Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 85 - Chapter 85 Shiroi Bakeneko

Chapter 85 - Chapter 85 Shiroi Bakeneko

"Kami mohon yang sebesar besarnya, tolonglah desa kami" Kata mereka yang membungkukan badan pada mereka.

Lalu Hazuki menghela napas panjang dan bersiap menerimanya. "Baiklah, kami akan berusaha"

Shiroi dari tadi hanya terdiam seperti wanita yang polos.

Mereka berdua diizinkan untuk menginap di sana sambil menunggu malam gelap untuk menunjukkan apa yang terjadi pada kutukan itu. Kini mereka berdua ada di salah satu rumah milik orang-orang di desa itu.

"Sebentar lagi malam dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan nanti Apakah aku harus keluar ke sana dan menunjukkan bahwa aku adalah iblis?" Tatap Shiroi dengan sangat khawatir pada Hazuki

"Pakailah Ini aku baru saja memintanya pada orang-orang itu" Hazuki memberikan kain pinggang dan juga kain kepala pada nya.

Tapi tiba-tiba saja malam telah berganti menyelimuti semuanya dan sekarang saatnya semuanya berubah. Mendadak kuping dan ekor muncul di tubuh Shiroi dia bahkan berubah dengan cepat dan perubahan itu tentu saja dilihat oleh Hazuki.

Di saat itu juga, dia tampak cantik dengan penampilan nya, ia segera memakai kain yang ia ikat di pinggang nya menutupi ekornya dan menutup kuping nya dengan penutup ikat kepala rambut itu. Ia menata nya dengan sangat cantik dan masih tampak aura cantiknya.

"Bagaimana, apa aku baik baik saja jika di lihat?" Tatap Shiroi menunjukan penampilan nya pada Hazuki.

Tapi Hazuki terdiam merasakan sesuatu di tubuhnya. Dengan cepat, ia mengecil dan menghilang menyisakan bajunya membuat Shiroi terkejut.

"Apa yang terjadi?!" Shiroi membuka baju itu dan seketika terpesona karena melihat bahwa Hazuki berubah menjadi kucing jantan yang berbulu manis.

"Kya.... Kau sangat manis" Shiroi mengelus nya dengan cepat.

"Jadi ini yang dimaksud dengan perubahan nya?" Hazuki melihat tangan mungil nya sendiri, ia lalu melompat ke pundak Shiroi.

"Cepat pergi lewat atas, dengan begitu tak akan ada yang tahu" Kata Hazuki. Lalu Shiroi mengangguk dan segera melesat ke atas, di antara melewati atap atap rumah. Mereka berdua melihat banyak nya orang berubah menjadi kucing tapi meskipun begitu, mereka tetap bisa berinteraksi dengan kawanan nya, itu seperti hanya tubuh mereka yang merubah semuanya.

Setelah keluar dari pagar desa. Mereka menuju ke bibir pantai dan melihat bulan. Rupanya bulan tidak berwarna putih tapi berwarna hijau.

"Hah, bukan itu berwarna?!" Shiroi menjadi terkejut.

"Ya itu adalah sihir dari bulan, di Pulau ini bulan itu akan terlihat berwarna hijau kristal, dan juga kau tidak boleh tertipu dengan itu karena itu bukanlah warna aslinya. Bulan tak mungkin berwarna begitu Jadi, itu hanyalah pelapis sihir yang memancarkan cahaya dari bulan menjadi sihir terkutuk untuk desa ini dan Sir itu hanya terpancarkan menuju tempat ini saja. Contohnya itu akan sangat mudah karena terpancarnya hanyalah ke desa ini saja, tapi kita tetap harus mencari sumber atau sarang dari siluman yang membuat bulan itu" Kata Hazuki.

"Jadi yang kamu maksudkan adalah bulan itu adalah bulan yang memiliki pelapisan sihir dan yang ketiga pelapisan sihir itu ada di depan bulan maka cahaya bulan akan memancarkan sihir kutukan untuk desa ini saja begitu?" Tatap Shiroi.

"Ya teorimu itu Memanglah benar, karena itulah ayo kita segera pergi mencari sarang siluman itu. Aku yakin sarangnya ada di sekitar hutan"

"Baiklah aku akan membantunya kau harus tetap di pundakku ya" Kata Shiroi membuat Hazuki terdiam mendengar itu.

"Maafkan aku karena aku manusia, aku berubah menjadi kucing. Dan dengan tubuhku ini mana mampu membuat seperti ini, sekarang hanya kamu yang punya kaki panjang jadi aku Serahkan semuanya padamu terima kasih...." Tatap Hazuki dengan wajah yang menyesal.

"Tak masalah Aku juga senang membantu" Balas Shiroi dengan senyuman cantiknya membuat Hazuki kembali terdiam melihat itu.

Tak lama kemudian ketika mereka berada di hutan ada sesuatu yang membuat perasaan Hazuki tidak enak. Yakni sebuah jebakan yang akan mengejar mereka. Jebakan sihir yang sudah terlepas dan akan menyerang mereka dengan dahsyat dari belakang. Hazuki hanya menoleh lalu ia melompat ke belakang membuat Shiroi berhenti berjalan menoleh padanya.

Ia melihat Hazuki berdiri memandang belakang dengan tubuh 4 kakinya. Dengan cepat ia mengangkat kedua kaki depannya dan memukul tanah, seketika muncul kristal es yang sangat cantik atau lebih tepatnya pelindung yang melindungi mereka dari sihir itu. Alhasil sihir besar itu telah dihentikan oleh tameng dari sihir es itu.

"Wow itu reflek yang sangat bagus" Shiroi yang menatap itu menjadi terkesan dan menepuk tangan.

"Haiz... Ini bukanlah reflek" Balas Hazuki dengan nada yang sangat membosankan lalu ia berjalan dan melompat ke pundak Shiroi lagi.

Kemudian ada sebuah gua yang membuat mereka berhenti di sana. Gua itu nampak kecil dan sangat misterius membuat mereka ingin masuk.

"Sepertinya ini emang tempatnya, jalan kita memanglah benar" Tatap Hazuki, lalu mereka masuk tapi tiba-tiba mereka berhenti berjalan karena terhalangi jalan buntu di dalam.

"Hah bagaimana ini?!?!" Shiroi menatap terkejut.

Tapi tiba-tiba Hazuki kembali merasakan tanah yang mereka injak ini bergetar dan ia terkejut dengan sesuatu dan alhasil benar, tanah itu hancur membuat mereka terjatuh ke dalam bawah tanah.

"A....!!!" Terdengar teriakan mereka tapi dengan sikap Shiroi menangkap tubuh kucing Hazuki lalu memeluknya. Mereka bisa mendarat dengan kaki Shiroi.

"Reflek yang bagus" Kata Hazuki dengan tepuk tangan membosankan.

"His itu bukan reflek!" Shiroi menyela dengan kesal sambil melihat sekitar.

Lalu mereka menemukan lorong di sana. Lorong yang gelap dan shiroi kembali berjalan dan seketika. Di pojok lorong itu ada tempat cantik dengan banyak nya kristal berwarna sama seperti lapisan sihir yang menutupi cahaya bulan.

Di antara kristal kristal itu ada satu kristal berbentuk kotak dan di dalam kristal itu ada dua pecahan kimo uang seharus nya di cari shiroi. Shiroi terkejut melihat itu dan segera mengambil kotak kristal itu.

"Apa ini penyebab nya?" Tatap Shiroi.

"Mungkin saja, karena pecahan itu milik iblis kucing jadi itu mungkin dari legenda buronan pertama, bisa di simpulkan bahwa tak ada yang membuat hal ini secara sengaja, kita harus mengeluarkan pecahan itu dari sana" Kata Hazuki.

Lalu Shiroi meletakan kristal itu ke tanah dan mengeluarkan busurnya dari tangan nya. Mengambil ancang ancang dan menembak kristal itu, satu panah saja tak cukup jadi dia menembak lagi dan siapa sangka, kristal itu pecah mengeluarkan dua pecahan yang terjebak tadi.

Shiroi senang dan mengambilnya. "Akhirnya aku dapat pecahan lagi, jadi ini bukan kutukan secara sengaja?"

"Ya, ketika pecahan kalian itu berpencar, mungkin pecahan itu yang tak sengaja melakukan nya dan sekarang mari kita lihat keluar apakah masih ada sihirnya" Kata Hazuki lalu Shiroi mengangguk.

Mereka berdua akhirnya bisa keluar dari gua gelap itu tapi Shiroi terdiam ketika melihat bulan yang masih berwarna hijau dengan lapisan sihir kutukan itu.

"Apa yang terjadi? Bukankah itu.... "

"Sepertinya sesuatu yang tak sesuai, bulan itu mungkin memang murni, karena teori di sini sudah kita pecahkan, jika bulan tak ikut maka ya... Dia mungkin memang bulan murni" Kata Hazuki.

"Apa maksud mu, jadi warna bulan itu memang begitu, tapi jika warnanya memang begitu seharus nya tempat selain pulau ini terkena kutukan juga?!"

"Sepertinya begitu, tapi itu mungkin juga tidak benar, karena tak mungkin seluruh dunia terkena kutukan ini, butuh kekuatan besar melebihi iblis manapun, mana ada iblis menguasai dunia hanya dengan kekuatan sihirnya saja" Tatap Hazuki.

"Lalu, kalau begitu berarti sihirnya hanya ada di pulau ini, aku yakin itu bukanlah warna asli dari bulan nya, itu mungkin semacam pelindung" Tatap Shiroi mencoba meyakinkan Hazuki, tapi Hazuki tak percaya dengan teori Shiroi. Lalu Shiroi terdiam kecewa, tapi ia mencoba melihat sesuatu lewat sana, sesuatu seperti lapisan yang berbentuk kotak menutupi bulan itu.

Shiroi menyadari sesuatu. "Aku tahu!"

"Ada apa?" Tatap Hazuki.

"Kau bilang bahwa sihir itu adalah lapisan yang menutupi cahaya bulan, itu berarti dia tidak punya aliran pada apa yang di buat oleh kristal ini. Kita hanya perlu menghancurkan nya" Kata Shiroi. Lalu tangan nya membentuk memegang busur seketika anting nya berubah menjadi busur tapi tiba tiba saja kain yang menutupi pinggang maupun kepala shiroi terjatuh dan sekarang ia tampak seperti iblis yang menawan dan dilihat dari Hazuki yang ada di bawah belakang nya. Hazuki terdiam kaku menatap itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tatap nya.

"Menghancurkan bulan" Balas Shiroi lalu Anak panah Shiroi terlepas dan melesat begitu saja, hal itu tidak akan mengenai bulan, tapi mengenai lapisan bulan yang ada di dekat pulau. Rupanya lapisan sihir itu ada di atas pulau, bukan menutupi bulan, mengenai tatapan menghancurkan nya pun mudah. Dan sekarang anak panah Shiroi mengenai lapisan itu hingga retak dan pecah.

Seketika lapisan itu pecah berkeping keping jatuh menghilang dimana mana menjadi bintang di sana dan bulan terlihat bersih.

Di saat itu juga, Hazuki berubah menjadi manusia dan Shiroi bisa kembali ke tubuh manusia nya. "(Akhirnya aku bisa menyamar hehe)" Pikir Shiroi. Tapi ketika ia melihat ke Hazuki, ia benar benar terkejut karena Hazuki telanjang.

"Akhhh!!! Pakai bajumu!!!" Ia melempar kain yang menutupi pinggang tadi. Lalu Hazuki memakainya menutupi pinggang nya saja.

"Baiklah, ayo pergi saja" Kata Hazuki berjalan duluan. Tampang nya benar benar tak malu.

Hingga ketika sampai di desa itu, ketika mereka masuk, semua orang sudah berubah menjadi manusia. Dan mereka menatap senang pada Hazuki dan Shiroi.

"Terima kasih pendatang!!" Teriak mereka membuat Hazuki dan Shiroi terdiam.

"(Sepertinya memang begitu cara menghancurkan sihir itu, aku harusnya minta maaf, tapi nanti takut mereka tahu aku pelakunya)" Pikir shiroi. Lalu ada yang memberi bunga cantik pada Shiroi.

"Wah Terima kasih" Shiroi menerimanya.

"Terima kasih kalian berdua pendatang yang membebaskan kami dari kutukan, sebagai gantinya kami akan memberikan kalian perahu untuk kalian pulang" Kata ketua di sana. Lalu Hazuki mengangguk pelan.