"Apa yang terjadi pada perjalanan mu? Kenapa kau sendirian tadi aku melihat mu?" Tanya Rokuro sambil merokok. Mereka ada di sebuah kafe dengan meja kursi ada di luar kafe itu.
"Ha... Benar benar melelahkan, aku ingin segera kembali saja..." Balas Geru sambil menghela napas panjang dan meminum minuman nya.
"Bagaimana jika kita pergi saja dan menemukan Shiroi?" Tanya Rokuro.
"Sepertinya jangan gegabah, karena Hannyo pasti akan marah jika mengetahui hal ini, apalagi kita belum menemukan pecahan kimo..." Kata Geru.
Tapi Rokuro terdiam, dia tampak memikirkan sesuatu dengan wajah tenang bercampur serius. Tepatnya, sesuatu terlintas di pikiran nya.
Yakni penglihatan dimana Hannyo tersiksa, dengan adanya banyak anak panah menusuk punggung nya, rantai rantai yang menahan seluruh tubuhnya dan banyak nya darah memandikan nya.
Ketika benar benar mengingat itu, Rokuro menggeleng menyadarkan dirinya dari pemikiran itu. "(Aku tak mau, itu terjadi... Bahkan sampai kapanpun...)"
"Rokuro?" Geru menatap bingung melihat Rokuro bertingkah begitu.
"Apa yang terjadi padamu?"
"Tidak, tidak ada, ngomong ngomong, sudah berapa pecahan kau kumpulkan?" Tanya Rokuro mengubah topik.
"Hanya 25"
"Oh 25 saja rupanya.... Pft...."
"Hah, kau meremehkan ku?! Memang nya kau dapat berapa?"
"Hoho, dapet 30"
"Hah, bagaimana bisa?!!"
"Yeah, kau tahu lah... Sistem yang aku gunakan itu sudah jelas. Berjudi- menang- minta imbalan- jika punya pecahan itu- berikan padaku"
". . . Aku tidak paham.... Jadi kau merampasnya?"
"Yeah, bisa dikatakan begitu tapi aku merampasnya dengan adil karena aku memang dalam persyaratan setiap permainan yang di tawarkan"
"Haiz, dasar..."
Sementara itu, Tania dan Namazu ada di kamar. Namazu sedang duduk di bawah kasur sambil merajut sesuatu.
Tania yang berbaring di kasur menjadi menoleh padanya dan mendekat. "Apa yang kau lakukan?" Tatapnya.
"Oh, aku sedang merajut syal.... Untuk gadis manis itu" Balas Namazu dengan wajah lembut.
"Oh, kau yakin dia akan menerima nya karena bisa saja dia menolak nya dan masih takut padamu"
"Ih, jangan meremehkan ku begitu, doakan saja aku dia bisa menerima ku"
Tapi tiba tiba saja ada yang datang membuka pintu membuat mereka menoleh. Rupanya itu Geru.
"Hei, kalian.... Kenapa tidak berkeliaran? Bukankah aku meminta kalian terserah, ke hutan atau kemana" Tatap Geru.
"Apa maksud mu? Kita harus apa?"
"Ya terserah mau apa, mau membunuh siluman juga bisa, intinya terserah, dari pada kalian mati bosan di sini" Tatap Geru.
"Ha.... Hei, dengar ini kau tuan menyuruh, kita lebih senang begini, kita bisa bersantai tanpa adanya kebosanan" Balas Tania.
"Oh begitu, kalau begitu, yasudah, aku harus jalan sama saudara ku dulu"
"Saudara?!" Namazu langsung berdiri senang.
"Apa itu legenda buronan pertama!!!" Dia langsung melewati Geru dan berlari keluar dan rupanya itu Rokuro. Rokuro menatap bingung padanya sambil masih merokok, tapi ia tersenyum. "Wah, cewek cantik, mau ketemu aku?" Tatapnya dengan seringai dan sombong.
"Dia bukan legenda buronan pertama.... Tapi kenapa dia juga tampan" Namazu menatap polos.
"Lebih tepatnya legenda buronan ketiga. Macan sahara.... Rokuro Bakeneko" Kata Geru memperkenalkan Rokuro.
"Hei, tidak perlu menyebut sebutan buas itu... Aku tidak buas, benarkan cantik" Rokuro menatap Namazu yang terkena panah keaguman itu.
"Wah, kamu ganteng banget....!!!" Dia terpukau pada Rokuro yang tertawa sombong.
"Hahaha... Kemarilah dan rangkul aku"
"Iyah!" Dia akan berjalan mendekat dan akan memeluk Rokuro tapi Geru menarik tangan Rokuro untuk menyingkir membuat Namazu terdiam bingung.
"Rokuro, hentikan sikap ku itu, berhenti merendahkan wanita seperti itu" Tatapnya dengan serius.
"Oh, begitukah, padahal bentar lagi mau kusentuh..."
Mendengar sesuatu, di saat itu juga Tania ikut melihat apa yang terjadi.
"Oh, jadi itu legenda buronan ketiga, macan sahara yah..." Tatapnya.
"Wah, ada cewek cantik lagi... Apa kau sedang ngeharem..." Rokuro menatap Geru yang terdiam kaku.
"Ehem, apa maksud mu.... Aku sudah punya"
"Hah??!!! Su-sudah punya...?!!!" Rokuro tampak terkejut.
"Kenapa memang nya? Kenapa sampai terkejut begitu?" Tania menatap.
"Bwahaha.... Bercanda apa kau.... Asal kau tahu, Kucing perak yang harusnya berjodoh dengan rubah perak, apa kau mengerti!" Rokuro menatap tegas pada Geru yang terkejut.
"Rubah perak?!" Tania yang mendengar itu juga terkejut.
"Hentikan bicara mu!!" Geru tiba tiba menutup mulut Rokuro membuat Rokuro terdiam kaku. "Kau harus berhenti mengatakan itu, sudah aku bilang, aku tak mau takdir itu... Aku tak bisa menjalani masa kawin aku hanya ingin masa cinta" Tatap Geru dengan tatapan agak tertekan.
"Hei, kau tidak dilahirkan dengan cinta" Kata Rokuro.
"Kau sama dengan Ketua, kalian sama sama tidak romantis..."
"Aku berbeda dengan nya aku bisa menyukai seseorang!!"
Tapi tiba tiba Rokuro menarik kerahnya dan langsung memojoknya di tembok dinding mmebuat kedua wanita yang melihat itu menjadi terkejut.
"Kau tidak dicintai!! Kau di benci!! Dan itu berdampak pada kita semua jika kau benar benar di cintai!!"
Di saat itu juga, Geru hampir menangis membuat kedua wanita itu menjadi tambah terkejut.
"Hei, kau tak bisa membentaknya begitu" Tania menatap.
Tapi Rokuro tambah meremaa kerah Geru. "Kucing perak tak pernah ada, karena itulah dia menjadi abu abu... Dari awal aku sudah kecewa padamu, apalagi Ketua yang merasakan mu, benar benar payah...." Kata Rokuro, seketika dia melepas Geru dan berjalan pergi dari sana membuat mereka terdiam.
Tapi Geru merosot ke bawah dengan putus asa.
"Hei, kamu baik baik saja?" Tania berlutut menatap.
"Dia benar..." Kata Geru membuat Tania terdiam.
"Apa yang dia katakan memang benar, aku tidak pernah mau menerima apa yang ditakdirkan untuk melahirkan ku...."
"Apa maksud mu? Apa yang sebenarnya terjadi, dia menindas mu, kenapa kau bersikap menerima begitu dan malah menyalahkan diri mu?" Tatap Tania.
"Apa kau tahu, kenapa aku menjadi abu abu, itu karena ketika aku menginjakkan kaki ku ke dunia, aku ditakdirkan untuk mencari seseorang yang akan selalu menjadikan ku perak, tetapi aku tidak mau, karena takdir mengatakan bahwa aku tidak dilahirkan dengan ajaran cinta.... jika soal cinta, aku tak bisa melakukan nya, aku juga lembek, tidak seperti semua tekan ku yang sungguh berani terus menerus, sikap ku yang seperti ini terkadang membuat ku berpikir bahwa aku adalah orang yang bodoh...."
"Apa yang sebenarnya kau bicarakan, lalu kau menjadi abu abu karena kau tidak mau menerima takdir mu?"
"Yeah, itu takdir yang susah.... Dan itu membuat ku harus membuat menyiksa satu orang, yakni Hannyo, aku pernah merantai nya hingga dia benar benar terluka dan hanya berusaha menghentikan sikap egois ku" Kata Geru, rupanya itu yang dipikirkan Rokuro soal Hannyo terluka dengan banyaknya rantai mengikat tubuhnya dan hanya bisa berkata pada Rokuro bahwa mereka harus berhenti.
Sementara itu Rokuro berjalan di kota itu sambil merokok tapi juga memikirkan hal tadi. "(Benar benar payah.... Tidak pernah bersikap dewasa.... Kau hanyalah seseorang yang tak pantas memegang kendali takdirmu sendiri... Memang nya apa susah nya mencari rubah perak....)" Ia tampak kesal sendiri.
Hari selanjutnya, Geru masih terdiam bahkan ketika bangun tidur dengan telanjang dada. Dia memegang kepalanya. Lalu menoleh ke So-in yang tertidur, dia mendekat dan mencium pipi So-in membuat So-in bangun melihatnya. "Hm... Master..."
"Bangunlah, ikut akh keluar" Tatap Geru dengan tatapan kosong lalu berjalan pergi membuat So-in terdiam bingung dengan sikap itu, dia juga sedang tidak tahu masalahnya.
Lalu mereka tampak berjalan di kota HAGA. Dengan So-in menggandeng tangan Geru, dia dari tadi menatap bingung.
Hingga tiba tiba saja Geru berhenti berjalan karena melihat Rokuro yang tertawa bersama beberapa orang yang terlihat mengerikan, dia melemparkan kartu dan mereka semua berteriak bersorak untuknya.
"Hahhaa payah...!!" Tatap Rokuro dengan sombong, di saat itu juga dia tak sengaja melihat Geru.
"Oh, Hei kalian, aku ingin perkenalkan adik ku" Rokuro menunjuk Geru yang terkejut melihat itu.
"Oh, hahaha.... Sama sama gede tubuhnya!!" Mereka semua bersorak, sepertinya mereka akrab pada Rokuro.
"Apa yang kau tunggu payah, cepat kemari" Tatap Rokuro.
Tapi Geru terdiam apalagi So-in, Gadis itu keraskaan tangan bya di pegang erat oleh Geru.
"Master?"
Lalu Geru berjalab mendekat masih dengan So-in. "Rokuro... Ini, cinta yang harus aku jaga" Tatapnya lalu Rokuro menoleh pada So-in dan menjatuhkan rokoknya.
Dia terdiam kaku bahkan sampai rokoknya terjatuh. "Sialan!!" Dia langsung berdiri dan menarik kerah Geru dan di saat itu juga Geru melepas tangan So-in mmebuat So-in terkejut. Itu karena Heru terdorong Rokuro hingga terepojok di tembok.
"Apa kau kau mempermalukan ku!! Sebaiknya mati saja!! Jika kau kesusahan mencari rubah perak, aku bisa membantu mu, apa susah nya!!"
"Aku tidak butuh itu!! Jika aku memilihnya, aku akan tetap memilihnya... Dia milik ku, selamanya!!" Teriak Geru juga membuat Rokuro terdiam dan semakin membesarkan kekesalan nya. Tapi ia melepas kerah Geru dan berdiri tegak.
Dia membelakangi Geru tapi ia melirik ke So-in. "Gadis kecil, yang tak bisa apa apa.... Mati saja..." Dia menatap begitu pada So-in membuat So-in terkejut mendengar itu.
"Jika kau tidak berubah dan tidak meminta maaf padaku, aku anggap kau bukan dari kita lagi... Geru" Tambah Rokuro lalu berjalan pergi.
"Master... Apa yang sedang terjadi?" So-in menatap dengan mata bergerak ketakutan.
Lalu Geru berlutut dan memeluknya. "Jangan khawatir, ini baik baik saja... Hanya beberapa kendala... Dia memang melakukan itu padaku, karena dia ingin memberitahu yang terbaik untuk ku..." Kata Geru menyembunyikan sesuatu membuat So-in terdiam.
Di sisi lain, Rokuro menggertakan giginya. "(Aku kakak mu, aku yang merawat mu sungguh dekat, kenapa kau tidak bisa membalas ku, aku berteriak, menindas mu karena aku peduli padamu, aku memberikan yang terbaik karena aku adalah kakak mu, meskipun aku yang ketiga dan kau yang kedua, tapi itu adalah yang terbalik.... Kau memang tidak pernah bisa di ajari)" Dia tampak kesal dan pastinya akan terus berlanjut tapi ia berhenti berjalan dan melihat langit. "(Semoga saja... Shiroi tidak memiliki sikap yang seperti nya...)"