Akhirnya mobil pengantin yang membawa Jean dan Rayyan tiba di pekarangan rumah yang Rayyan beli beberapa bulan yang lalu.
Terlihat di sana Umi Hasna yang sedang menatap bingung ke arah Jean yang berada digendongan Rayyan. Beliau pun berniat membangunkan Jean, Namun Rayyan memberikan isyarat agar tidak membangunkan Jean.
"Ray, itu rumahnya udah umi beresin. Kamu dan Jean bisa istirahat sekarang, kalau begitu umi juga pamit pulang ya." ucap Umi Hasna
"Iya mi, hati-hati pulangnya." balas Rayyan sambil mencium tangan Umi Hasna.
"Iya tenang aja kok, umi pasti hati-hati. Jangan lupa juga bangunkan istrimu, kan bentar lagi magrib." ucap Umi Hasna
"Iya mi, kalau begitu aku masuk dulu." ucap Rayyan sambil memasuki rumah.
Umi Hasna pun hanya tersenyum kecil lalu pergi. Sementara itu Rayyan yang sudah berada di kamar pun menurunkan Jean di kasur.
"Saya tidak menyangka akan menikahi dia, bahkan dia sangat jauh dari kriteria yang selama ini saya impikan." ucap Rayyan sambil memandangi wajah Jean.
"Ya sudahlah, sebaiknya saya mandi sekarang." ucapnya lagi seraya berjalan memasuki kamar mandi.
Eunghh...
Jean yang baru saja terbangun pun mengerjakan matanya beberapa kali. Dia menatap bingung sekelilingnya, ruang putih dengan desain klasik itu tampak begitu asing baginya.
"Hoamm, gue dimana ya? Kok kayak di jaman purba begini." ucap Jean sambil turun dari kasur.
Tiba-tiba Jean menoleh ke bawah menatap kakinya yang sepertinya menginjak sesuatu.
'Mawar!' batinnya
Dengan wajah bingung dia menatap seisi ruangan yang sudah dihiasi dengan mawar.
"Shitt, sial! Kenapa gue bisa lupa, kalau gue baru aja nikah." ucapnya sambil memukul pelan kepalanya sendiri.
Ceklek...
"Kamu udah bangun?" ucap Rayyan yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Anj... Mphhh" Jean yang ingin berteriak langsung ditutup mulutnya oleh Rayyan.
"Nggak baik cewek ngomong kasar," ucap Rayyan
"Mphhh... lepshh..." ucap Jean yang mulutnya masih di tutup oleh Rayyan.
"Huh, lo mau gue mati ya?" bentak Jean sambil mendorong tubuh Rayyan sekuat tenaganya.
"Astaghfirullahalazim, maafkan saya." ucap Rayyan dengan nada bersalah.
"Ah,terserah lo!" ketus Jean sambil berlalu pergi keluar kamar.
Rayyan memijat kepalanya pelan, ada rasa bersalah yang muncul dihatinya.
"Suami macam apa saya ini? Saya tanpa sadar berbuat kasar pada Jean." ucap Rayyan dengan wajah sedih.
Di sisi lain, Jean yang berada di ruang tamu tampak diam sambil memegang ponselnya. Dia menatap tajam foto Evelyn yang ada di ponselnya.
[ Gue nggak nyangka, lo bisa setega itu sama mama papa. ]
[ Lo kabur dari pernikahan dan bikin hidup gue hancur dalam sekejap mata. Lo selama ini paham agama buat apaan? Buat menutupi kemunafikan lo itu, hah? ]
[ Gue benci sama lo, mulai sekarang gue nggak sudi manggil lo kakak lagi! ]
Jean mengetik beberapa pesan singkat untuk Evelyn, lalu memblokir nomor kakaknya itu.
"Ah, sial! Kenapa gue yang harus terjebak di pernikahan konyol ini?" umpatnya
"Dek, kamu mandi dulu sana. Udah adzan soalnya." ucap Rayyan
Jean langsung memandang Rayyan dengan tatapan tajam. Rasa kesal, marah, benci, semuanya jadi satu dipikiran Jean.
Dengan malas, Jean pun berdiri dan mulai melangkah ke kamar. Namun,Rayyan menahannya dengan memegang tangannya.
"Saya memang hadir dalam hidup kamu secara tiba-tiba, dan saya tahu saya merusak semua impian kamu. Tapi, bisakah saya mendapatkan kesempatan satu kali untuk menjadi suami yang baik bagi kamu?" ucap Rayyan lembut.
Jean terdiam sejenak mendengar ungkapan tulus dari ustad tampan itu. Namun, amarahnya masih membuat Jean enggan menjawab ucapan Rayyan. Dia melepaskan tangan Rayyan dari tangannya lalu berlalu pergi.
Rayyan hanya menatap punggung Jean yang pergi tanpa sepatah katapun.
"Saya akan tetap menunggu kamu siap menerima saya, walaupun saya harus menghadapi kemarahan kamu berkali-kali." ucapnya sambil tersenyum kecil.
Jean mengguyur setiap inci tubuhnya dengan air, ucapan tulus Rayyan barusan membuat dia sedikit terenyuh.
"Omong kosong! Pasti dia juga sama seperti semua orang," ucap Jean sambil mempercepat kegiatan mandinya.
Setelah selesai mandi, Jean terkejut saat melihat sebuah tikar yang terbentang di lantai.
"Kamu nanti bisa istirahat dengan tenang di kasur, saya akan tidur di sini." jelas Rayyan yang mengerti tatapan bingung Jean.
"Oh iya, ini mukena kamu." ucap Rayyan lembut sambil memberikan mukena ke tangan Jean.
Jean melihat mukena yang ada di tangannya, dia menunduk malu. Jujur saja, Jean bukanlah pribadi yang sering menjalankan ibadah seperti kakaknya Evelyn.
"Gu-gue lupa bacaan buat shalat," ucap Jean pelan.
"Ganti saja baju kamu, nanti saya jelaskan." ucap Rayyan sambil tersenyum kecil.
Jean pun mengangguk pelan, dia pun melirik ke arah Rayyan yang masih memandanginya.
Hmm..
Rayyan langsung memalingkan wajahnya sambil menggaruk kepalanya. Wajahnya tersipu malu, mengingat aksinya yang sejak tadi memandangi jean yang sedang memakai pakaiannya.
"Gue udah selesai, sekarang gimana?" tanya Jean
"Pakai mukenanya," balas Rayyan
Jean pun mengambil mukena yang tadi diberikan Rayyan, lalu memakainya.
"Lalu bagaimana?" tanya Jean lagi.
Namun Rayyan tidak menanggapi ucapan Jean, dia masih saja betah memandangi wajah Jean dengan tatapan penuh kekaguman.
Karena Rayyan tidak menanggapi ucapannya, Jean pun mendekatkan wajahnya ke wajah Rayyan.
"Suamiku..." ucap Jean lembut, lalu mencolek pelan hidung mancung Rayyan.
"Astaghfirullahalazim, ka-kamu nga-ngapain?" ucap Rayyan gugup.
"Hahaha... Makanya jangan ngelamun kalau ditanya orang," kekeh Jean sambil menjauhkan tubuhnya dari Rayyan.
"Ah iya, maafkan saya." ucap Rayyan sambil tersipu malu.
"Hm, lupakan saja. Sekarang gue harus gimana?" tanya Jean
"Baiklah kamu dengar dan perhatikan penjelasan saya!" ucap Rayyan
Jean pun mengangguk setuju. Rayyan pun mulai menjelaskan satu persatu tata cara shalat beserta bacaannya kepada Jean.
'malam pertama'
Itulah yang biasa di alami oleh semua pengantin ketika menikah, tapi berbeda dengan kisah Ustad tampan bernama Rayyan dengan istri bar-bar nya yang bernama Jean. Keduanya sibuk belajar dan mengajar. Sangatlah manis dan berkesan, seiring berjalannya waktu keduanya akan menjadi dekat atau justru menjauh. Itu semua hanya akan terjawab dengan perjalanan panjang kisah keduanya.