"Aku benar benar minta maaf karena telah merepotkan mu, jika tak ada kau, entah apa yang terjadi pada ibu ku nantinya" Tatap Hazuki.
"Tak apa, lagi pula ibumu terlihat menyayangimu, aku terlahir tanpa ibu, maupun tanpa orang tua, setiap malam hanya terkurung memandang langit" Shiroi menatap.
Lalu Hazuki kembali terdiam. "(Aku mengerti itu, apakah kamu lebih tepatnya wanita petualang?)" Pikirnya lalu ia melihat rambut Shiroi. Rambut yang sangat cantik. "Ram... Butmu?" Tatap nya.
"Hm... Apa?" Shiroi menatap bingung.
"Rambutmu sangat cantik"
"Em... Terima kasih" Balas Shiroi dengan senyum manisnya membuat Hazuki terkejut melihat senyuman itu. "S... Soal uang mu, aku benar benar minta maaf, aku akan mencari cara untuk mengembalikan nya" Kata Hazuki.
"Ah, tak apa... Ambilah saja itu"
"Aku tidak bisa melakukan nya, dari awal aku juga ragu melakukan pencurian darimu... Aku akan melakukan apapun untuk mengganti rugi"
"Um... Kalau begitu, kamu kenal kota ini?"
"Iya, ada apa?"
"Kota ini memiliki pantai kan, karena dekat dengan lautan, bisa bawa aku ke tempat ini seperti tebing pantai, aku ingin melihat pemandangan dari sana" Kata Shiroi. Hazuki terdiam sebentar, ia lalu mengangguk. "Baik... Baiklah"
Sesampainya di tebing tinggi, Shiroi berdiri dengan menghirup udara segar di sana. Melihat langit gelap dan tersenyum. "(Benar benar suasana sama seperti klan bencana terkumpul, aku harap klan bencana kembali terkumpul lagi dan Hannyo bisa menerima kita pastinya)" Pikirnya, yang ia maksud adalah Hannyo.
Sementara Hazuki ada di belakang nya menatap Shiroi. Baju dan rambut Shiroi tertepa angin dan itu di lihat oleh Hazuki. "(Aku benar benar penasaran, wanita secantik dia, apakah sudah punya pacar?)" Pikirnya.
Lalu ia membuka mata lebar karena Shiroi mengangkat tangan nya seperti memegang busur dan yang benar saja, anting nya berubah menjadi butiran yang terbang di depan nya, membentuk busur dengan panah nya yang siap tertembak. Shiroi langsung menembak dengan cepat dan panah itu masuk ke dalam air, tak lama kemudian ada yang mengambang, seekor ikan besar.
"Wah sangat enak, aku dari tadi mengawasinya" Kata Shiroi dengan senang.
Dan Hazuki yang melihat itu tentu saja terkejut tak percaya.
"Apa kau.... Iblis ke empat dari legenda buronan pertama?!" Tatap nya dengan tak percaya. Seketika Shiroi ikut terkejut menoleh nya. "Ba... bagaimana kau bisa tahu?!"
"Aku..." Hazuki terdiam.
"Tunggu, aku ini makhluk yang baik, jangan beritahu siapapun" Tatap Shiroi dengan panik.
"Aku tidak akan memberitahu pada siapapun, tapi.... " Hazuki terdiam membuat Shiroi ikut terdiam.
"Apa kau yakin? Bagaimana cara ku mempercayai mu?" Shiroi menatap curiga.
Hal itu membuat Hazuki terdiam. "Mungkin aku bisa melakukan sesuatu...."
Tapi tiba tiba saja, ada sebuah sihir besar muncul dari belakang Hazuki dan itu dilihat oleh Shiroi.
"Hah, awas!!" Ia berteriak membuat Hazuki menoleh. Sihir itu muncul dengan tiba tiba dan dengan cepat Hazuki melompat memeluk Shiroi dan mereka terjun ke air dari tebing tinggi itu.
"Ahhh!!" Terdengar teriakan Shiroi hingga mereka benar benar terjatuh di air dan sihir itu mengenai tebing itu membuat ujung tebing itu hancur jatuh ke air juga.
Siapa sangka, dan tak ada yang tahu dari mana dan siapa yang membuat sihir serangan itu.
Shiroi terbangun membuka mata, ia bangun duduk dan melihat bahwa ia tidur di atas daun pohon kelapa yang besar, melihat sekitar dan rupanya ia ada di pulau yang terlihat tanpa ada seseorang.
"(Apa? Dimana aku?)" Pikirnya dengan bingung. Lalu ada yang datang. "Kau sudah bangun?"
Membuat Shiroi menoleh yang rupanya itu Hazuki.
"Hah, apa yang terjadi?" Shiroi masih tak percaya.
"Sebenarnya saat kita jatuh ke air, kita terseret air ke sini dan sekarang kita terdampar di pulau besar dan lebar dengan adanya banyak pohon dan hutan" Balas Hazuki. Ia lalu membungkukan badan. "Aku benar benar minta maaf"
"Ta... Tak apa, itu tak apa, tapi... Kenapa aku tidak basah dan kamu pun juga tidak basah?" Shiroi menatap bingung. Seketika Hazuki terdiam tak membuka mulut membuat Shiroi terdiam bingung.
"Tak apa, katakan saja padaku"
"Aku.... Sebelum kita jatuh, aku membuat pelindung bola es yang membuat melindungi kita, tapi kamu sudah pingsan ketika belum mendarat di air"
"Hah es?!" Shiroi menjadi terkejut.
Tiba tiba saja di tangan Hazuki ada sebongkah es muncul dari sihir membuat Shiroi terdiam kaku.
"Aku sebenarnya, pengendali sihir es, aku dari gunung es dan di sana terdapat banyak orang orang yang sama dengan ku, tapi ada yang menyerang, desa ku hancur dan yang tersisa hanyalah aku dari klan es"
"Aku benar benar tidak menyangka ini, lalu wanita tua itu bukanlah ibumu?"
"Dia bukan ibu kandung ku, aku hanya menganggap nya ibu karena dia yang merawatku dari kecil.... Haiz... Sekarang aku malah cerita padamu, padahal aku hanya ingin cepat pergi dari mu agar rasa malu ini tidak ada"
"Haha tak apa, aku juga senang mengenal mu mas Hazuki" Kata Shiroi. Seketika wajah Hazuki sedikit memerah.
"Soal.... Kau adalah iblis... Apakah itu benar?" Tatap nya pada Shiroi.
"Um.... Ya, ini benar, aku harap kau tidak memberitahu siapapun"
"Ya, aku juga harus berkata begitu, karena ada beberapa orang yang mengincar ku, mungkin karena dendam pada klan pengendali es di sini" Kata Hazuki.
"Semoga saja kau tidak tertangkap" Tambah Shiroi. Tapi tiba tiba perutnya berbunyi membuat nya dan Hazuki mendengar nya.
Shiroi menjadi memerah malu dan menutup perutnya. "Uh... Um... Jangan melihat ku begitu, aku benar benar malu!!"
"Ah, maafkan aku... Kemarilah, aku baru membakar ikan" Kata Hazuki. Lalu Shiroi mengikutinya di sisi lain bibir pantai itu.
Terdapat api unggun dengan ikan besar yang sudah berbau enak di sana. "Hm... Sangat enak baunya" Kata Shiroi. Lalu Hazuki memotong daging ikan itu ke daun sebagai alas piring lalu di berikan pada Shiroi.
"Ini sebagai sumpit mu" Dia juga memberikan dua ranting kecil yang sudah di bersihkan pada Shiroi.
"Wah cantik" Shiroi menerima nya lalu memakan daging ikan itu. Seketika ia merasakan kelembutan nya. "Uhm.... Sangat enak, bumbunya juga kerasa, apa kau yang membuat ini mas Hazuki?" Tatap Shiroi. Hazuki mengangguk.
"Wah, rupanya kamu pandai masak bakaran begini" Shiroi kembali memakan nya.
Sambil melihat Shiroi, Hazuki memulai pembicaraan. "Apa kamu tahu bahwa pulau ini pulau terkutuk?" Tatap nya. Seketika Shiroi berhenti makan dengan rasa bingung.
"Apa maksud nya?"
"Sebenarnya kita terdampar tak jauh dari kota LIMO... Hanya saja kerja kita sudah sampai di sini, kita tak akan bisa kembali dan juga, penampilan kita akan berubah menjadi aslinya ketika sudah malam hari, jadi bisa di ketahui mana iblis, siluman dan makhluk selain manusia" Kata Hazuki.
"Ah, ini gawat... Kau bilang pulau terkutuk? Apa yang membuat sihir terkutuk di sini begitu meyakinkan ketika kamu bicara tadi? Apa di sini juga ada kehidupan?" Tatap Shiroi.
"Kemarilah, ikuti aku" Hazuki berdiri. Dengan bingung, Shiroi berjalan mengikutinya.
Mereka menemukan sebuah pagar besar, sangat besar melebihi pagar kota. Pagar itu terbuat dari bambu bambu yang di susun sedemikian rupa.
"Apa ini?" Shiroi menjadi bingung. Lalu Hazuki menunjuk satu lubang kecil di pagar itu meminta Shiroi untuk mengintip.
Lalu Shiroi mengintip dan ia sendiri terkejut karena melihat pemukiman desa di sana. Banyak orang bekerja sehari hari di sana dan mereka adalah manusia.
"Kenapa ada desa di pulau seperti ini, bukankah kamu bilang bahwa pulau ini terkutuk?"
". . . Desa itu bernama desa kutukan, namanya memang dari dulu begitu dan yang jelas, desa itu benar benar terkutuk. Mereka menyebutnya terkutuk karena dari rumor yang beredar, semuanya tahu bahwa desa ini memiliki pagar yang tertutup dan sangatlah misterius" Balas Hazuki.
"Kenapa mas Hazuki tahu semua ini?"
"Aku pernah mempelajari nya, dari bacaan ku, di malam hari ketika bulan muncul. Semuanya akan berubah, dari manusia menjadi hantu hantu yang berterbangan, mereka akan berubah menjadi siluman tapi bukan berarti mereka aslinya siluman, mereka hanya lah manusia manusia yang terkutuk, dan jenis siluman yang akan berubah adalah siluman kucing, mungkin yang membuat kutukan ini memang lah siluman kucing, jadi siluman itu membuat sihir untuk manusia ketika malam hari mereka akan berubah menjadi siluman kucing pada malam hari"
"Hah, itu berarti kamu juga, apakah itu hanya berlaku pada manusia?" Tatap Shiroi.
"Tidak, padamu juga, kau akan berubah ke bentuk iblis tingkat tengah" Kata Hazuki.
"Hah benarkah, bagaimana ini, sebentar lagi gelap?!" Shiroi menatap langit, sudah hampir malam.
"Kita akan masuk dan pura pura membantu desa mereka"
"Tapi, aku.." Shiroi tampak ketakutan. Lalu Hazuki mengulur tangan membuat Shiroi terdiam.
"Percayalah padaku, aku akan membuat kita keluar dari sini" Tatap Hazuki dengan meyakinkan. Lalu Shiroi terdiam dan mengangguk menerima uluran tangan Hazuki.
Setelah itu mereka ke depan gerbang pagar itu, Hazuki melihat atas. "Berteriak lah" Kata Hazuki pada shiroi yang bingung. Lalu shiroi berteriak. "Permisi!!"
Hal itu di dengar oleh dua penjaga yang ada di atas gerbang penjagaan. "Siapa kalian? apa kalian bukan monster?" Tatap mereka dari atas.
"Kami bukan monster, kami bersedia membantu kutukan itu" Balas Hazuki. Seketika kedua penjaga itu terdiam dan membuka pintu gerbang nya. Seketika semua orang di sana menyambut dengan mengerubungi nya.
"Apa kalian benar benar akan membantu kami, tolong lah kami" Kata mereka. Lalu ada seorang tetua, kakek tua yang datang dengan tongkat kayunya menatap mereka berdua.
"Apa benar begitu?" Tatap nya.
". . . Kami akan mencobanya, asalkan kami tahu masalah nya di desa ini dan apa dampak dari kutukan itu" Kata Hazuki.
"Baiklah, untuk hal itu, hanya perlu menunggu malam saja" Balas tetua itu lalu Shiroi dan Hazuki terdiam yakin. Bahwa apa yang dikatakan Hazuki tapi beneran.