Jean tampak bahagia karena hari ini pernikahan kakaknya, Evelyn. Selain itu dia juga baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia beberapa hari lalu, sehingga dia bisa kembali ke Indonesia menghadiri momen sakral kakaknya itu.
"Mereka pasti terkejut dengan suprise yang aku berikan!" kekeh Jean sambil melangkah masuk ke rumah.
Jean yang masih terus melangkah menerobos kerumunan pun akhirnya membuka kacamata hitamnya. Jean tampak mengernyitkan dahinya, saat mendengar hinaan yang ditujukan kepada orangtuanya.
"What the f*ck, apa-apaan ini?" cibirnya saat beberapa orang terus menghina orangtuanya.
"Jean, akhirnya kau pulang nak!" ucap Linda sambil menangis terisak memeluk tubuh Jean.
"Ma, ada apa ini? mama kenapa?" tanya Jean sambil memegang wajah ibunya itu.
"Kakakmu yang katanya wanita baik-baik itu sudah kabur pergi bersama laki-laki lain di hari pernikahannya. Apa kau tidak lihat seberapa malu kakakku hari ini karena ulah kakakmu!" ketus seorang gadis berambut pendek.
"Acha jaga ucapanmu, jangan berbicara kasar seperti itu!" tegur laki-laki yang mengenakan baju pengantin disampingnya.
"Mohon maaf sebelumnya, Pak Ifan. kalau pernikahan ini dibatalkan, kami sekeluarga akan mendapatkan malu karena peristiwa ini. Apa bapak punya solusi untuk ini?" tanya Kiai Hanan
"Abi, boleh Rayyan sampaikan pendapat Rayyan? tanya Rayyan lembut.
"Tentu saja, nak. Kau berhak untuk itu, karena kau mempelai prianya disini." jawab Kiai Hanan
Rayyan pun berjalan mendekat ke arah Jean dan Linda. Dia menatap Jean penuh arti, wajah cantik Jean membuat Rayyan tertegun hingga dia memalingkan wajahnya ke lantai.
"Boleh aku tau nama lengkapmu?" tanya Rayyan sembari tetap menundukan pandangannya.
"Jeanne Anastasia," jawab Jean pelan.
"Kalau begitu Jeanne Anastasia, apa kamu bersedia menikah dengan Saya?" tanya Rayyan sambil mengangkat wajahnya menatap Jean.
Seketika tubuh Jean menegang. Pertanyaan yang baru saja Rayyan lontarkan sukses membuatnya terdiam.
"Maaf, Gue nggak bisa." ucap Jean sambil melangkah pergi ke kamarnya.
Semua orang sontak kaget mendengar jawaban dari Jean. Cemoohan dari tamu undangan pun mulai terdengar, mereka menghina kedua orangtua Jean.
Namun tidak lama kemudian, semua orang dibuat kaget dengan kedatangan Jean dengan gaun merah yang ia kenakan.
"Tutup mulut kotor kalian! Gue Jeanne Anastasia, siap menerima lamaran lo demi orangtua gue." ucap Jean lantang sembari menunjuk ke Rayyan.
Mendengar ucapan Jean barusan, semua orang langsung bersorak senang. Sementara Rayyan menatap tidak percaya mendengar jawaban Jean.
"Ya sudah, tanpa berlama-lama lagi mari kita mulai akad nikahnya." ucap Kiai Hanan sembari tersenyum.
Atas arahan Kiai Hanan pernikahan pun mulai dilangsungkan, Semua orang pun mulai menatap khidmat penyatuan dua insan yang memiliki kepribadian yang sangat berbeda itu.
"Sahhh!" teriak para tamu undangan saat akad nikah telah selesai.
"Nak Jean, ayo cium tangan Rayyan." ucap Umi Hasna
Dengan malas Jean pun mencium tangan Rayyan yang kini telah menjadi suaminya. Saat indra penciumannya mengenai tangan Rayyan, ia pun dapat mencium wangi yang sangat harum dari suaminya itu. Jean pun dengan cepat menarik tengkuk Rayyan, lalu membisikkan sesuatu padanya.
"Entar kalau udah selesai acaranya, spill nama parfumnya ya sama gue."
Semua orang di sana tampak tertawa dan mengira Jean tengah mencium pipi Rayyan, namun kenyataannya Jean hanya berbisik untuk menanyakan nama parfum yang Rayyan pakai saat ini.
"Hahaha, kau lucu sekali." kekeh Rayyan
Seisi ruangan pun menatap heran ke arah Rayyan yang sedang tertawa. Jean yang melihat hal itu lantas menggaruk tengkuknya pelan dengan wajah malu.
"Rayyan," tegur Kiai Hanan saat melihat kelakuan putranya yang menjadi pusat perhatian semua tamu undangan.
"Ah iya, maafkan kelakuan saya" ucap Rayyan sembari menghentikan tawanya, lalu menunduk pelan.
Setelah serangkaian acara telah selesai, terlihat Jean yang sedang berpamitan dengan kedua orangtuanya sambil menangis.
"Putri kecil mama udah nikah sekarang, kau bahkan belum sempat belajar bagaimana menjadi seorang istri yang baik nak. Maafkan kakakmu," isak Linda
"Huh, sudahlah ma. Semua sudah terjadi," ucap Jean sambil melepaskan pelukan Linda.
"Om sama tante, Rayyan dan Jean pamit dulu ya." ucap Rayyan sambil mencium tangan Ifan dan Linda.
"Hei, panggil saja mama sama papa. Kamu kan udah nikah sama Jean." ucap Linda
"Eh, iya ma. Rayyan pamit dulu," ucap Rayyan
Linda dan Ifan pun mengangguk pelan sembari melambaikan tangan. Mobil yang membawa Jean dan Rayyan pun akhirnya berlalu meninggalkan kediaman keluarga Ifan.
Di dalam mobil Jean hanya diam sambil memejamkan matanya. Rayyan yang melihat hal itu pun diam-diam memperhatikan wajah Jean dengan seksama. Sungguh, hatinya berdegup kencang seketika saat memperhatikan kecantikan istrinya itu.
Rayyan tahu dibandingkan Evelyn, Jean sangat jauh berbeda dengan kakaknya itu. Evelyn adalah gadis cantik yang selalu berpakaian tertutup dengan tutur kata yang lembut. Sedangkan Jean adalah gadis yang bebas, cara dia berpakaian dan bertutur kata juga sekehendak hatinya.
"Ngapain lo mandangin gue? Naksir? Mau bahas soal jatah? Atau mau minta harta gono-gini?" ucapan sarkas dari bibir mungil Jean sukses menyadarkan Rayyan.
"Maaf, saya nggak bermaksud begitu." ucap Rayyan pelan.
Rayyan pun mengalihkan pandangannya ke depan agar tidak memancing keributan antara dia dan Jean. Namun, dia mulai menyadari sesuatu. Supir yang tengah menyetir mobil mereka saat ini, sejak tadi sedang asik memandangi lekuk tubuh Jean.
Dengan cepat ia mengambil sebotol air lalu berpura-pura menumpahkannya di tempat yang Jean duduki.
"Astaga maafkan saya, saya tidak sengaja." ucap Rayyan dengan nada bersalah.
"Huh, tempat duduk gue jadi basah!" kesal Jean
"Terus gue harus duduk dimana sekarang?" ucap Jean lagi.
"Hm, kemarilah. Duduklah di pangkuan saya," ucap Rayyan lembut.
"W-what? Duduk dipangkuan lo? Nggak, gue nggak mau!" ketus Jean
Namun, tiba-tiba Mobil yang sedang melaju mengerem dadakan. Sehingga keseimbangan tubuh Jean tidak stabil. Nyaris saja dia terjungkal ke depan, beruntung ada Rayyan yang sigap menahannya.
"Kan sudah saya bilang tadi, duduk saja di pangkuan saya." kekeh Rayyan sambil tertawa kecil.
Akhirnya setelah berpikir sejenak, Jean pun setuju. Dengan wajah dongkol Dia pun duduk di pangkuan Rayyan. Jean segera menundukkan kepalanya untuk menghindari kontak mata dengan Rayyan.
Rayyan pun tersenyum kecil melihat tingkah Jean. Dia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain, Agar Jean merasa nyaman.
Sementara itu Jean pun menundukkan kepalanya, dia tidak berani beradu pandang dengan Rayyan. Rayyan pun perlahan memejamkan matanya untuk menghirup aroma tubuh istrinya itu, dia tau kalau dia telah jatuh cinta pada Jean sejak pertama mereka bertemu.
Jean yang memang sangat kelelahan pun perlahan terlelap dan tanpa sadar memeluk tubuh Rayyan erat. Rayyan membuka matanya pelan sambil tersenyum kecil, dia mengambil sorban yang ada di dekatnya lalu memakaikannya di tubuh Jean.
"Pak, lain kali jangan berani memandang istri saya lagi dengan tatapan seperti itu. Saya tidak menegur bapak dengan kasar karena disini ada istri saya, jadi saya harap bapak bisa menjaga pandangan bapak di sini." tegas Rayyan sembari mencium kening Jean.
"Ba-baik pak, maafkan saya." ucap supir itu dengan terbata-bata.