Hari selanjutnya, Shiroi membuka mata dengan masih setengah tidur. Dia lalu bangun duduk dengan memegang selimut yang ia tahan agar tidak turun.
"Hoam.... Sangat nyenyak banget... Meskipun aku tidur telanjang, tapi sama sekali tidak dingin karena Mas Yeong Woo memeluk ku dengan selimut tebal.... Unc.... Sungguh manis sekali...." Dia senang sendiri.
Tapi ketika Dia melihat sekitar, di sampingnya rupanya tidak ada Yeong Wo dan di meja yang berada di samping ranjang besar itu.
Shiroi melihat bajunya yang sudah kering dan terlipat sangat rapi. Pastinya Yeong Woo yang melakukan itu. Lalu Shiroi tersenyum senang. "(Aku benar benar senang, tapi aku juga sekaligus malu karena pria itu bangun lebih dulu dari pada aku...)" Ia tersenyum dan tertawa kecil sendiri sambil memakai bajunya.
Tak lama kemudian, ada yang membuka pintu dan rupanya itu adalah penjaga penginapan kemarin. "Nona, Tuan Yeong Woo sudah menunggu anda di ruang makan" Kata penjaga itu membuat Shiroi terdiam bingung.
"(Di ruang makan? Apa maksudnya? Apa dia ingin makan sarapan dengan ku?)" Shiroi menatap diam.
Lalu Shiroi terburu buru mengikuti penjaga itu yang berhenti di depan pintu kembar. "Di sini, silahkan" Dia membuka pintu dan di saat itu juga Shiroi melihat ruangan makan itu benar benar sungguh luas dengan meja makan yang tidak begitu panjang dengan hanya adanya dua kursi di kedua sisi. Di satu sisi, ada Yeong Woo yang duduk menulis sesuatu.
"Mas Yeong Woo" Shiroi menatap sambil mendekat membuat Yeong Woo menoleh dan melipat kertas yang ia tulis tadi lalu mengulurkan nya dengan tenang pada penjaga tadi yang menerima nya lalu berjalan pergi.
"Duduklah" Kata Yeong Wo menatap Shiroi yang terdiam ragu melihat banyak makanan yang ada di sana.
"Um... Um..." Dia tampak ragu.
Lalu Yeong Wo berdiri dan berjalan mendekat, memegang dagu Shiroi dan mengangkatnya membuat Shiroi menengadah menatapnya. "Kenapa? Kau tidak suka makanan nya?" Tatapnya dengan wajah datar.
"Um... Tidak, maksudku... Em.... Ini terlalu banyak.."
"Bukankah kau suka makan? Kau menjaga tubuh mu" Kata Yeong Woo dengan senyum kecil dan di saat itu juga, dia memegang pinggang bawah Shiroi membuat Shiroi terkejut gemetar.
"Duduklah..." Tatap Yeong Woo sambil mengusap pipi Shiroi yang mengangguk. "Te... Terima kasih.... (Ini benar benar canggung)" Shiroi duduk di kursi sisi satunya menghadap Yeong Wo yang juga duduk.
"Anu, mas Yeong Wo, kapan akan pergi dan pulang?" Tanya Shiroi.
Yeong Wo terdiam sebentar, lalu menjawab. "Aku akan pergi nanti, dan kembali besok pagi.. Aku harap kau masih ada di sini menunggu ku" Kata Yeong Wo.
"Ah tentu, aku akan menunggu Mas Yeong Wo" Shiroi tampak sangat antusias.
"Ah anu, sebelum mas Yeong wo pergi, bisa tunggu aku sebentar saja..." Shiroi menatap membuat Yeong Woo terdiam bingung.
Tak lama kemudian, Yeong Wo tampak merokok di depan penginapan lalu mematikan nya dengan menginjak rokoknya. Di saat itu juga, Shiroi keluar dari penginapan. "Mas Yeong Wo" Ia memanggil membuat Yeong Wo menoleh padanya.
"Anu, ini untuk mu" Shiroi memberikan sesuatu yakni sebuah kotak makan, Yeong Wo terdiam melihat itu, dia membuka nya dan rupanya itu adalah makanan khas dari kota LIMO, tapi Shiroi memilih mochi yang berwarna putih.
"Inikah yang kau minta aku harus menunggu mu?" Yeong Wo menatap.
"He em, aku membuat nya sendiri loh, aku harap itu sangat enak untuk mu"
Yeong Wo terdiam, lalu dia tersenyum kecil dan menutup bekal itu. "Aku akan memakan nya"
"Terima kasih, oh, dimana kendaraan mu?"
"Aku tidak suka memakai kendaraan, aku hanya akan berjalan"
"Apa itu baik baik saja?"
"Yeah, sampai jumpa besok" Kata Yeong Woo, ia memegang pinggang Shiroi untuk mendekat dan mereka mencium bibir. Tapi sebelum pergi, Yeong Wo mendekat mencium leher Shiroi membuat Shiroi terkejut menutup lehernya. "Apa itu?"
"Tanda, bahwa kau milik ku, tak ada seorang pun, yang dapat menyentuh mu" Kata Yeong Wo.
"Ah um... Baik"
Tapi siapa sangka, ada yang melihat dari balik lorong yang mengarah ke sana. Siapa yang menyangka bahwa yang melihat itu adalah Hazuki yang saat ini mengepal tangan melihat itu.
"Dan ini untuk mu" Yeong Woo merogoh sesuatu dari sakunya, rupanya itu adalah sebuah kalung dengan liontin perak persegi. Liontin itu memiliki tulisan nama dalam bentuk kanji korea. Yang bertuliskan nama "Yeong Woo"
"Eh, itu...."
Lalu Yeong Wo mendekat dan memasangkan kalung itu dengan sangat dekat membuat Shiroi berwajah merah.
Lalu dia menatap liontin itu setelah di pasang. "Kalung itu, biarkan terlihat, jangan di simpan di dalam.... Karena hanya sebatas cupang leher, itu tidak akan membuat orang percaya bahwa kau sudah menjadi milik ku" Kata Yeong Woo.
Lalu Dia melepas Shiroi dan berjalan pergi meninggalkan nya membuat Shiroi menatap ke arahnya dengan tatapan kosong sambil masih memegang liontin itu.
"(Sepertinya Mas Yeong Wo memang tidak mau aku di ambil orang lain, itu artinya, dia sudah yakin bahwa aku menjadi milik nya... Uwu.... Sangat manis....)" Dia salah tingkah sendiri.
Tapi siapa sangka, ada yang muncul mendekat membuat Shiroi menoleh. Tapi ia terkejut karena melihat itu Hazuki.
"Mm... Mas... Hazuki...." Dia menatap tak percaya.
Hazuki terus mendekat dan menatap di hadapan nya. "Barusan...." Dia mengatakan itu membuat suasana terdiam.
"Barusan, apa yang dia lakukan padamu?" Lanjut Hazuki membuat Shiroi yang terdiam.
"Um.... (Apa yang harus aku lakukan.... Pastinya dia akan kecewa apalagi ibunya.... Ibunya sudah menilai bahwa kita adalah pacar, tapi... Mas Yeong Wo lebih bisa di bilang memiliki kriteria yang bertanggung jawab.... Entah kenapa aku tak tahu harus apa jika ada Mas Hazuki di sini)" Dia tampak khawatir.
"Shiroi, jawab aku" Hazuki tiba tiba menegang kedua bahu Shiroi membuat Shiroi terkejut menatap padanya.
"Katakan padaku, apa yang telah dia lakukan padamu...." Dia menatap dengan tak terima, tapi ia terdiam ketika melihat kalung milik Yeong Woo yang di pakai Shiroi, tak hanya itu, ia juga melihat cupang di leher Shiroi membuat nya melepas tangan nya dari bahu Shiroi.
"(Kenapa aku harus berharap sesuatu padanya....)" Ia terdiam.
"Mas Hazuki.... Soal ibu mu, aku bisa membantu mu menjaga nya, tak perlu khawatir apa hubungan ku dengan orang lain bukan, ibu berarti bagi mu" Kata Shiroi mencoba mencari topik lain.
"Aku suka pada mu, Shiroi" Tapi Hazuki mendadak mengatakan kalimat itu membuat Shiroi terkejut setengah mati.
"Kenapa..... Kenapa bilang sekarang?"
"Kenapa? Kenapa kau tanya?! Aku sudah tertarik dengan mu, bahkan ketika kita pertama kali bertemu, Kau benar benar sungguh sangat baik, menjaga ibu ku dan sikap mu sangat lembut padaku bahkan meskipun aku sudah melakukan hal yang menjengkelkan padamu, yakni mencuri uang mu" Kata Hazuki.
Shiroi menjadi terdiam. Lalu dia memegang liontin kalung yang ia pakai dan mengatakan sesuatu. "Maafkan aku, tapi... Kita tidak terikat benang merah" Kata Shiroi membuat Hazuki terdiam dan membuang wajah.
"Baiklah, aku akan menerima hal ini..." Kata Hazuki membuat Shiroi menatap itu dengan khawatir.
Lalu Hazuki berbalik akan berjalan pergi, tapi Shiroi memanggil. "Tunggu, Mas Hazuki!!"
Membuat Hazuki berhenti berjalan dan menoleh dengan pelan.
"Anu, apa aku bisa menjaga ibu mu lagi jika kamu sibuk, aku mau melakukan nya untuk membantu mu" Tatap Shiroi.
". . . Lakukan saja, sesuka mu" Balas Hazuki yang berjalan pergi membuat Shiroi masih terdiam.
"(Kenapa aku merasa ada yang salah di sini.... Kenapa ini semua membingungkan, aku harus apa sebenarnya....)" Ia tampak bimbang.
Hingga sorenya, dia memutuskan untuk ke rumah Hazuki, di sana dia mengetuk pintu.
Menunggu ada yang membuka, tapi entah kenapa setelah menunggu sungguh sangat lama, tak ada yang membuka pintu.
"Ada apa?" Ia bingung, lalu memegang gagang pintu, siapa sangka pintu itu terbuka sendiri yang artinya pintunya tidak terkunci.
Dengan rasa bingung, ia membukanya, tapi wajahnya benar benar terkejut tak percaya dan juga terpucat.
Di sisi lain, tepatnya di sisi pengrajin pedang, Dwarf menutupi kain semua pedang nya dan menutup tokonya, sebelumnya masuk ke dalam tempat pembuatan. "Hazuki, sudah waktunya kau pulang, aku akan menutup toko" Tatapnya.
Tapi ia terdiam ketika melihat Hazuki yang hanya diam duduk di kursi kecil dengan telanjang dada membelakanginya.
"Hei, broh.... Kamu gak mau balek?" Dwarf menatap bingung.
Lalu Hazuki menghela napas panjang.
"(Ada apa dengan nya, dari tadi pagi, dia tampak putus asa dan yang lain nya.... Coba pikirkan hm....)" Dwarf mencoba berpikir.
Tapi ia tiba tiba ingat pada Shiroi. "Oh..." Ia menjadi langsung mengerti.
"Jangan bilang.... Kau.... Diputusin dia!!" Dwarf menatap panik.
Tapi Hazuki berdiri dengan mengepal tangan. "Dari awal kita memang bukan siapa siapa...."
"Hei tunggu, kenapa kau berpikir begitu? Apa yang terjadi pada wanita cantik itu.... Padahal dia pasti juga cocok dengan mu"
"Dia sudah di ambil, oleh pria yang lebih matang tanggung jawab nya.... Aku memang bukan apa apa jika menghadapi wanita sepertinya..." Balas Hazuki.
Tapi tiba tiba ada yang datang nenyusup sambil berteriak memanggil. "Mas Hazuki!!" Rupanya Shiroi membuat Hazuki dan Dwarf menoleh.
"Shiroi?!" Hazuki menatap tak percaya karena Shiroi datang.
"Mas Hazuki.... Ibu.... Ibu....!!" Shiroi mengatakan nya dengan gemetar dan di saat itu juga, Hazuki memang wajah terkaku.
--
Tampak, Hazuki terdiam kaku melihat ibu nya tertidur di ranjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Sudah dipastikan, dia telah tiada karena umur maupun penyakit nya.
Hazuki tampak terdiam tak percaya dan di luar rumah, Dwarf bersama dengan Shiroi.
"Aku tadi kemari, dan sudah menemukan ibu Mas Hazuki, tak sadarkan diri jatuh di bawah, setelah aku lihat, dia sudah tidak bernapas, aku benar benar ketakutan..." Shiroi tampak terpucat menceritakan nya.
"Aku mengerti perasaan mu, tapi, kau juga harus mengerti perasaan yang memiliki" Kata Dwarf menatap ke dalam.
Shiroi menjadi mengerti, lalu dia masuk ke dalam.
Di dalam, Hazuki tampak menghela napas panjang. "(Kupikir ini tidak terlalu lama..... Mungkin memang sudah waktunya aku harus mencari hidup sendiri, tanpa merawat ibu dan mencari orang yang bisa menggantikan nya...)" Ia terdiam, tapi ada yang memegang tangan nya, tangan yang cantik dan lembut membuat nya menoleh yang rupanya itu Shiroi yang menatap sangat dekat dengan senyum lembut.
"Mas Hazuki, tetaplah kuat, aku tahu, kamu pasti bisa...." Tatap Shiroi, Hazuki menjadi terdiam dan membuang wajah. "Tak apa, kau tak perlu tahu hal ini.... Bersenang senang lah dengan pria mu" Kata Hazuki membuat Shiroi terdiam mendengar itu.