Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 77 - Chapter 77 Shiroi Bakeneko

Chapter 77 - Chapter 77 Shiroi Bakeneko

ngomong ngomong raja masih terlihat muda" Tatap Shiroi. Mereka duduk bersamaan dan mulai mengobrol.

"Ya begitulah, panggil aku Usama, itu nama ku, khusus nona ini boleh memanggil nama ku. Jabatan ku sudah ada dua tahun karena sebelumnya di kendalikan oleh ayah ku, aku hanya meneruskan pekerjaan nya, yakni menjadi pemimpin di kota NIPA"

"Lalu aku ingin tahu kenapa kota ini bisa di sebut sebagai Negri kejujuran?"

"Itu karena sebuah pedang yang aku miliki, aku mendapatkan nya setelah melawan siluman di hutan, pedang itu berat tapi membawa dampak bagus bagi kota ini, karena sering banyak nya penghianatan di negri maupun kota kota lain, aku jadi takut satu persatu orang orang yang di sini juga akan melakukan itu, jadi aku memasang sihir di kota ini melalui pedang itu" Kata Raja Usama.

"(Jadi begitu alasan nya, intinya dia tidak mau ada penghianatan...) Tapi bukan kah jika jujur berlebihan akan membuat dampak yang buruk juga?"

"Aku tahu itu, dampaknya mereka lebih sering jujur dengan kalimat yang mengarah kesal dan tidak suka padaku, rakyatku yang dulunya suka dan kagum padaku sekarang justru malah membisu dan tidak mau memberiku senyuman hangat, karena itulah saat aku melihat senyum mu tadi saat menyapaku, aku menjadi senang dan langsung mendekat padamu"

"Ahaha aduh aku jadi malu...."

"Sungguh nona, kau benar benar cantik"

"Terima kasih, tapi aku ingin kau lebih baik mencabut sihir itu sekarang" Kata Shiroi.

"Eh kenapa?" Usama menjadi terdiam bingung.

"Jujur berlebihan itu tidak akan baik, semua orang di sini menjadi mementingkan pembicaraan mereka dengan apa yang mereka fokuskan, kau harus tahu itu sebagai pemimpin yang baik, sebelum aku menelusuri lebih dalam soal kota ini, lebih baik jangan gunakan sihir itu lagi"

"Tapi nona cantik, aku takut jika ada penghianatan lagi, lagipula aku menggunakan sihir ini juga akan tahu mana siluman, mana iblis dan mana manusia yang sesungguhnya karena pengawal ku sebagian juga tidak berguna dalam bertanya hal seperti itu untuk memastikan" Kata Usama.

"Haiz.... Sihir ini berasal dari pedang, dan kau tadi bilang bahwa pedang itu kau dapatkan dari mengalahkan siluman, jika sihir ini yang buat siluman maka siluman juga akan bisa menyangkalnya, jadi kau menggunakan ini juga percuma pada iblis karena iblis tidak akan terpengaruh"

"Hah begitukah, dari mana anda tahu?!" Usama menatap tak percaya.

"Tentu saja lah, siluman memang memiliki benda yang bersihir, benda itu akan di miliki oleh manusia jika manusia itu bisa mengalahkan siluman, tapi jika manusia itu tidak bisa mengalahkan siluman maka sihirnya akan membawa dampak buruk dalam apa yang akan di gunakan dari benda milik siluman itu, jadi yang kulihat di sini, hanya ada keburukan yang aku lihat, jadi bisa kau berkata jujur soal siluman itu?" Tatap Shiroi dengan tatapan mengangkat satu alis nampak seperti agak merendahkan Usama.

Usama terdiam sejenak dan menelan ludah. "Sebelum nya, boleh aku tanya sesuatu, apa nona cantik ini seorang pendatang? atau malah seorang petualang?"

"Aku seorang petualang, tapi aku bukan petualang resmi, aku hanya mengelana" Balas Shiroi.

"Hah mengelana!! itu berarti kau bisa mengalahkan siluman?!"

"Tentunya bisa, aku mengalahkan mereka menggunakan senjata yang aku punya" Kata Shiroi sambil menyilakan rambutnya dengan anggun.

"Ka.... Kalau begitu maukah kau menghabisi siluman itu.... Karena, siluman pemilik pedang itu belum mati, aku hanya mengambilnya saat dia masih hidup... Jika siluman itu mati, pastinya sihir ini akan berdampak baik... Aku mau rakyatku menyukai dan menghormati ku lagi seperti dulu" Kata Usama dengan rasa cemas.

"Baiklah aku bisa membantumu, tapi aku punya satu syarat" Tatap Shiroi membuat Usama terdiam.

---

"Raja itu bilang bahwa siluman yang di bicarakan nya tinggal di sini, apa ini memang benar, yang aku lihat hanya hutan yang lebat, bahkan aku susah berjalan dengan banyaknya tanaman liar di sini)" Pikir Shiroi yang berjalan melewati semak semak dan akar belukar yang mengganggu jalan nya, ia saat ini berjalan di hutan bertujuan menemui siluman yang di bicarakan nya bersama raja usama tadi, raja usama memang memintanya seorang karena percaya Shiroi adalah seorang petualang dan petualang memiliki kekuatan membunuh siluman.

Tak lama kemudian, Shiroi berhenti berjalan dan melihat ke sekitar dengan bingung. "(Ini benar benar aneh, aku tak tahu di mana letak siluman itu? Aku bahkan tak bisa merasakan keberadaan nya)"

Tapi tiba tiba saja, akar belukar yang ada di bawah nya menjadi bergerak dan dengan cepat melingkar seperti ular mengikat kaki shiroi keduanya.

Shiroi menjadi terkejut merasakan kakinya ada sesuatu, ia melihat ke bawah dan berwajah panik. "Ahhh apa ini?!" Ia terkejut dan akan bergerak, tapi ia terjatuh ke depan. "Ahhhh" Ia berteriak akan jatuh, tapi untung nya ia tak jadi menyium tanah karena akar belukar lain itu menahan tubuhnya dan melingkari tubuhnya layaknya melilitnya seperti ular.

"Ahh..... Lepaskan aku!!" Shiroi mencoba bergerak memberontak melepaskan diri, tapi tidak bisa, akar belukar itu terlalu kuat dan terus bergerak melilit nya sangat banyak.

"(Ah jika seperti ini caranya, aku tidak akan bisa lepas... Apa yang harus aku lakukan?)" Shiroi mencoba berpikir. Tapi siapa sangka pohon pohon yang ada di sana juga bergerak, mereka seperti berdiri dengan akar bawah mereka yang menjadi kaki banyak mereka.

"(Tidak, ini bukan siluman tapi ini jelas adalah ulah siluman... Siapa yang berani melakukan ini benar benar meremehkan ku....) ah!!!" Shiroi kembali berteriak terkejut karena tubuhnya di putar ke atas. Sehingga Kepala nya yang ada di posisi bawah dan semua pohon pohon itu akan mendekat padanya, mereka memunculkan tangan barang mengerikan mereka dan seperti berniat meremas shiroi dengan tangan keras mereka.

"Ahhh tidak.... Kalian benar benar tidak ada belas kasih!!!" Teriak Shiroi. Seketika muncul asap putih di sertai butiran salju putih yang terbang ke segala arah membuat semua pohon pohon yang akan mendekat menjadi terdiam menyaksikan itu.

Setelah asap dan butiran salju itu hilang, Shiroi hilang tak terikat lagi. Akar akar bekasnya juga terlihat patah seperti Shiroi berhasil melepaskan diri dengan kuat sehingga memutus akar akar itu.

Semua pohon pohon dan akar itu menjadi bergerak ke segala arah mencari Shiroi dengan cepat.

Tapi tiba tiba ada panah yang datang seperti kilat berwarna putih salju datang menembak satu pohon itu hingga benar benar tumbang dan hancur. Rupanya Shiroi ada di salah satu pohon besar yang tidak bergerak di sana memegang busur putih yang sangat cantik dan terlihat sakral. Tubuhnya juga sudah berubah menjadi iblis yakni dengan kuping kucing dan ekor panjang putih tebalnya.

"Kemarilah kalian semua!!!" Tatap nya dengan senyuman manis dan terlihat palsu karena keadaan harus serius.

"(Aku memilih pohon besar dan tinggi ini karena siluman tak mungkin mengendalikan pohon ini karena terlalu besar, mengendalikan yang sebesar ini pasti membutuhkan energi yang kuat, jadi aku akan aman di sini... Tinggal menembak dari jatah jauh)" Ia kembali membidik dan menembaki setiap pohon pohon yang mendekat itu.

Tembakan nya selalu kuat, karena sekali tembak dengan anak panah nya, satu pohon yang terkena akan hancur dan tak bisa bangkit lagi. Shiroi tinggal menghabisi sisa sisanya.

Tapi ia lupa pada akar akar yang ada di sana, akar akar di sana mencoba naik ke atas pohon besar itu. Tapi siapa sangka, Shiroi benar benar waspada, ia melompat dan membidik satu anak panah di tembakan nya ke pohon itu. Saat anak panah itu menancap di sana, anak panah itu mengeluarkan asap putih yang terlihat sangat dingin, seketika ada retakan di pohon itu yang bercahaya putih, dan seketika pohon besar itu juga hancur karena panah itu. Tekanan yang di berikan oleh panah itu memang benar benar terlihat sangat kuat, padahal itu baru satu anak panah.

Shiroi mendarat di bawah, meskipun di bawah, ia tidak takut pada pohon pohon yang masih bergerak mengincar nya, ia menembaki dengan cepat ke segala arah mengenai banyak pohon yang mendekat dan mereka hancur satu persatu karena terkena panah tanpa meleset.

Hingga akhirnya Shiroi selesai melakukan nya, ia menjadi menghela napas panjang dengan napas cepat, banyak sekali pecahan pecahan pohon di sana yang dapat menjadi kayu bakar.

Lalu Shiroi mengambil satu persatu barang kecil yang bisa ia angkat di satu tempat yang sama. Setelah terkumpul agak banyak dan tak terllau sedikit, ia menyalakan api di sana, ia membuat api unggun dengan korek gas yang ia punya. "Ini di berikan Rokuro untukku, ceritanya panjang.... (Dia memberikan ini padaku untuk meminta bantuan, saat ada rokok yang masih mati di mulutnya, aku di minta menyalakan nya dengan korek ini tapi sekarang sudah tidak bertemu dengan dia.... Rasanya sangat aneh)" Shiroi menghela napas panjang dan kecewa. Tapi ia tetap melanjutkan membakar dan membuat api unggun itu karena hari juga sudah mulai gelap sore.

Setelah api itu terbuat, Shiroi juga mulai perlahan dan satu persatu menyeret barang barang pohon itu dan melemparkan nya ke api. "Akan ku bakar semua barang ini, tak peduli akan menimbulkan asap ataupun apapun.... " Ia benar benar berniat membuat api besar. Hingga malam hari, terlihat api besar nan panas berada di satu titik hutan. Satu titik hutan itu adalah lapangan luas dengan adanya api besar itu, karena api besar itu ada di satu titik saja dan agak jauh dari barang pohon yang masih hidup. Jadi akan aman karena tidak akan merambat membakar pohon lain. Shiroi ada di atas pohon agak jauh dari api itu.

Sebagai kucing salju, dia tidak akan tahan akan panas nya, jadi dia berada jauh tapi masih bisa melihat api itu dengan mata kepalanya sendiri. Ia lalu duduk dengan tubuh manusianya, dia telah berubah menjadi manusia rupanya. "Ini sudah malam tapi aku belum menemukan siluman yang mengendalikan pohon pohon tadi... Aku harap dengan api besar ini, dia bisa kemari dan aku bisa menyatakan aku telah memancingnya kemari)" Pikirnya yang bersender di pohon menunggu siluman yang ia harapkan datang.

Ia akan di sana terus hingga siluman itu datang, tak peduli sampai tengah malam nanti.