"Memangnya siapa pria dan wanita Itu?"
Marcus menyunggingkan sudut bibirnya. Ia melihat ke arah gelas di tangannya yang kini hanya tersisa beberapa tetes saja. "Wanita itu tak lain dan tak bukan ialah temanku, Agatha. Aku sudah lama sekali menyukainya. Waktu itu aku terus mengabaikan perasaanku, tapi sejak Aldrich datang dalam hidupnya, aku baru sadar sepenuhnya betapa aku mencintai Agatha. Ironis Bukan?"
Bartender itu mengangguk membenarkan. "Iya, sangat ironis. Harusnya kau segera menyatakan perasaanmu saat itu."
"Iya, kau benar, tapi semua sudah terlambat. Agatha telah menikah."
Agatha yang mendengar percakapan dua pria itu pun tercengang. Tak disangka Marcus menyukainya. Ia pikir perhatian perhatian yang diberikan Marcus padanya karena mereka berteman, bukannya karena memiliki rasa.
"Marcus ternyata menyukaiku? Bagaimana bisa? Apa benar kalau pria dan wanita tak bisa jadi teman Seutuhnya?" batin Agatha.