"Awsh, sakit!" keluh Dewa saat Anna dengan tepat menekan luka di pelipis wajahnya.
"Iya-iya .... ini juga pelan-pelan tau," sahut Anna. Gadis itu meniupnya secara perlahan. Tak ada satu luka pun yang Anna lewati, semuanya Anna obat dengan telaten.
Anna tak habis pikir kenapa pria ini hobi sekali berkelahi. Beberapa hari yang lalu pun Anna sempat mendengar bila Dewa memukuli seorang siswa Guaradana tanpa alasan yang jelas. Rasa tidak suka Anna semakin bertambah, karena sering kali berbuat ulah. Namun di sisi lain, Anna juga merasa kasihan, sebab saat tahu bila Dewa berpisah dengan ibu kandungnya sejak kecil, ia berpikir bahwa Dewa begitu pasti karena kurang didikan ibunya. Memang benar kata orang, sekolah terbaik adalah sekolah bersama seorang ibu.
Dewa mencuri pandang ke arah Anna yang sedari tadi terus memonyongkan bibirnya ke arah lukanya. Dewa merasakan sejuk saat Anna meniupnya berkali-kali.