Why did it suddenly run out? Didn't you guys insult us earlier?" tanyanya dengan dagu yang diangkat.
*(Hei, kemana suara kalian? Kenapa mendadak habis? Bukankah tadi kalian menghina kami?)
Para tentara itu tetap diam, membuat seorang anggota Kontingen Garuda menjadi kesal. "Disrespectful! You guys don't respect our commander huh?!" marahnya.
*(Dasar tidak sopan! Kalian tidak menghormati komandan kami, ya?!)
"Idih, they say world-class soldiers, how come they have such a short mind? Very noob!" celetuk seorang anggota Kontingen Garuda dengan merolingkan bola matanya.
*(Idih, katanya tentara kelas dunia, kok pikirannya pendek? Cupu banget!)
Seorang gadis asal Indonesia terkikik. "Ahaha, they're definitely going to think like, 'I thought cupu turned out to be suhu', wkwkwk" timpalnya.
*(Ahaha, mereka pasti mikir kayak gini, 'kukira cupu ternyata suhu', wkwkwk)
Para tentara yang terkena roasting beruntun dari para anggota Kontingen Garuda pun hanya bisa diam. Rakyat Indonesia khususnya para netizen memang sangatlah mengerikan...
Mereka bahkan belum sempat bereaksi, sudah diberi roasting-an baru lagi. Sudah cukup...
Kirana diam sambil menatap para tentara yang kini tengah menunduk itu. Tatapannya menjadi iba. "Sudahlah, ayo kita kembali ke markas untuk melaporkan apa yang terjadi pada pimpinan" ajak Kirana kepada para bawahannya.
"Oke/Baik!" seru mereka termasuk Shasha.
Para bawahan Kirana pergi terlebih dahulu, meninggalkan sang komandan yang masih berada di sana.
"We don't mean to blame or badmouth you. We just want you to be aware. Military training in each country is very different, and you should be able to understand our reckless habits and personalities. I apologize profusely for insulting you. I am really sorry.." kata Kirana sambil membungkukkan badannya.
*(Kami tak bermaksud untuk menyalahkan ataupun menjelek-jelekkan kalian. Kami hanya ingin kalian sadar. Pelatihan militer di masing-masing negara sangatlah berbeda, dan kalian harus dapat memahami kebiasaan dan kepribadian kami yang sembrono ini. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena telah menyindir kalian. Saya benar-benar minta maaf..)
Para tentara nampak kaget dengan apa yang Kirana lakukan. Seorang komandan membungkukkan badannya kepada tentara yang jabatannya lebih rendah itu adalah hal yang jarang terjadi.
"A.... E... Eh..." Mereka masih memproses apa yang terjadi.
Kirana kembali membungkuk sebagai salam keformalan untuk undur diri. Para tentara menatap kepergian Kirana yang semakin menjauh. Awalnya mereka pikir bahwa orang-orang Indonesia sangatlah mengerikan dan tidak sopan.
Namun, mereka pikir orang-orang Indonesia tidak sepenuhnya seperti itu....
TBC.
●O♡FunFact♡O●
Peristiwa ini benar-benar nyata terjadi di Lebanon. Nama orang yang menyelamatkan kedua tentara Denmark itu adalah Abdullah Lubis.
Bedanya, pada kisah nyata, korban yang berada pada kedalaman 50 meter meninggal dunia, dan yang selamat hanyalah korban yang berada pada kedalaman 100 meter.
Selain itu, setting waktunya juga berbeda, dan pada kisah Kirana ini, waktu yang seharusnya sudah terjadi digambarakan dalam bentuk dunia masa depan.
Tidak semua setting waktu cerita dibuat sama persis, ada beberapa scense yang diubah agar sesuai dengan alurnya.