"Ya, itu penjelasan sama seperti apa yang di berikan oleh penjual, bagaimana Shiroi-san tahu?" Shine menatap.
"Hehe aku memang sudah membelinya, oh iya, apa kalian membeli kintsuba?"
"Maksud mu ini?" Shine menunjukan makanan kintsuba itu.
"Yaitu benar, Kintsuba terbuat dari selai kacang merah yang telah dipadatkan dengan gelatin nabati. Kemudian dilapisi dengan campuran air dan tepung terigu dan digoreng ringan. Nama kitsiba diambil karena bentuk kue ini mirip dengan gagang pedang yang dalam Bahasa Jepang disebut "tsuba". Dibandingkan dengan kue tradisional Jepang panggang lainnya yang menggunakan selai kacang merah, kulit luar kintsuba sangat tipis, sehingga rasa selai benar-benar terasa. Beberapa varietas kintsuba menggunakan ubi jalar atau kentang sebagai pengganti selai kacang, yang membuat kintsuba cukup mengenyangkan"
"Wah, Shiroi benar benar tahu banyak"
"Hehe, aku memang suka makanan begini, ngomong ngomong jika ingin lagi, di sini banyak, kita akan menikmatinya di sini dulu" Kata Shiroi.
"Maaf Shiroi-san, tapi kita akan pergi sekarang"
"Eh beneran?!" Shiroi menatap tak percaya dan mereka membalas dengan mengangguk.
Tak lama kemudian, Shiroi melambai pada mereka berdua yang berjalan pergi. "(Haiz..... Mereka itu memang sudah seharusnya berlindung di hutan sesat sebagai rumah mereka....)" Ia menghela napas lega.
"(Aku akan mencari penginapan, untuk bermalam, setelah itu besok, aku bisa melakukan sesuatu soal misteri tambah mirthil...)" Pikirnya lalu menyewa penginapan di sana dan mulai terbaring tidur.
"Hoam, sangat lelah..." Dia mulai terlelap.
Hari selanjutnya, Shiroi melihat matahari terbit sangat cepat, panas dan terik tapi Shiroi tetap ingin pergi, dia berencana pergi sendiri ke tambang kristal mirthil tapi di jalan akan keluar dari gerbang kota, ia tak sengaja dihadang oleh dwarf. "Hah, nona cantik, nona cantik, tunggu dulu... Kebetulan kita bertemu" Sapanya membuat Shiroi mendekat padanya.
"Mas Dwarf, ada apa?"
"Apakah kamu beneran ingin pergi sendiri ke tambang kristal mirthil?" Tanya Dwarf.
"Sebenarnya tempat itu tidak di jarah" Kata Dwarf membuat Shiroi terdiam bingung.
"Eh, lalu?"
"Aku tidak tahu, yang pasti ada seorang dari negara lain telah datang kemari dan membeli tambang itu dengan harga yang ilegal, maksud ku, mungkin tambang itu di berikan secara percuma dan itu merasakan hal yang ilegal karena tambang itu satu satunya yang bisa mencukupi kebutuhan senjata di kota ini" Kata Dwarf.
"Kalau begitu itu suatu ilegal yang tidak bisa di biarkan begitu saja, aku akan pergi"
"Tunggu, apa kamu tidak ingin pergi bersama Hazuki?"
"Aku tidak ingin mengganggunya" Balas Shiroi, ia lalu benar benar pergi dari sana membuat Dwarf terdiam.
Di jalanan menanjak di tengah bukit hutan. Shiroi sudah berjalan sangat jauh. Ia bernapas hampir kelelahan. "Haiz, seberapa jauh tempat ini dan hari ini juga sangat panas, untungnya aku tidak terlalu lelah untuk hal ini" Ia menatap langit dan matahari masih terik di sana.
"Ahk sangat panas" Shiroi salju sepertinya memang mudah kepanasan pada terik matahari.
Tapi ia mendengar sesuatu di jalan depan sana, ia berjalan sebentar dan rupanya menemukan sebuah danau yang terlihat segar.
"Wah.... Aku ingin langsung mandi" Ia langsung senang. Lalu melihat sekitar memastikan tidak ada orang di sana. Setelah di pastikan tak ada orang di sana, ia bisa dengan tenang mandi.
Lalu perlahan melepas bajunya, semuanya, ia meletakan nya di atas batu. Perlahan turun ke air dan berendam air dingin di sana.
"Wah, sangat sangat segar sekali"
Tapi tiba tiba ia merasakan ada sesuatu yang ada di sana. Di sisi lain semak semak dengan adanya banyak pohon, ada sesuatu yang melihatnya, Seorang pria dengan tubuh besarnya dan asap rokok menemani, dia terdiam lalu berbalik badan berjalan pergi dengan menjatuhkan rokoknya dan menginjak nya sambil berjalan. Sepertinya dia memang tak ada maksud mengintip Shiroi karena itulah dia berjalan pergi.
Shiroi pun terdiam melihat sekitar. "Mungkin hanya perasaan ku" Gumam nya yang kembali berendam.
Tapi di saat itu juga, ia berubah menjadi bentuk setengah iblisnya. Yakni ekor dan kupingnya tumbuh dan muncul. "Hehe, ini benar benar sejuk" Ia menjadi menikmati nya. Tapi tiba tiba ada sesuatu di bawah air menuju ke kaki Shiroi.
Di tawa kecil Shiroi menikmati air sejuknya, tiba tiba wajahnya menjadi pucat kesakitan.
"Ahh!!" Ia terkejut melihat ke bawah, rupanya rupanya ekornya tergigit ikan di danau itu. Ia mengambil ikan itu dan melemparnya ke darat.
"Aduh, sakit" Ia menatap ekornya. Rupanya hanya seekor ikan yang menggigit nya.
Setelah itu, Shiroi memakai bajunya kembali, kemudian berjalan pergi dari danau itu, tetapi ia terdiam ketika menemukan sesuatu yakni putung rokok yang ada di bawah, dengan sudah padam dan hancur, sudah jelas itu milik seseorang yang mengintip nya tadi.
Sesampainya di lokasi penambangan kristal mirthil. Shiroi berlutut di antara pasir bekas tambang di sana. Ada dua orang berjaga di sana. Shiroi terdiam, ia mengintip itu. "(Aku benar benar tidak tahu, siapa yang berani beraninya menjual tambang ini pada orang yang berani juga membelinya dengan harga banyak, aku harus tahu hal ini, pertama tama aku harus melenyapkan mereka)" Pikir Shiroi.
Lalu ia mengeluarkan busurnya dan membidik dua orang itu sekaligus, seketika dua anak panah terlempar begitu saja ke dua orang itu yang mengenai bahu mereka.
"Akhhh!!" Mereka langsung tumbang tak sadarkan diri.
Shiroi lalu keluar dari balik gundukan tanah itu dan berjalan ke mereka. Mengikat kedua tangan dan kaki mereka setelah itu melihat lubang tambang di sana.
"(Satu satunya cara, adalah aku masuk ke dalam sana)" Pikirnya sekali lagi.
Tapi siapa sangka, seseorang keluar dari sana membuat Shiroi terkejut, ia waspada di luar gua itu dengan busur panah siap siap menembak orang yang akan muncul itu.
"(Akan kupastikan, kejahatan ini tak akan bisa mengganggu banyak orang, karena aku sudah berdiri di sini, aku juga harus menghabisinya, jika orang yang keluar itu sudah melihat ku, tak ada cara lain lagi selain menembak nya)" Wajah Shiroi benar benar serius dan sekarang ia akan melepas anak panah nya. Tapi ketika ia melihat orang itu yang hampir keluar, ia terdiam kaku melihat orang yang keluar itu adalah Yeong Wo, dengan rokok di bibirnya dan tatapan datarnya.
Shiroi terkejut, ia menjatuhkan busurnya dan anak panah yang menghilang tidak jadi menembak.
"Kenapa... Kenapa kamu ada di lokasi seperti ini?" Tatap Shiroi dengan tak percaya.
Yeong Wo terdiam datar ia lalu menjatuhkan rokok nya ke bawah dan berjalan sambil menginjak rokok itu.
Melangkah mendekat ke Shiroi dengan napas asap rokoknya, hingga berhadapan dengan Shiroi membuat Shiroi menatap menengadah.
"Kau ingin menangkap orang yang menjual tempat ini, atau yang membeli tempat ini" Tatap Yeong Wo.
". . . Te... Tentu saja aku menangkap keduanya"
". . . Kalau begitu" Yeong Wo mengulurkan kedua tangan nya membuat Shiroi terdiam. "Tangkap saja aku, aku yang membelinya" Balasnya.
"Eh... Apa. . . Kenapa?"
"Kau bilang kau ingin menangkap kedua pelaku, membeli dan menjual tempat ini"
"I... Itu memang benar, tapi apakah kamu harus menyerahkan dirimu begitu saja?" Tatap Shiroi dengan masih bingung.
"Mau bagaimana lagi, jika memang kau tidak mau, kau harus berpikir lain"
". . Tunggu, tunggu... Aku ingin bertanya sesuatu, sebenarnya apa yang membuat mu membelinya dan kenapa kamu bisa membeli tambang ini?" Tanya Shiroi.
Lalu Yeong Wo terdiam sebentar dan berbicara sambil menyalakan rokoknya kembali. "Ini pekerjaan ku, ini adalah apa yang kulakukan setiap hari" Balasnya.
Hal itu membuat Shiroi kembali terdiam. "(Aku tidak mungkin menangkap nya, dia pasti punya maksud lain)"
Yeong Wo menatap ke Shiroi yang melihat ke bawah. Ia menatap dada Shiroi yang sangat besar.
Rupanya Yeong Wo yang melihat Shiroi mandi di danau tadi, tapi ia tak bermaksud mengintip. Karena itulah dia tadi langsung berbalik badan dan berjalan pergi.
Sebelumnya, Yeong Wo berjalan sendirian di tengah hutan agak menanjak itu, dia berjalan sambil merokok dan seprtinya akan ke tambah Mirthil nya.
Tapi ia berhenti berjalan ketika memiliki pemikiran yang pas, pendengaran yang tajam, insting kuat, penciuman yang tepat membuat nya berjalan ke tempat Shiroi dan siapa sangka, dia malah di suguhi pemandangan Shiroi yang mandi herendam di danau segar itu.
Dia terdiam, lalu berbalik dan menjatuhkan rokoknya, lebih memilih berjalan pergi sambil berpikir. "(Dia, akan datang ke tambang pastinya....)" Pikirnya.
Hingga sampai si tambang, banyak orang yang rupanya berjaga di luar tambang, padahal saat Shiroi datang nanti, hanya ada dua orang yang berjaga. Itu karena Yeong Woo memberitahu semua orang. "Kembali ke dalam, biarkan satu hingga dua yang ada di luar" Kata dia sambil berjalan melewati mereka.
"Baik" Mereka langsung membalas. Lalu yang berjaga hanya dua, seprtinya Dia memang sengaja karena untuk meringankan Shiroi masuk. Dan begitulah semua terjadi.
--
Mari kembali ke situasi tadi.
Lalu Shiroi menatap nya. "Tunggu dulu, apa yang akan kamu lakukan dengan kristal mirthil itu?"
"Aku akan menjualnya pada berbagai pengrajin pedang maupun senjata"
". . . Bagaimana jika kamu menjualnya pada Dwarf di kota LIMO"
"Tentu saja aku juga menjualnya di sana, aku tidak menghabiskan tempat ini, istilahnya aku hanya sebagai pengganti pemilik tambang ini"
"Tapi itu tetap saja ilegal karena nama mu tidak resmi tercantum pemilik lokasi ini, sekarang katakan padaku siapa yang menjual lokasi ini padamu?" Tatap Shiroi.
". . . Meskipun aku memberitahumu, kau tidak bisa datang sendirian menemuinya nanti"
"Apa?! kenapa begitu?"
"Sekali melihatmu, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan mu"
" . . . Kenapa kamu berpikir begitu?"
"Sebab, kau wanita cantik, pastinya dia akan mengambil mu" Kata Yeong Wo, seketika Shiroi berwajah merah mendengar itu.
"A... Apa yang kau katakan itu, aku mohon jangan ulangi" Tambahnya sambil memegang kedua pipinya dengan rasa malu.
"Dia putra walikota di kota LIMO"
"Walikota? Apakah kota LIMO tidak memberlakukan sistem kerajaan?"
"Tidak, mereka menggunakan kota sebagai sistem tatanan, karena itulah penangung jawab nya disebut walikota, dia memiliki putra semata wayang yang semena mena karena selalu di sayangi dan di berikan apapun yang dia mau sehingga putranya itu melakukan apapun untuk menjual tambang ini padaku, aku hanya semata membelinya bukan bermaksud membantu rencana nya" Kata Yeong Wo membuat Shiroi terdiam.
"Baiklah, aku akan menemui putra walikota itu sendiri, Terima kasih" Kata Shiroi, ia membungkukan badan dan berjalan pergi membuat Yeong Wo terdiam datar menatap nya pergi.
"(Dia sudah dipastikan, tidak akan bisa melakukan nya)" Pikir Yeong Wo.