"For you both, need some recovery only. It will need more time for him anyway cause he gets a surgery. So sorry for his wounds," jawab si perawat kepada Rangga dengan menunjuk Prayoga.
Bisma yang mendengar itu, menoleh ke tempat tidur Prayoga. Setelah beres dan akan mendorong meja perlegkapan itu, si perawat tersenyum ke arah Rangga.
Prayoga terlihat masih diam berbaring. Sambil berjalan mendorongkan meja ke arah luar ruangan, perawat itu beranjak mendekati tempat tidur Prayoga. Diperhatikannya tabung infus dan kantung darah, lalu dicatat. Kemudian kedua mata Prayoga diperiksa. Setelah semua diperiksa, si perawat kembali beranjak ke luar kamar.
"Would you please, switch on the TV for me."
"Sure."
Si perawat terhenti mendorong meja dan menoleh ke arah Rangga yang memanggil. Sambil tersenyum ia menghidupkan layar TV yang terdapat di ruangan.
"Do you want to watch movies or news?" tanya si perawat.
Sambil berdiri di depan TV, ia bertanya ramah kepada Rangga. Namun, yang ditanya seperti tidak tahu apa yang ingin ditonton.
"Ehm ... whatever, Mam. News please, if you don't mind. Thank you," jawab Rangga.
Si perawat tersenyum dan mengatur pencarian stasiun TV. Begitu didapat siaran berita dari sebuah channel, ia menyerahkan remote control kepada Rangga. Ucapan terima kasih yang kembali disampaikan Bisma, dibalasnya dengan anggukan. Kemudian meja dorong perlengkapan medis dan obat, kembali dibawa ke luar ruangan.
Sepeninggal si perawat, Bisma menoleh ke arah Rangga. Dengan menunjuk ke arah Prayoga, ia berbicara kepada temannya yang sedang menonton TV itu.
"Gak ada orang kedutaan itu datang lagi ya?"
Rangga menoleh dan menggelengkan kepala.
"Belum ada, Bis. Mungkin nanti dia datang."
Melihat Bisma yang terdiam sambil memandang ke arah TV, Rangga yang gantian bertanya.
"Kenapa, Bis?"
"Ehm ... gak. Cuma pengen tau biaya rumah sakit ditanggung siapa. Kalo ditanggung Kedutaan Besar Indonesia, ya bagus. Kalo ditanggung pemerintah Amerika Serikat, ya lumayan."
Rangga yang mendengar itu, tersenyum karena melihat Bisma yang terkikih. Kedua orang tim ofisial pemanjatan Prayoga itu kembali menikmati tayangan berita di TV. Sambil berbaring, mereka berdua sesekali berbicara.
---
"Kita gunakan dana operasional darurat kedutaan untuk biaya rumah sakit, Bu Menteri. Seorang dari tim pemanjatan itu butuh operasi," kata Duta Besar Indonesia ke layar proyektor.
Malam itu waktu lokal Amerika Serikat, diadakan kembali laporan evakuasi warganegara Indonesia dari kawasan San Juan, New Mexico, Amerika Serikat. Selisih waktu yang sekitar dua belas jam, menyebabkan telekonferensi diadakan siang hari di Indonesia tetapi malam hari di Amerika Serikat. Mendengar apa yang dikatakan oleh sang Duta Besar, Atase Militer yang duduk di sebelahnya langsung menundukkan kepala dan berbisik. Mendadak Duta Besar yang mendengar bisikan dari Atase Militer, langsung berhenti bicara.
"Koreksi, Bu Menteri. Orang Indonesia yang dirawat di rumah sakit akibat badai topan tornado, mendapatkan biaya dari pemerintah Amerika Serikat. Kebetulan dari pihak hotel di mana ketiga orang Indonesia itu dirawat, membantu saat pendaftaran masuk pasien setelah dievakuasi," kata Duta Besar Indonesia kemudian.
Menteri Luar Negeri yang mendapatkan informasi itu, memuji reaksi pihak hotel dan rumah sakit di Farmington. Atase Militer yang kebetulan anak buahnya menangani di lokasi, menjelaskan kondisi ketiga orang Indonesia itu, ketika diminta oleh Menteri Luar Negeri.
"Selain dari tim pemanjatan Shiprock, apakah ada warganegara Indonesia yang lain, Bapak Duta Besar?"
Setelah Atase Militer selesai menjelaskan, Menteri Luar Negeri kembali melanjutkan pembicaraan dengan Duta Besar. Ia bertanya melalui sambungan suara di telekonferensi itu. Duta Besar Indonesia menoleh cepat ke arah Atase Militer. Tatapan itu dijawab dengan gelengan kepala.
"Tidak ada, Bu Menteri. Seperti yang dilaporkan oleh staf kedutaan Indonesia yang menangani langsung ke Shiprock, hanya ketiga orang tim pemanjatan itu yang terdata," jawab Duta Besar kemudian.
Sekretaris Kedutaan Besar Indonesia yang masuk ke dalam ruangan telekonferensi, menyodorkan selembar kertas ke meja di hadapan Duta Besar. Kertas itu dilirik sekilas dan sang Duta Besar sekalian melaporkan nama-nama tim pemanjatan yang tertera.
"Hanya ketiga orang yang terlibat di tim pemanjatan itu yang kita data berada di kawasan San Jose New Mexico, Bu Menteri. Terdiri dari Prayoga ketua tim yang melakukan pemanjatan, Rangga tim ofisial dan Bisma juga tim ofisial," kata Duta Besar meneruskan.
Pembicaraan telekonferensi itu berlanjut dengan pesan dari Menteri Luar Negeri Indonesia di Jakarta, yang meminta kedutaan mengurus kepulangan ketiga orang tersebut setelah ke luar dari rumah sakit. Mendengar itu, Kedutaan Indonesia pun segera menghubungi staf mereka yang mendampingi Prayoga dan tim pemanjatannya di kota Farmington. Begitu didapat konfirmasi bahwa kepulangan ketiga orang tim pemanjatan di Shiprock ke Indonesia akan diuruskan, Menteri Luar Negeri pun menutup telekonferensi.
---
Dalam perjalanan pulang di sore hari itu dari melatih panjat tebing, Paramitha lebih banyak diam. Ia duduk menyetir dengan pandangan lurus ke depan saja. Terdengar lirik lagu berjudul "Kangen" yang diputar tape mobil yang dikendarai oleh Paramitha.
"Kau bertanya padaku kapan aku akan kembali lagi. Katamu kau tak kuasa melawan gejolak di dalam dada. Yang membara menahan rasa pertemuan kita nanti. Saat kau ada di sisiku."
Paramitha yang sedang diliputi banyak pikiran, saat berada di sebuah persimpangan lampu merah, menarik perhatian beberapa pengendara motor. Mereka menoleh ke arah mobil yang kacanya turun setengah itu. Mereka yang berkendara sambil berboncengan, terlihat seperti bicara bisik-bisik dan tertawa.
"Hai Cewek, ngendarain mobil jangan sambil melamun."
Salah seorang pengendara motor yang berhenti dekat kaca pintu mobil Paramitha yang terbuka itu, mencoba menggoda. Namun, diabaikan saja. Ia malah menaikkan kaca mobilnya agar tertutup. Para pengendara motor lain yang melihat itu, tertawa terpingkal-pingkal. Mereka berteriak mencibir.
"Duh, dikasih tau malah melengos. Hahaha."
Begitu lampu lalu-lintas berubah warna, Paramitha menjalankan mobilnya perlahan. Dengan satu tangan yang bersandar di pintu untuk menahan kepala dan satu tangan yang lain memegang setir, matanya memandang lurus ke depan.Sementara para pengendara motor itu bergerak mendahului.
---
Bersambung
Terjemahan:
"For you both, need some recovery only. It will need more time for him anyway cause he gets a surgery. So sorry for his wounds."
"Untuk kalian berdua, hanya butuh pemulihan. Bagaimanapun juga, dia akan membutuhkan lebih banyak waktu karena dia harus dioperasi. Maafkan luka-lukanya."
"Would you please, switch on the TV for me."
"Tolong, nyalakan TV untukku."
"Sure."
"Tentu."
"Do you want to watch movies or news?"
"Apakah kamu ingin menonton film atau berita?"
"Ehm ... whatever, Mam. News please, if you don't mind. Thank you."
"Ehm... terserah, Bu. Berita tolong, kalau tidak keberatan. Terima kasih."