"Di sana pasti banyak pelacur, mungkin semua wanitanya.... Karena di sana mungkin banyak gangster dan pria pria kejam yang membuat hal itu, aku tak mau menjadi salah satu dari wanita di sana apalagi kau yang ketua gangster... " Tambah Shiroi dengan wajah yang ragu ragu.
"Aku tahu kau bukan pelacur, aku juga tahu kau masih perawan. Apa yang kau takutkan jika kau bukan pelacur di sana... Bukankah kau bisa melawan mereka, bukankah kau juga menginginkan pecahan kristal itu lagi?.... Dan bukankah aku juga di sini?" Tatap Yeong Woo. Seketika Shiroi terdiam dan kembali berwajah merah merona mendengar hal itu.
"Um.... Um... Baiklah" Ia menjadi setuju dan mengikuti Yeong Woo yang akan ke kota ROSA.
Mereka berjalan sampai ke kota ROSA, sampai di gerbang kota itu, Shiroi sudah bisa merasakan kekuatan dari pecahan bola kristal. Ia lalu berhenti berjalan dan berhenti di depan kota ROSA.
"(Aku merasakan ada banyak kekuatan bola kimo... Kenapa di sini sangat banyak, apa ada banyak orang orang yang kuat sehingga mereka memiliki pecahan itu, pasti akan sulit jika harus merebut itu dari mereka)" Pikirnya dengan wajah serius.
Sementara itu, Yeong Woo akan masuk ke dalam gerbang, tapi sebelumnya ia berhenti berjalan dan menoleh ke Shiroi, ia sudah menduga dari tadi pasti Shiroi berhenti berjalan. Dan ia juga mengira Shiroi mulai ketakutan saat merasakan hawa di dalam kota itu padahal Shiroi sedang menghitung ada berapa kekuatan pecahan bola kristal yang ada di dalam kota itu.
Lalu Yeong Woo berbalik badan dan berjalan mendekat padanya, ia mengulurkan tangan membuat Shiroi terdiam bingung. "Jika kau masih ragu, peganglah tangan ku hingga masuk ke dalam kota ini, anggaplah aku selalu ada di sisi mu" Kata Yeong Woo.
Mendengar itu, tentu saja Shiroi menjadi kembali berwajah merah merona. "(Dia benar benar pria yang peka)" Shiroi menerima tangan Yeong Woo lalu mereka saling bergandeng tangan dan masuk ke dalam.
"(Tangan Nya benar benar besar dan nyaman.... Apakah ini benar benar tangan seorang gangster?)" Pikir Shiroi dengan rasa masih malu.
Lalu mereka masuk, terlihat di sana seperti sebuah distrik yang sangat besar dan sempit karena banyak nya apartemen dengan gang kecil di sela sela banyaknya apartemen.
Orang orang yang terlihat di sana benar benar berpenampilan seperti preman dan terlihat sangat menyeramkan melirik Shiroi. Tapi saat mereka menatap ke Yeong Woo yang ada di samping Shiroi, mereka langsung terkejut dan segera membungkukan badan. Hal itu membuat Shiroi terdiam bingung melihatnya.
"(Apa yang terjadi, mereka yang berpenampilan menyeramkan tunduk pada Yeong Woo.... Tunggu... Yeong Woo bukan nya pemimpin gangster? Itu berarti benar jika mereka menghormatinya)" Pikir Shiroi.
"Hei kucing putih" Panggil Yeong Woo membuat Shiroi menoleh padanya. "(Kucing Putih?!)"
"Apa kau bisa melawan dengan sifat wanita jika ada pria maupun lelaki yang menggoda mu?" Tanya Yeong Woo.
"Um.... Tentu.... (Kenapa dia bertanya begitu?)" Shiroi membalas dengan ragu dan agak kurang mengerti hingga mereka masuk di sebuah bar kupu kupu malam. Keadaan di sana juga sedang malam hari dan sangat gelap.
Terlihat banyak wanita berpakaian tipis dan menggoda setiap lelaki yang duduk di sana. Dari sana Shiroi menjadi terdiam dan mulai menggenggam erat tangan Yeong Woo. Yeong Woo yang merasakan Shiroi tengah ketakutan melihat hal itu, ia menjadi mengerti lalu menarik pelan Shiroi masuk semakin dalam meskipun Shiroi tidak menyukai itu tapi tujuan Yeong Woo memang masuk di sana.
Mereka masuk di salah satu ruangan, di mana terdapat satu pria yang tengah duduk di sofa bersama dua orang wanita yang duduk di samping kiri nan kanan nya.
"Yo Ian" Sapa pria itu dengan nama lain Yeong Woo. Ian adalah nama yang di panggil dalam bahasa Inggris.
"Lama tidak bertemu, Ian" Dia menambah. Ia lalu menoleh ke Shiroi yang terdiam menatapnya. "Wah.... Kau membawa wanita cantik rupanya, kulitnya juga seperti porseline huh" Tatap pria itu pada Shiroi yang mulai mundur dan bersembunyi di belakang lengan Yeong Woo yang memasang wajah serius dari tadi.
"Aku hanya membantunya" Balas Yeong Woo. Lalu ia menarik pelan Shiroi untuk duduk di dekatnya. Ia juga sebelumnya berbisik pada Shiroi. "Bersikaplah layaknya kau milik ku maka kau akan terhindar dari apapun yang tidak kau inginkan"
Shiroi yang mendengar itu menjadi mengerti dan mematuhi itu dengan duduk sangat dekat dengan Yeong Woo yang juga merangkulnya sangat hangat.
Pria itu menjadi memasang wajah tidak senang ketika melihat itu. "Apa wanita itu masih perawan?" Tatap nya.
"Dia--
"Aku masih perawan!!" Balas Shiroi yang langsung menyela membuat Yeong Woo terdiam, ia lalu menekan bahu Shiroi untuk mendekat padanya. Shiroi menjadi tak mengerti. "(Apa yang dia lakukan? Aku hanya menjawab pertanyaan nya kenapa wajahnya begitu marah padaku?)" Pikir Shiroi dengan wajah bingung.
"Ha... Hahaha selera mu bagus juga, membawa wanita dari luar ke dalam sini" Tatap pria itu dengan wajah senang.
"Kau tidak perlu membahas itu terlalu dalam, aku ingin mengambil pecahan bola kristal yang kau punya, semuanya" Kata Yeong Woo.
"Wo, Ian... Aku hanya punya 2 pecahan... Apa kau mau mengambilnya?"
"Ya, berikan padaku semuanya"
"Baiklah, tapi pecahan itu di bawa bawahan ku yang ada di luar yang sedang berjaga ruangan ini, mungkin kau bisa mengambilnya" Kata pria itu. Lalu Yeong Woo berdiri tapi Shiroi menahan baju Yeong Woo agar tak meninggalkan nya di dalam sana tapi Yeong Woo tak mempedulikan itu, dia benar benar pria yang dingin yang meninggalkan Shiroi keluar.
Di saat itu juga hanya ada dua wanita di samping pria itu dan Shiroi yang duduk di hadapan mereka dengan tubuh yang kaku. "Ada apa cantik, kau baru pertama kali kemari atau apa? Sepertinya kau ketakutan dari tadi ya dan malah berlindung pada ular penjaga iblis itu" Tatap pria itu.
"Ular... Penjaga iblis?" Shiroi menjadi terdiam.
"Yah, Ian pernah mengawal iblis tapi dia pergi dan menjadi yang terkuat di kota ini, mau bagaimana lagi dia adalah siluman yang kuat dan ngomong ngomong, dia benar benar beruntung dapet wanita cantik sepertimu" Pria itu menambah lalu ia berdiri dan berjalan mendekat duduk di dekat Shiroi yang terkejut. "(Apa... Apa yang akan dia lakukan padaku?!)" Shiroi hanya bisa ketakutan.
"Mari lakukan satu saja hm" Pria itu akan mendekat, ia bahkan menjilat bibirnya sendiri untuk memberi isyarat mencium Shiroi.
Sementara itu di luar, Yeong Woo memberikan sekantung emas pada seorang bawahan pria tadi yang ada di luar, rupanya ia membelinya bukan mengambilnya. Tapi tiba tiba ada teriakan dari dalam ruangan membuatnya menoleh, saat akan masuk, ia berhenti karena dua wanita penggoda tadi keluar dengan wajah yang takut membuat Yeong Woo semakin yakin ada sesuatu di dalam. Ia lalu masuk dan terdiam ketika melihat pria tadi tergelatak di sofa dengan lehernya yang tertancap anak panah dingin dan Shiroi ada di samping mayatnya duduk dengan gemetar menatap telapak tangan nya sendiri. Ia lalu menoleh pada Yeong Woo dengan wajah ketakutan nya. Shiroi telah membunuh pria tadi, Wajah Yeong Woo tak menunjukan apapun.
"Aku.... Aku.... Maaf kan aku!!" Tatap Shiroi sambil menangis, tapi tiba tiba ia akan jatuh tak sadarkan diri. Untungnya Yeong Woo sigap dengan menahan tubuh Shiroi, ia lalu mengangkat dan menggendong Shiroi di dada.
"(Ini salahku, meninggalkan mu di sini sendirian)"
--
Terlihat Shiroi terbangun, ia bernapas berat dan panas. Di keningnya ada kain basah yang menjadi panas karena suhu tubuhnya. Sepertinya ia demam.
Shiroi bangun duduk melihat sekitar. Ia melihat sepertinya ia ada di sebuah kamar apartemen di kota ROSA itu. Dia juga ada di kamar itu sendirian dengan ranjang yang hangat. "(Apa yang terjadi?)" Ia memegang kepala nya dan tiba tiba ia mengingat sesuatu yang langsung muncul cepat yakni membunuh pria Rekan dari Yeong Woo.
"(Ugh... Kepalaku.... Rasanya sangat panas)" Shiroi membuka jendela di samping ranjang nya, rupanya masih gelap malam. Dan ia masih tetap saja kepanasan karena panas dari kucing es sepertinya adalah membutuhkan sesuatu yang dingin.
"(Aku harus melakukan ini)" Ia berdiri dan keluar dari ranjang dan melepas baju kimono putih yang di pakai nya selalu. Seketika ia hanya terlihat memakai pakaian dalam.
"Huf... ini akan lebih baik untuk sementara waktu" Ia duduk di bawah ranjang. Dia memakai pakaian dalam berwarna putih manis.
Tapi tiba tiba saja ada yang membuka pintunya membuatnya menoleh. Rupanya Yeong Woo yang akan melihatnya, tapi Yeong Woo menjadi terdiam di depan pintu melihat punggung Shiroi yang sangat berpostur dan terlihat lembut.
"Kucing putih, kenapa kau telanjang?" Tatap nya dengan serius.
"E..... Ah..... Apa yang kau lihat" Shiroi langsung masuk ke ranjang dan menyelimuti dirinya menutupi tubuhnya.
Tapi bukan nya pergi, Yeong Woo malah mendekat dan mengambil baju Shiroi yang ada di bawah dan menutup jendela. "Bagaimana perasaan mu, apa kau masih demam?" Tatap nya.
"Aku..... Aku baik baik saja, aku tidak pernah sakit" Kata Shiroi yang langsung duduk dengan rasa masih kesal. Tapi tiba tiba tangan Yeong Woo yang besar mendekat memegang kening Shiroi membuat Shiroi terkejut berwajah sangat merah.
Lalu Yeong Woo melepasnya. "Kau masih sedikit panas, apa kucing es memang demam seperti ini, kau akan telanjang untuk mengurangi panas tubuhmu?" Tatap Yeong Woo.
"I... Itu memang tidak benar, aku hanya perlu kembali ke gunung es... Karena itu memang tempatku" Balas Shiroi dengan wajah yang masih merona.
"Baiklah, tidur saja maka kondisimu akan kembali pulih" Kata Yeong Woo lalu ia meletakan baju kimono Shiroi yang sudah ia lipat di meja dekat ranjang dan akan berjalan pergi.
"Ah tunggu" Shiroi berteriak lalu Yeong Woo menoleh padanya.
"Aku.... Aku benar benar minta maaf karena telah membunuh rekan mu" Kata Shiroi.
Yeong Woo terdiam sebentar lalu membalas. "Dia bukan rekan ku" Balas nya lalu berjalan keluar dari kamar Shiroi.
Shiroi terdiam, ia melihat ke bajunya yang terlipat sangat rapi. "(Dia bahkan melipatkan bajuku... Benar benar pria yang baik)"