Chereads / Titisan dunia lain / Chapter 2 - Titisan dunia Lain

Chapter 2 - Titisan dunia Lain

Prolog

Dunia kita memang berbeda, tapi tak bisa di pungkiri cinta kita bertahan sampai ke jenjang yang lebih serius, walaupun ku tau dampaknya akan semenyakitkan ini.

"apapun yang terjadi tolong selamatkan anak kita" tangis seorang ibu sembari memeluk bayi mungil yang masih berusia tujuh bulan itu.

"sedang ku usahakan Ai, dan ini mungkin emang jalan satu-satunya", sembari mengelus puncuk kepala sang istri dan kambali berucap.

"Ingat dengan perjanjian kita sebelum bersama, jika kau melahirkan seorang bayi, anak itu.. " tenggorokannya seolah tercekik sesuatu, menahan tangis yang ingin keluar.

"anak itu, akan kita serahkan kepada kepala marga Wolando. Semua terjadi karena keserakahan ku".

Sembari berlutut di hadapan sang istri kesayangan.

"maafkan aku, ini salahku" tunduknya semakin dalam di hadapan istrinya.

"tidak suamiku. jangan salahkan dirimu sendiri, kita harus mencari jalan keluarnya sama-sama, anak kita harus selamat.

Ibu macam apa aku jika ingin menumbalkan anakku sendiri demi kebahagiaan ku"

Ruangan sunyi itupun menjadi saksi pilu akan perpisahan orang tua bersama dengan anak semata wayangnya.

Janji memanglah harus di tepati.

Kedua orang tua itupun termenung sembari memikirkan jalan kebebasan anak semata wayangnya itu sebelum menjelang fajar.

Tiba-tiba seorang pelayan tua yang telah lama mengabdi kepada mereka datang dengan tergopoh-gopoh, sembari menenteng guci kaca kecil di tangannya.

"permisi tuan dan nyonya, maaf jika aku lancang tiba-tiba masuk", Tukasnya.

"tak apa bii, kau sudah seperti Ibu ku sendiri, kemarilah jika kau hendak mengatakan sesuatu" Aiyla sembari bangkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri sang pelayan tua tersebut.

"Aku tau tuan dan nyonya sedang memikirkan hal itu, jika berkenan aku ingin membantu".

Afraya Zayn yang mendengar itu sontak kaget dan merasa akan mendapat solusi yang mereka berdua inginkan.

"katakanlah", timpalnya dengan wajahnya yg penasaran. Mereka bertiga pun berunding di tengah keheningan yang mulai menggelap oleh malam.

"Cara ini telah dilakukan oleh marga O'vario dua ratus tahun lalu yang berarti anak itu sudah berusia dua tahun di dunia sana. Peristiwa yang sama dengan apa yang kalian alami, anaknya seorang lelaki dan mereka berhasil menyelamatkan anaknya, namun harus bertukar nyawa dengan ayahnya yang seorang manusia" pelayan tua atau biasa di sebut Maryana Minah itu mendongak menatap Afraya yang seakan kesal, mengerti maksud arah pembahasan itu.

"Kuharap kau tidak salah mengenai ini" jawabnya dengan raut muka yang serius.

"Ray, Apapun itu aku rela, kumohon demi anak kita" Aiyla Arayana yang sedari tadi hanya menyimakpun membuka suara dan kambali meneteskan air mata.

"Lanjutkan", timpalnya kembali.

Kemudian Maryana Mina pun kembali melanjutkan pembicaraan yang hendak tertunda tadi, dengan raut muka yang perlahan mulai sedih.

"Sepertinya kalian sudah mengerti siapa yang akan menjadi pengganti nyawa anak yang akan di tumbalkan, nyonya Aiyla harus menukarkan nyawa anda kepada bayi itu dengan tiga syarat".

"Katakan akan aku lakukan", tegas Zayen.

"Pertama, tuan harus menemui keturunan terakhir O'vario, dan kedua syaratnya lagi tuan akan di beritahukan olehnya".

"Marga O'vario sudah lama tak menampakkan diri, bahkan dikatakan sudah menghilang beratus tahun yang lalu. Apa kau sedang menjebakku?" nyalang mata Afraya yang mulai memanas dengan perkataan pelayan tua itu.

"Tii.. dak, aku tidak berbohong" jawabnya dengan tergagap.

"bawalah benda ini, karna benda ini penunjuk jalanmu menujunya, saya mengatakan ini karena.. " Maryana Mina meneteskan air mata dan menjeda kalimatnya.

"Adapa Mina?" tanya Ayila.

"Saudaraku yang menjadi penjaga anak dari O'vario itu, yang nasibnya sama seperti kalian. Tapi saynganya saudaraku cuman bisa melindungi anak itu di perbatasan saja, aku tak tau bagaimana nasibnya(sang anak) kini di dunianya yang baru".

"Baiklah, sesegera mungkin ku temukan sebelum fajar. Aii! apa kau siap terperangkap selamanya di duniaku, dan meninggalkan tubuh fisikmu terutama kedua orang tuamu?"

"Demi anakku" tangisnya yang kemudian pecah di pelukan suaminya.

"Aku berjanji akan menjadi penjaga anak kalian di dunia sana" janaji Mina memberi harapan.

"segeralah pergi dan kita harus menuju perbatasan tempat pertama kali kalian bertemu", timpalnya kembali.

Diskusi merekapun akhirnya selesai, dan Afraya Zyian pun pergi dengan bekal guci kaca kecil berisikan serbuk biru yang diberikan oleh Maryana Mina. Serbuk itu bersinar dan menyebar bagaikan kunang-kunag di sepanjang perjalanan untuk menunjukka arah jalan tempat sang pemilik asli guci itu, yaitu marga terakhir O'vario.

Berkorban demi anak, itulah bentuk kasih sayang sesungguhnya orang tua walau melibatkan pertaruhan nyawa.

Pencahariannya pun dimulai dengan bantuan serbuk yang di berikannya tadi.

"dapat", ucapnya dengan senyum smirk.

'rumah megah di tengah hutan' gumamnya.

"Siapa kau?" tanya seorang pemuda.

"Zyian".

"maaf, dari mana anda tau?".

"kau tau tujuanku" balas singaktnya.

Dengan was-was pria itu mengizinkan Afraya masuk, takut jika ada yang mengikutinya di sepanjang jalan.

"ternyata kaulah yang ada di ramalan itu, keturuanan marga Woladow yang terhormat ternyata".

"tak perlu berbasa basi dan segera beri tahu, waktuku tak banyak"

"Syarat pertama sudah kau penuhi dengan cepat, dan syarat yang kedua, kau harus bisa mengambil permata biru dari krtua marga Wolando, dan kau tau siapa mereka, kakek nenekmu sendiri".

"teruskan", timpal Afraya.

"syarat ketiga, putrimu harus menikah dengan anak dari kakakku di dunianya nanti, ini penting agar anakmu bisa menemuimu kembali kelak di usianya menjelang 20 tahun, dan tentu akan ada sedikit resiko yang di hadapi anakmu"

"lanjutkan" jawab singkat Afraya.

"anakmu akan bebas dari perjanjianmu, tapi ia bisa melihat mereka yang tak terlihat seperti kita di dunianya, sampai akhirnya akan menemuimu pada waktunya, dia juga bisa melihat seseorang yang sekarat dalam maut".

"parahkah?".

"jika anakmu sekuat dirimu, mungkin dia akan cepat beradaptasi".

"terimakasih. Jika semua sudah selesai, bisakah saya pamit? "

"tapi ingat, permata yang telah kau dapat hatus kau tanamkan pada diri anakmu, dengan menyalurrkan energimu, agar bagian dari dirimj akan tetap berada pada anakmu,

dan istrimu berarti sudah siap. Semoga kalian bisa".

"emm", balas singkat Afraya dan meningglakan pria itu kembali ke kerajaannya. Menuntaskan syarat dan kembali normal walau harus sedikit berkorban.

.............